Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel diperkirakan moncer jelang pemilihan umum (pemilu) 2024. Senior Research Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy mengatakan saham infrastruktur telekomunikasi merupakan saham yang prospektif pada 2023, menyongsong masa pemilihan umum (pemilu)pada 2024. Hal ini diproyeksikan berdampak terhadap lonjakan lalu lintas data.
Selain itu, kinerja emiten infrastruktur telekomunikasi didukung adopsi teknologi 5G yang diharapkan lebih luas, penetrasi fixed broadband, dan persaingan penyedia layanan telekomunikasi untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Baca Juga
“Dengan demikian, kami menginisiasi industri ini dengan peringkat overweight dengan Mitratel sebagai pilihan utama. Selain neraca yang relatif lebih sehat dengan hanya 33,0 persen net gearing per Desember 2022 jika dibandingkan TOWR dan TBIG yang masing-masing 309,5 persen dan 224,3 persen,” tutur Robertus dalam risetnya, dikutip Kamis, 13 April 2023.
Advertisement
Oleh karena itu, lanjut Robertus, MTEL tidak hanya memiliki peluang untuk membayar dividen yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk membelanjakan lebih banyak anggaran Capex belanja modal untuk meningkatkan jumlah aset menara, melalui build-to-suite maupun akuisisi.
Aset MTEL memiliki valuasi yang murah, yaitu rasio enterprise value (EV)/tower per Desember 2022 itu senilai Rp2 miliar. Dalam catatannya, angka ini lebih dari 35 persen diskon dari TOWR dan TBIG yang EV per tower masing-masing sebesar Rp 3,1 miliar dan Rp 3,3 miliar.
Rasio Utang
Kemudian, Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing lantaran seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Utang perseroan di tahun lalu itu turun menjadi Rp 15,29 triliun dari Rp 18,07 triliun. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pada 2022 turun menjadi 0,45 kali dari sebelumnya 0,54 kali.
"Dengan demikian, Mitratel memiliki ruang yang cukup longgar untuk berekspansi karena DER-nya semakin turun dan ekuitasnya di tahun lalu naik sebesar 0,5 persen atau menjadi Rp 33,80 triliun," ujar Robertus.
Mitratel optimistis prospek bisnis pada 2023 akan tetap mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Hal ini berdasarkan strategi dan model bisnis Mitratel yang solid, dengan didukung oleh pertumbuhan organik seperti peningkatan kolokasi (tenancy ratio), dan dibarengi aksi organik serta inorganik untuk memacu Mitratel untuk mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Langkah Strategis
Menurut data, CAGR pendapatan Mitratel pada 2017-2022 melonjak sebesar Rp 14 persen. Kemudian, CAGR laba bersih Mitratel melonjak sebesar 34 persen atau melampaui CAGR laba bersih TOWR dan TBIG di periode 2017-2022 itu, yang masing-masing sebesar 10 persen dan minus 6 persen.
Ke depannya, beberapa langkah strategis akan terus dilakukan MTEL. Perusahaan akan fokus untuk memberikan solusi dari hulu ke hilir kepada pelanggan seperti layanan fiber to the tower, power to the tower, dan energy as a service. MTEL diyakini agresif untuk memonetisasi aset menara telekomunikasi.
“Kami menyukai Mitratel karena posisinya sebagai pemimpin di sektor menara telekomunikasi dengan kepemilikan tower sebanyak 35.418 yang dikelola per Desember 2022,” tutur Robertus.
Per data Desember 2022, Indonesia memiliki 127,8 pengguna seluler per 100 penduduk. Dengan lebih banyak dari populasi 275 juta orang per September 2022, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah India (1,42 miliar), Cina (1,41 miliar), dan AS (333 juta). Oleh karena itu, potensi pasar yang sangat besar ini berhasil menarik beberapa perusahaan penyedia menara telekomunikasi besar untuk berinvestasi agar memperkuat pangsa pasar di segmen ini.