Wall Street Melonjak, Saham Teknologi Pimpin Penguatan

Wall street kompak menguat pada perdagangan Kamis 22 Juli 2021 dengan indeks Dow Jones naik 25,35 poin ke posisi 34.823,35.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jul 2021, 06:19 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2021, 06:19 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 22 Juli 2021. Saham teknologi memimpin penguatan meski terjadi lonjakan klaim pengangguran yang tak terduga. Hal itu membuat sejumlah kekhawatiran tentang ekonomi dan mengirim imbal hasil obligasi lebih rendah.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 25,35 poin ke posisi 34.823,35. Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen ke posisi 4.367,48. Indeks Nasdaq memimpin pasar dengan menguat 0,3 persen ke posisi 14.684,60.

Investor kembali beralih ke saham teknologi favoritnya seiring optimisme tentang pertumbuhan sektor tersebut. Hal ini menjelang laporan pendapatan perusahaan pada pekan depan. Saham Salesforce naik 2,5 persen. Saham Amazon dan Facebook menguat 1,4 persen.

"Antara penurunan suku bunga, ekspektasi pertumbuhan dan kebangkitan COVID-19 menambah beberapa ketidakpastian, saham teknologi terlihat seperti tempat alami yang akan diminati investor dan trader hingga kami mendapatkan lebih banyak resolusi di beberapa bidang ini,” ujar Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma dilansir dari CNBC, Jumat (23/7/2021).

Saham Microsoft naik 1,6 persen setelah Citi menaikkan target harganya mengatakan raksasa teknologi itu berpotensi mengalahkan harapan wall street ketika melaporkan pendapatan kuartalan pekan depan.

Citi prediksi saham Microsoft akan naik lebih dari 30 persen sepanjang 2022. Di sisi lain, saham Apple naik hampir satu persen setelah Canaccord Genuity mengatakan, ada permintaan yang kuat untuk produk Apple menjelang rilis pendapatan pekan depan.

Wall street secara keseluruhan terus bergerak menguat terkadang dipimpin value stock ketika optimisme terhadap ekonomi tinggi, dan saham teknologi memimpin penguatan pada Kamis pekan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Dibayangi Imbal Hasil Obligasi

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Indeks Dow Jones naik 0,3 persen pada pekan ini. Sejumlah investor percaya pembukaan kembali ekonomi akan mendapat respons positif dan saham teknologi akan tertekan.

"Ekonomi masih dalam tren menguat, pendapatan dan laba perusahaan meningkat tajam, dan ini merupakan latar belakang yang cukup positif,” Head of US Equities and co-head of multi-asset investing Lazard Asset Management, Ron Temple.

Ia menuturkan, suku bunga di pasar obligasi terlalu rendah. “Jika kita mulai melihat kurva imbal hasil sangat curam itu tantangan bagi perusahaan yang didorong oleh pertumbuhan yang berharap mereka akan mendapatkan untung dalam lima hingga 10 tahun, seperti saham teknologi,” ujar Temple.

Wall street berada di bawah tekanan pada hari sebelumnya stelah klaim pengangguran secara tak terduga naik menjadi 419.000 lebih tinggi dari 350.000 ekonomi yang disurvei Dow Jones dan direvisi naik lebih dari 368.000 dari periode sebelumnya.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun lebih rendah ke 1,265 persen karena data tenaga kerja yang buruk. Tingkat imbal hasil obligasi turun ke level terendah dalam lima bulan menjadi 1,17 persen pada awal pekan ini.

Rilis Laporan Keuangan dan Gerak Saham Emiten

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Saham bank yang biasanya dipandang sebagai saham siklis yang kinerja terkait jalur ekonomi, turun dengan saham JPMorgan, Bank of America, dan Wells Fargo masing-masing melemah lebih dari satu persen.

Namun, musim laporan pendapatan kuartal II yang terus berlanjut dengan American Airlines membukukan keuntungan untuk periode tersebut, menghentikan penurunan beruntun lima kuartal berturut-turut, berkat pemulihan permintaan perjalanan dan bantuan pemerintah.

Saham American Airlines turun 1,1 persen pada Kamis pekan ini. Saham Southwest Airlines melaporkan kinerja keuangan kuartalan, tetapi saham ditutup susut 3,4 persen.

Saham Union Pacific naik lebih dari satu persen setelah perusahaan kereta api tersebut melaporkan laba bersih kuartal II sebesar USD 1,8 miliar atau USD 2,72 per saham. Angka itu naik dari USD 1,1 miliar atau USD 1,67 per saham terdilusi pada kuartal tahun lalu.

Saham CSX melonjak hampir 3,5 persen setelah laba kuartal II naik lebih dari dua kali lipat. Saham AT&T naik 0,4 persen setelah pendapatan dan laba melampaui perkiraan analis. Saham Texas Instruments turun 5,3 persen setelah produsen chip melampaui harapan untuk kuartal II, tetapi memperingatkan hasil kuartal III bisa jauh dari perkiraan analis.

Pasar Masih Hadapi Risiko pada Agustus

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Intel, Twitter dan Capital One mengunggah kinerja terbaru setelah bursa saham ditutup. Sejauh ini, sekitar 15 persen perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja. Sekitar 88 persen mengalahkan prediksi, berdasarkan data Refinitiv. Dari perusahaan yang telah melaporkan, 84 persen telah melampaui harapan.

“Yang benar adalah investor sangat dimanjakan oleh kinerja pasar saham baru-baru ini,” ujar Chief Market Strategist Ryan Detrick LPL Financial.

Ia menambahkan, pihaknya belum melihat penurunan sebanyak lima persen sejak Oktober. “Meskipun kami melihat pasar sehat tetapi jangan berpikir akan tumbuh selamanya. Risiko tidak diragukan lagi meningkat saat memasuki Agustus dan September yang merepotkan,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya