Debut Perdana, Saham Dwi Aneka Jaya Naik Tipis

PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) menjadi emiten kesebelas yang melantai di bursa pada tahun ini.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 14 Mei 2014, 09:15 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2014, 09:15 WIB
BEI
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Pada hari pertama di perdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) dibuka naik Rp 20 menjadi Rp 490 per saham, dari harga yang penawaran Rp 470 per saham.

Harga saham perdana perusahaan dengan kode emiten DAJK itu sempat berada pada level terendah Rp 475 dan level tertinggi Rp 505. Adapun dalam aksi perdananya, perseroan mencatatkan frekuensi perdagangan sebanyak 95 kali, dengan volume perdagangan sebanyak 5.400 lot. Nilai transaksi perdagangan saham sebesar Rp 1 miliar.

DAJK menjadi emiten kesebelas yang melantai di bursa pada tahun ini. Sementara jumlah saham yang dicatatkan mencapai 2,5 miliar saham dengan komposisi jumlah penawaran saham perdana ke publik sebesar 1 miliar saham dan saham pendiri sebesar 1,5 miliar saham.

Harga penawaran saham perdana yang ditawarkan Rp 470 per saham dengan nilai nominal Rp 100. Jadi perseroan memperoleh dana sekitar Rp 470 miliar dari hasil penawaran saham perdana. Sehingga kapitalisasi pasar saham yang terbentuk mencapai Rp 1,175 triliun.

Untuk memuluskan aksi korporasi tersebut, perseroan telah menunjuk PT Valbury Asia Securities dan PT Sucorinvest Central Gani sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Sekretaris Perusahaan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk, Henry Viktor sebelumnya menjelaskan, sebanyak 60% dari dana hasil IPO akan dipakai untuk penambahan modal. Sementara sisanya 40% untuk peningkatan jumlah kapasitas produksi.

Tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 300 miliar. Angka belanja modal ini meningkat dua kali lipat dibandingkan 2013 sebesar Rp 150  miliar. Dari hasil IPO, perseroan menargetkan akan meningkatkan jumlah produksi untuk kemasan offset printing dari sebelumnya 48 ribu ton per tahun  menjadi 50-60 ribu ton per tahun.

"Offset dari 48 ribu jadi 50 sampai 60 ribu akhir 2014," ujar Witjaksono. (Amd/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya