Menteri Hanif Ajak Masyarakat Jaga Harapan dan dan Optimisme

Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengajak agar bijak dalam menyikapi perkembangan termasuk jangan mengeluh di Media Sosial.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 14 Mei 2017, 12:35 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2017, 12:35 WIB
Menteri Hanif Ajak Masyarakat Jaga Harapan dan dan Optimisme
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengajak agar bijak dalam menyikapi perkembangan termasuk jangan mengeluh di Media Sosial.

Liputan6.com, Semarang Kepada seluruh masyarakat, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengajak agar bijak dalam menyikapi perkembangan. Pemerintah di bawah pimpinan Presiden Jokowi terus bekerja keras.

“Karena itu, mari pelihara harapan dan optimisme. Lihatlah, keadaan terus bertambah baik. Berhentilah mengeluh, termasuk mengeluh di medsos", pinta Menteri Hanif saat memberikan sambutan pada acara Akhirussanah dan Khotmil Quran di Pesantren Edi Mancoro, Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (13/5).

Alumni Pesantren Edi Mancoro ini meminta masyarakat untuk terus membangun harapan dan optimisme. Jangan banyak mengeluh di sosmed dan seolah-olah susah sendiri. Peliharalah harapan.

"Bangsa yang maju, adalah bangsa yang bekerja keras mewujudkan harapan, serta penuh optimisme", tandasnya.

Ajakan tersebut disampaikan Menteri Hanif terkait riuhnya dunia media sosial akhir-akhir ini yang penuh keluhan dan hujatan. Padahal di saat yang sama, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo tengah bekerja keras menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.

Alhamdulillah, lanjutnya, kerja keras pemerintah dan dukungan masyarakat perlahan namun pasti telah membuahkan hasil. Angka kemiskinan turun 10,7 persen pada September 2016 dari 11,13 persen dari September 2015. Angka ketimpangan sosial yang semula 0,41 turun menjadi 0,39. Angka pengangguran yang sebelumnya 6,18 persen turun menjadi 5,3 persen.

Pada kesempatan yang sama, Menaker juga meminta kepada kalangan pesantren untuk terus mempersiapkan santri menghadapi dunia persaingan kerja. Modal kuat yang dimiliki santri terletak pada soft skill, yakni kekuatan karakter seperti jujur, displin, bekerja keras.

“Menyiapkan modal soft skill jauh lebih susah. Kalau hard skill, bisa lebih singkat,” jelas Menaker.

Menteri Hanif mencontohan, mendidik orang untuk bersikap jujur itu susah, Kalau mendidik orang bisa menguasai teknik ngelas misalnya, cukup enam bulan bisa. 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya