Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyampaikan laporan kinerja keuangan untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, Adaro Energy Indonesia berhasil membukukan rekor profitabilitas, ditopang oleh kenaikan volume penjualan dan harga batu bara yang masih tinggi.
Sehingga EBITDA operasional sepanjang 2022 melonjak 139 persen menjadi USD 5,03 miliar dari USD 2,1 miliar yoy.
Baca Juga
Presiden Direktur dan CEO Adaro Garibaldi Thohir mengatakan, Adaro sukses mencatat rekor kinerja tertinggi dalam tahun yang mengejutkan untuk industri ini.
Advertisement
"Pendapatan naik lebih dua kali lipat menjadi USD 8,1 miliar berkat operasi yang baik dan efisien, serta dukungan dari kenaikan harga jual untuk produk-produk kami. Kualitas laba Adaro tercermin pada operasional EBITDA USD 5,0 miliar dan laba inti USD 3,0 miliar, yang masing-masing mencatat kenaikan 139 persen dan 140 persen yoy," ungkap pria yang akrab disapa Boy Thohir itu dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (3/3/2023).
Melansir laporan keuangan perseroan, Adaro Energy Indonesia membukukan pendapatan usaha USD 8,1 miliar atau sekitar Rp 123,86 triliun (kurs Rp 15.287,05 per USD). Raihan itu naik 102,93 persen dibandingkan periode tahun buku 2021 sebesar USD 3,99 miliar.
Bersamaan dengan itu, beban pokok perseroan naik menjadi USD 3,45 miliar dari USD 2,22 miliar pada 2021, terutama karena kenaikan pembayaran royalti yang disebabkan oleh kenaikan ASP serta volume produksi. Sehingga diperoleh laba bruto USD 4,65 miliar, naik 162,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 1,7 miliar.
Sepanjang 2022, perseroan mencatatkan biaya keuangan sebesar USD 89,31 juta, penghasilan keuangan USD 47,65 juta, dan bagian atas keuntungan ventura bersama senilai USD 209,54 miliar. Setelah dikurangi pajak, perseroan berhasil mengukuhkan laba tahun berjalan sebesar USD 2,83 miliar pada 2022. Naik 175,24 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar USD 1,03 miliar.
Dari raihan itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar USD 2,49 miliar atau sekitar Rp 38,11 triliun. Naik 167,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 933,49 juta.
"Profitabilitas yang tinggi ini akan mendukung kami dalam mempercepat proyek-proyek transformasi dan membangun Adaro yang lebih besar dan lebih ramah lingkungan,” kata Boy Thohir.
Aset Adaro Energy
Total aset pada akhir 2022 naik 42 persen menjadi USD 10,78 miliar dari USD 7,58 miliar pada tahun sebelumnya karena ditopang kenaikan 125 persen pada kas menjadi USD 4,07 miliar dari USD 1,81 miliar pada tahun sebelumnya.
Aset lancar naik 87 persen yoy menjadi USD 5,32 miliar dari USD 2,84 miliar, sementara aset non lancar naik 15 persen yoy menjadi USD 5,46 miliar dari USD 4,75 miliar. Kontribusi terbesar terhadap kenaikan aset non lancar disumbangkan oleh kenaikan investasi pada ventura bersama.
Total liabilitas naik 36 persen menjadi USD 4,25 miliar dari USD 3,13 juta karena kenaikan signifikan pada utang pajak seiring kenaikan profitabilitas. Pada 2022, total utang pajak naik 240 persen yoy menjadi USD 1,18 miliar dari USD 345 juta. Hal ini menyebabkan kenaikan 80 persen yoy pada liabilitas lancar menjadi USD 2,45 miliar dari USD 1,36 miliar. Liabilitas non lancar naik 2 persen yoy menjadi USD 1.81 miliar dari USD 1,77 miliar pada tahun sebelumnya.
Porsi lancar dari utang jangka panjang pada 2022 turun 35 persen menjadi USD 173 juta dari USD 267 juta pada tahun sebelumnya. Sementara itu, porsi non lancar dari utang jangka panjang pada 2022 naik 5 persen menjadi USD 1,4 miliar dari USD 1,33 miliar. Pada akhir 2022, total ekuitas berada di posisi USD 6,53 miliar, atau naik 46 persen yoy dari USD 4.46 miliar.
Saham ADRO naik 1,67 persen ke posisi Rp 3.040 per saham pada perdagangan Jumat, 3 Maret 2023 pukul 11.10 WIB. Saham ADRO dibuka naik ke posisi Rp 3.090 dari penutupan perdagangan kemarin Rp 2.990. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 3.130 dan terendah Rp 3.040. Total frekuensi perdagangan 11.870 kali. Volume perdagangan saham 768.875. Nilai transaksi Rp 237,4 miliar.
Advertisement
Belanja Modal 2023
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga USD 600 juta atau setara Rp 9,12 triliun (kurs Rp 15.207,30 per USD) pada 2023.
Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto mengatakan, belanja modal itu merupakan belanja modal rutin dan ekspansi, terutama untuk bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan logistik.
"Belanja modal 2023 USD 500–600 juta.Belanja modal ini tidak termasuk belanja modal untuk proyek transformasi bisnis di Kaltara. Adaro memiliki beberapa proyek yang akan dilaksanakan di kawasan industri ini, termasuk smelter aluminium dan PLTU yang menjadi sumber energinya, serta PLTA,” ungkap Mahardika dalam keterangan resmi, Jumat (17/2/2023).
Untuk tahun ini, Adaro Energy Indonesia mengincar penjualan batu bara mencapai 62—64 juta ton. Terdiri dari 58–60 juta ton batu bara termal dan 3,8–4,3 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals Indonesia (ADMR). Di sisi lain, volume ADMR terus bertumbuh karena permintaan yang kuat untuk batu baranya.
Volume dari Balangan Coal Companies dan PT Mustika Indah Permai juga diperkirakan meningkat. Angka ini tidak termasuk target tambang Kestrel yang ditetapkan 6 juta ton. Dari sisi nisbah kupas pada 2023 ditargetkan sebesar 4,2x. Target ini lebih tinggi daripada nisbah kupas aktual 2022 yang mencapai 3,75x karena pada semester pertama 2022 terjadi cuaca berhujan melebihi normal dan keterlambatan pengiriman alat berat.
Produksi Adaro Energy Indonesia
Sebelumnya, PT Adaro energy Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja operasional sepanjang 2022. Pada periode tersebut, Adaro mencatat rekor tertinggi dengan produksi batu bara mencapai 62,88 juta ton atau naik 19 persen dibandingkan produksi pada 2021 sebesar 52,7 juta ton.
Raihan itu juga melampaui panduan yang ditetapkan sebesar 58–60 juta ton pada 2022. “Meningkatnya produksi pada 2022 berkat permintaan yang tinggi terhadap batu bara perusahaan serta kinerja operasional yang baik," kata Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto dalam keterangan resmi, Jumat (17/2/2023).
Dari sisi volume penjualan batu bara sepanjang 2022 tercatat 61,34 juta ton, atau naik 19 persen dari 51,58 juta ton pada 2021. Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh produk batu bara termal CV menengah (4700 ke atas) yang meningkat 22 persen menjadi 44,91 juta ton pada 2022 dibandingkan 36,77 juta ton pada 2021.
Produk batu bara termal CV menengah meliputi 73 persen total penjualan 2022. Penjualan batu bara metalurgi ADMR juga mencatat lonjakan yang tinggi sebesar 39 persen menjadi 3,20 juta ton pada 2022 dari 2,30 juta ton pada 2021.
Volume pengupasan lapisan penutup pada 2022 mencapai 235,68 juta bank cubic meter (Mbcm), atau naik 8 persen dari 218,90 Mbcm pada 2021. Didorong oleh kenaikan volume pengupasan lapisan penutup dari Balangan Coal Companies (BCC), PT Mustika Indah Permai (MIP), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Pengupasan lapisan penutup di PT Adaro Indonesia (AI) sedikit menurun atau turun 1 persen menjadi 191,83 Mbcm dari 194,37 Mbcm pada 2021. Nisbah kupas ADRO pada 2022 tercatat 3,75x, atau lebih rendah daripada 4,15x pada 2021 karena volume produksi naik lebih tinggi dibandingkan kenaikan volume pengupasan lapisan penutup.
Kinerja nisbah kupas Adaro pada 2022 di bawah panduan yang ditetapkan sebesar 4,1x karena cuaca berhujan yang melebihi normal pada 1H22 dan waktu pengiriman yang lebih lama untuk alat berat. Perusahaan tetap selaras dengan nisbah kupas life-of-mine.
Advertisement