IHSG Cetak Rekor ke 7.116, Ini Faktor Pendorongnya

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,53 persen ke posisi 7.116,21 pada Senin, 4 April 2022. Apa saja faktor pendorongnya?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Apr 2022, 07:34 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2022, 07:34 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali cetak rekor baru ke posisi 7.100. IHSG kembali mencetak rekor tersebut didorong kenaikan harga komoditas dan sentimen eksternal.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (5/4/2022), IHSG menguat 0,53 persen ke posisi 7.116,21.  Dengan kenaikan IHSG itu, secara year to date, IHSG naik 8,12 persen.

IHSG berada di level tertinggi 7.116,21 dan terendah 7.060,21. Total volume perdagangan 20,05 miliar saham dan nilai transaksi Rp 11,58 triliun. Total frekuensi perdagangan 1.267.185 kali.

Investor asing pun mencatat aksi beli Rp 616,04 miliar pada Senin, 4 April 2022. Dengan demikian, sepanjang 2022, investor asing beli saham Rp 33,94 triliun. Kapitalisasi pasar bursa pun mencapai Rp 8.939 triliun.

Kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih memimpin di BEI. Tercatat kapitalisasi pasar BBCA Rp 964 triliun. Diikuti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp 705 triliun dan PT Telkom Indonesia Tbk sebesar Rp 450 triliun.

Analis PT Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, kenaikan IHSG didorong saham-saham tambang seiring kenaikan harga komoditas. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencatat kenaikan.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG sempat terkoreksi pada sesi pertama perdagangan Senin, 4 April 2022 yang dipengaruhi bursa Amerika Serikat dan regional yang menguat. Namun, aliran dana asing masih masuk ke pasar saham Indonesia sehingga beri katalis positif.

“Masih muncul inflow asing Rp 616 miliar. Diperkirakan inflow tersebut masuk ke emiten-emiten berbasis komoditas yang dikarenakan terpicu oleh kenaikan harga komoditas global,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa (5/4/2022).

Ia menuturkan, dengan IHSG menemus posisi 7.100 sehingga sesuai dengan analis teknikal yang diberikan. Ia prediksi, IHSG akan menuju 7.130. IHSG akan bergerak di kisaran 7.130-7.144.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rawan Koreksi

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengamat pasar modal Wahyu Laksono mengatakan, IHSG kembali cetak rekor sesuai harapan dengan momentum masih bullish. Hal tersebut seiring meredanya geopolitik Rusia-Ukraina dan wall street yang menguat.

"Jelas seasonal kita juga support terkait Ramadhan dan opening policy hingga Lebaran walau PPN dan BBM (Pertamax-red) naik,” kata dia.

Sementara itu, meski IHSG sudah sentuh 7.100, Abdul menilai saham di pasar modal Indonesia masih murah secara valuasi. Salah satunya saham tambang. Saham tambang akan mendapatkan katalis positif dari harga komoditas sehingga dongkrak rata-rata harga jual atau average selling price (ASP).

"Dengan begitu kinerja pada tahun ini akan lebih membaik dan hal ini akan membuat valuasi sahamnya tergolong murah,” ujar Abdul.

Hal senada dikatakan Wahyu. Ia menuturkan, saham belum mahal meski IHSG sentuh 7.100. Akan tetapi, ia prediksi rawan koreksi minor. “Belum sepenuhnya, dekati overbought. Rentan koreksi minor ya, tapi belum ada indikasi reversal teknikal fundamental,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya