Liputan6.com, Jakarta - PT Schroder Investment Management Indonesia prediksi pasar saham Indonesia siap untuk pulih pada 2024 yang akan didukung pertumbuhan ekonomi hampir 5 persen dan pertumbuhan laba perusahaan. Namun, investor juga memperhatikan sejumlah katalis positif dan tantangan yang akan dihadapi pasar saham.
Dalam riset bertajuk Schroders Indonesia Outlook untuk pasar saham, ditulis Rabu (27/12/2023) disebutkan Schroders Indonesia memandang baik pasar saham Indonesia pada 2024. Hal ini seiring valuasi yang menarik dan konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan laba per saham (EPS growth) sekitar 11-12 persen Year on Year (YoY). Hal tersebut juga akan didukung dari kinerja bank.
Baca Juga
"Kami berpikir bahwa bank-bank besar seharusnya mampu memberikan kinerja laba yang solid, sementara harga komoditas yang stabil akan membantu mendukung marjin perusahaan-perusahaan konsumer,” tulis Ashmore.
Advertisement
Selain itu, Ashmore menilai, tahun politik juga dapat membantu penjualan barang-barang kebutuhan pokok konsumer atau consumer staples goods.
Ditambah, relaksasi PPN baru-baru ini dapat membantu mendukung laba perusahaan-perusahaan properti. Schroders juga menilai, penurunan suku bunga yang terjadi seharusnya memberikan narasi bagi pemulihan pasar obligasi pada paruh pertama tahun 2024,” tulis Schroders.
Dengan demikian, Schroders menilai, hal itu akan memberikan dorongan bagi pasar saham pada paruh berikutnya karena pasar saham biasanya tertinggal dan ikuti pasar obligasi.
"Pada akhirnya, sektor-sektor yang menjadi proxy pasar obligasi juga dapat merasakan sentimen dari penurunan imbal hasil obligasi,” tulis Ashmore.
Tekanan terhadap Sektor Komoditas Mereda
Ashmore juga menilai, tekanan dari sektor komoditas juga akan mereda karena penurunan harga komoditas seharusnya mulai mencapai titik terendah meski potensi kenaikan masih perlu dilihat.
Shcroders juga mengungkapkan tantangan utama yang dihadapi pasar saham pada 2024. Hal itu salah satunya dari politik.
"Kemungkinan akan datang dari ketidakpastian yang berkaitan dengan politik,” tulis Ashmore.
Ashmore menyebutkan, pemilihan presiden (Pilpres) Indonesia akan menjadi sesuatu yang dipantau oleh semua orang di seluruh dunia karena masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berakhir,sementara itu, kandidat yang ada memiliki perbedaan yang mencolok satu sama lain. “Sementara program-program dan kelanjutan kebijakan masih menjadi tanda tanya saat ini,” demikian dikutip dari laporan Ashmore.
Selain itu, di luar negeri, Amerika Serikat (AS) juga akan hadapi pemilihan presiden pada akhir 2024. Presiden AS Joe Biden mungkin akan hadapi Donald Trump sekali lagi. Katalis itu dapat sebabkan ketidakpastian global.
Dari geopolitik, ketegangan antara Rusia dan negara-negara barat, Israel dan Hamas, serta AS dan China mungkin terus menjadi “noises” ke depan.
"Pemulihan ekonomi China dapat menjadi cahaya harapan jika ekonominya mulai pulih pada 2024,” demikian dikutip dari laporan Ashmore.
Advertisement
Investor Diimbau Tetap Waspada
Seiring hal tersebut, Schroders menilai investor perlu tetap waspada, tetapi tetap investasi di pasar saham.Ashmore menambahkan, meski ada beberapa gejolak, pihaknya yakin pasar saham Indonesia siap untuk pulih.
"Pemilihan saham akan tetap menjadi kunci di tahun 2024 dan faktor fundamental merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh investor ketika melihat strategi investasi,"
Berikut sejumlah poin penting pada 2024 yang dikutip dari riset Schroders:
1.Kebijakan yang lebih dovish dari Federal Reserve AS dapat menstimulasi pertumbuhan yang lebih baik dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi Indonesia dan pasar-pasar negara berkembang lainnya.
2.Pertumbuhan ekonomi China dimulai dari basis rendah (low base) dengan stimulus yang cukup, sehingga dapat mendorong pemulihan ekonomi mereka lebih baik pada 2024.
3.Prospek harga komoditas yang lebih baik karena efek basis yang rendah setelah koreksi pada 2023. Stimulus dari China dapat memberikan dukungan untuk komoditas berbasis logam pada 2024.
4.Kami memperkirakan adanya kebisingan dari sisi politik karena 2024 adalah tahun pemilu, meskipun setelah pemilu, pasar seharusnya kembali fokus pada faktor fundamental.
5.Neraca perusahaan-perusahaan di Indonesia tetap sehat.
6.Likuiditas domestik perlu dipantau. Bank Indonesia telah mengetatkan likuiditas pada paruh kedua 2023, oleh karena itu, likuiditas akan menjadi perhatian investor pada 2024 sebagai stimulus pertumbuhan.
Survei Schroders: 57% Responden di Indonesia Optimistis Pengembalian Investasi Lebih Tinggi
Sebelumnya diberitakan, ketidakpastian geopolitik yang berlanjut dan inflasi turut mempengaruhi langkah investasi masyarakat di Indonesia. Meski demikian, masyarakat di Indonesia tetap optimistis terhadap pengembalian investasi.
Mengutip Studi Investor Global Schroders 2023 yang menyurvei lebih dari 23.000 orang yang berinvestasi, dari 33 negara dan wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, investor menghadapi berbagai tantangan sulit. Inflasi dan ketidakpastian geopolitik yang berlanjut diikuti kebutuhan mengurangi karbon dalam perekonomian membuat pasar sulit untuk dinavigasi.
Dari survei itu menunjukkan, 73 persen orang Indonesia setuju inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi berarti telah memasuki rezim baru dalam kebijakan dan perilaku pasar. Sedangkan 61 persen telah mengubah strategi investasinya akibat hal ini. Sedangkan 36 persen berniat melakukannya.
Bagaimanakah pengembalian investasi dalam 12 bulan mendatang dibandingkan dengan 12 bulan terakhir menurut orang-orang di Indonesia?
Masyarakat masih optistimis dengan pengembalian investasi. Sekitar 57 persen responden yakin, pengembalian investasi lebih tinggi. Namun, 19 persen responden menilai tidak ada perubahan. Sedangkan 17 persen responden optimistis pengembalian investasi jauh lebih tinggi. Sementara itu, 6 persen responden menilai, pengembalian investasi lebih rendah. Lalu 1 persen responden tidak mengetahui. Selain itu tidak ada responden yang menjawab jauh lebih rendah.
Menariknya dalam enam bulan terakhir, investasi yang yang menjadi lebih menarik bagi masyarakat di Indonesia adalah kripto. Kripto berada di posisi pertama. Disusul aset digital dan dana investasi yang diperdagangkan di bursa saham (ETF).
Advertisement