4 Kejadian Penting di Industri Startup Indonesia Sepanjang 2019

Industri startup di Indonesia semakin berkembang baik dari jumlah startup, dan juga keuntungan yang dihasilkan di industri ini.

oleh Andina Librianty diperbarui 27 Des 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Des 2019, 09:00 WIB
Go-Viet
Pakai Nama Go-Viet, Go-Jek resmi mengaspal di Vietnam. (Doc: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Industri startup di Indonesia semakin berkembang sejak beberapa tahun terakhir. Bukan hanya dari sisi jumlah startup yang semakin banyak, tetapi juga manfaat yang dihasilkan dari industri ini.

Saat ini Indonesia memiliki empat startup dengan titel unicorn, yakni Traveloka, Ovo, Tokopedia, Bukalapak, serta satu decacorn yakni Gojek. Unicorn merupakan istilah untuk startup dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar, sedangkan decacorn memiliki valuasi USD 10 miliar.

Sepanjang tahun ini, ada beberapa kisah menarik di industri startup Tanah Air. Mulai dari ekpansi bisnis, hingga hengkangnya para CEO.

Berikut ini rangkuman tim Tekno Liputan6.com mengenai beberapa kisah menarik di industri startup sepanjang 2019:

1. Ekspansi Gojek

Logo baru Gojek (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Gojek memulai ekspansinya di Asia Tenggara pada tahun lalu dengan hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura. Tak hanya memperluas layanannya di ibu kota negara, Gojek juga menyambangi berbagai wilayah di luar itu.

Gojek melalui aplikasi on-demand Get di Thailand, pada tahun ini memperluas layanannya ke 14 wilayah. Pada awal tahun ini, layanan Get sudah tersedia di Chatuchak, Lad Prao, Wang Thong Lang, Sathorn, Bang Rak, Klongtoey, Yannawa, Bangkapi, Ratchathewi, Pathumwan, Phyathai, Beung Kum, Bang Kho Laem, dan Rat Burana.

Layanan yang disuguhkan Get di Bangkok adalah ride-sharing dan kurir pengiriman. Get pertama kali hadir di tiga wilayah Bangkok, Chatuchak, Lad Prao, dan Wang Thong Lang pada Desember 2018. Kala itu, aplikasi Get masih versi beta dalam rangka uji coba dan proses penyempurnaan layanan.

Berhasil hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura, Gojek pada tahun ini berencana mengaspal di Malaysia dan Filipina. Namun, rencana tersebut tidak berjalan mulus.

Gojek pada awalnya menghadapi penolakan dari pelaku bisnis lokal di Malaysia, hingga akhirnya perusahaan diperbolehkan beroperasi dalam skala terbatas mulai Januari 2020.

Pihak Gojek sudah memberi sinyal akan melakukan ekspansi ke Malaysia dan Filipina pada tahun depan. Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo, mengaku sedang mempersiapkan berbagai hal untuk ekspansi tersebut.

"Tahun depan ada dua negara yang selalu disebut. Itu bisa jadi suatu perkembangan ke arah sana. Kami sudah mempersiapkan semuanya untuk bisa berada di dua negara tersebut. Sebenarnya kalau di Filipina kita sudah punya pembayaran. Tapi layanan Gojek belum muncul di sana. Itu yang kami sedang usahakan," jelas Andre pada bulan lalu.

2. Pendiri Gojek Jadi Mendikbud

4 Pokok Kebijakan 'Merdeka Belajar', Ini Penjelasan Mendikbud
Nadiem Makarim (Sumber: Kemdikbud.go.id)

Kejadian penting lain dari startup Indonesia adalah penunjukan pendiri sekaligus CEO Gojek, Nadiem Makarim, menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di Kabinet Indonesia Maju. Ia dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (23/10/2019).

Nadiem merupakan salah satu pengusaha muda sukses di Indonesia. Popularitasnya kian melejit seiring kesuksesan perusahaan ride-hailing yang didirikannya pada 2010, Gojek.

Pria yang lahir pada 4 April 1984 di Singapura dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri ini, meraih gelar MBA dari Harvard University. Ia memulai karir di McKinsey & Company di Jakarta.

Setelah itu, ia berlabuh di e-commerce Zalora dari 2011-2012. Nadiem kemudian memutuskan meninggalkam Zalora untuk fokus membangun Gojek.

Dikutip dari berbagai sumber, setelah meninggalkan Zalora, dan sambil mengembangkan Gojek, Nadiem bekerja sebagai Chief Innovation Officer di Kartuku sampai 2014. Kemudian dia benar-benar fokus mengembangkan Gojek, dan kini berhasil menjadi salah satu startup besar di Indonesia dan Asia Tenggara.

Setelah kepergiaan Nadiem, kepemimpinan di Gojek diserahkan kepada Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo. Keduanya mengambil alih tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sebagai ceo-CEO, serta memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

3. Pendiri Ruangguru Jadi Staf Khusus Jokowi

Ruangguru.com
Chief Executive Officer (CEO) Ruangguru.com, Adamas Belva Syah Devera (Foto: Iskandar / Liputan6.com)

Adamas Belva Syah, atau yang dikenal dengan nama Belva Devara, ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai staf khusus presiden.

Pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1990 ini merupakan co-founder dan CEO dari startup yang bergerak di bidang edtech atau teknologi pendidikan, Ruangguru. Ia membentuk perusahaan bersama sahabatnya, Muhammad Iman Usman, pada 2014.

Belva berhasil meraih gelar ganda, yaitu MBA (Master of Business Administration) dari Stanford University, dan Harvard University dengan jurusan Public Policy. Setelah lulus, ia pada 2016 memutuskan fokus dalam perbaikan pendidikan di Indonesia, dan menjabat sebagai CEO di Ruangguru.

Pencapaiannya selama beberapa tahun terakhir ini membawa Belva masuk ke dalam daftar 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia oleh Forbes Magazine pada 2017.

4. Achmad Zaky Lepas Jabatan CEO Bukalapak

Perubahan komposisi di level C-Suite meliputi suksesi peran Chief Executive Officer (CEO) dari Achmad Zaky, salah satu dari tiga pendiri Bukalapak, ke Rachmat Kaimuddin sebagai CEO baru.
Perubahan komposisi di level C-Suite meliputi suksesi peran Chief Executive Officer (CEO) dari Achmad Zaky, salah satu dari tiga pendiri Bukalapak, ke Rachmat Kaimuddin sebagai CEO baru. Dok: Bukalapak

Kejadian mengejutkan lain di penghujung 2019 datang dari Bukalapak. Achmad Zaky melepas jabatan CEO Bukalapak, dan meneruskan posisi tersebut keppada Muhammad Rachmat Kaimuddin.

Zaky tetap aktif di Bukalapak sebagai penasihat. Ia juga akan tetap aktif sebagai mentor startup teknologi. Setelah melepas jabatan CEO, ia akan menjadi ketua di Yayasan Achmad Zaky yang akan segera didirikannya.

Dia mengaku memulai Bukalapak dengan semangat pribadi untuk menciptakan dampak positif bagi UMKM.

"Saya bangga dalam waktu sepuluh tahun, Bukalapak dikenal di peta dunia sebagai e-commerce Indonesia yang terkemuka. Sekarang, kami mengajak Rachmat bergabung dengan Bukalapak karena kepemimpinannya bisa mengarahkan Bukalapak ke tingkat yang lebih hebat lagi," ungkap Zaky melalui blog resmi perusahaan, Senin (9/12/2019).

Ia meyakini Rachmat merupakan orang yang tepat dalam memimpin roda perusahaan. "Saya percaya Rachmat adalah orang yang tepat, bagian dari tim yang tepat, di posisi yang tepat, dan datang pada waktu yang tepat," katanya.

(Din/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya