Liputan6.com, Jakarta - Kasus meninggalnya Marco Gerson Tirayoh, pekerja migran ilegal asal Sulawesi Utara, mengundang perhatian luas setelah jenazahnya ditemukan di distrik Daun Penh, Phnom Penh, Kamboja, pada 2 Januari 2025. Pihak keluarga yang kesulitan memulangkan jenazah Marco meminta bantuan Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Hillary Brigitta Lasut.
Kabar ini pertama kali muncul melalui unggahan di media sosial. "Mohon tolong akang kasiang torang pe sudara... dari pihak sana meminta sejumlah uang besar, kami tidak mampu memberikan itu. Jadi minta tolong Ibu Hillary untuk membantu memulangkan jenazah," tulis Antonius Junior, salah satu kerabat Marco, di Facebook.
Baca Juga
Hillary segera merespons permintaan tersebut dengan melayangkan surat aduan kepada Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Phnom Penh. "Kami berharap Kemlu dan KBRI dapat segera mengurus proses repatriasi jenazah Marco dan memberikan atensi serius terhadap kasus ini," kata Hillary.
Advertisement
Menurut pejabat Kemlu, Marco dinyatakan meninggal akibat serangan jantung, tanpa adanya tanda-tanda kekerasan. Meski demikian, pihak KBRI masih melakukan pendalaman terkait tempat kerja almarhum.
Kasus ini juga mendapat perhatian dari anggota DPR RI dapil luar negeri Uya Kuya, serta Wakil Kepala BP2MI Dzulfikar Ahmad Tawalla. "Siap Bu Dewan, kami segera koordinasikan dengan Tim Reaksi Cepat dan KBRI setempat," balas Dzulfikar di kolom komentar Instagram Hillary.
Tidak hanya itu, perhatian turut datang dari berbagai pihak, termasuk admin akun @gerindra dan @tidar.sulawesiutara, yang menyatakan akan ikut mengawal kasus ini.
Tidak Mudah Tergiur Tawaran Kerja di Luar Negeri
Dalam unggahannya, Hillary mengingatkan masyarakat agar tidak mudah tergiur oleh tawaran pekerjaan di luar negeri yang tidak jelas legalitasnya. "Ini bukan kasus pertama. Sudah berkali-kali kami memperingatkan warga Sulut, terutama anak muda, agar tidak sembarangan menerima pekerjaan di negara-negara dengan risiko tinggi. Sayangi nyawa dan keluarga," tulisnya.
Hillary menyebut bahwa belasan kasus repatriasi serupa telah ia tangani. Beberapa bulan lalu, ia berhasil memulangkan dua WNI asal Sulut yang menjadi korban penipuan kerja di Kamboja. Awalnya, mereka ditawari pekerjaan sebagai admin judi online melalui iklan di media sosial, namun setibanya di sana mereka justru dipaksa menjadi scammer investasi ilegal.
Kasus ini menambah panjang daftar korban penipuan kerja di luar negeri yang berakhir tragis. Banyak pekerja migran ilegal terjebak oleh agen-agen nakal yang menawarkan iming-iming gaji tinggi tanpa jalur resmi.
Menanggapi fenomena ini, Hillary menyerukan agar pemerintah bertindak tegas terhadap agen-agen pekerja migran ilegal. "Ini bukan lagi soal kepentingan pribadi atau golongan. Semua pihak, baik yang berwenang maupun yang peduli, harus bersatu melindungi masyarakat dari jeratan iming-iming palsu yang berujung malapetaka," tegasnya.
Advertisement