Liputan6.com, New York - Sejumlah mata uang Asia diprediksi bergerak liar sepanjang 2015 karena imbas kebijakan yang berbeda antar bank sentral di masing-masing negara.
Para analis mengatakan, kondisi ini juga dipicu persiapan The Fed untuk meningkatkan suku bunganya tahun depan.
Baca Juga
"The Fed akan menaikkan suku bunganya tahun depan, sementara beberapa bank sentral Asia akan mengambil arah kebijakan yang berbeda. Momentum pertumbuhan sangat baik bagi ekonomi AS sementara perlambatan siklus dan struktural di sejumlah wilayah Asia akan menghasilkan perbedaan laju perekonomian," ungkap para analis ANZ dalam laporannya seperti dikutip dari CNBC, Rabu (24/12/2014).
Advertisement
Secara global, The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunganya pada Juli 2015 setelah menghentikan program pengguliran dana stimulusnya tahun ini. Hal tersebut akan memicu pergerakan mata uang yang berbeda di sejumlah negara Asia.
Sebaliknya, sebagian besar bank sentral di Asia justru akan menurunkan suku bunganya. People's Bank of China tercatat telah memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam dua tahun pada Oktober tahun ini.
Begitu pula dengan Bank Sentral Korea yang memangkas suku bunganya ke level terendah pada bulan yang sama. Sementara Bank Sentral Jepang masih berkomitmen dengan upaya stimulus besar-besarannya.
Sementara kondisi ekonomi di Thailand dan Australia juga mendorong adanya kebutuhan untuk memangkas suku bunga.
ANZ memprediksi adanya pelemahan sebesar tiga persen pada seluruh mata uang Asia sepanjang 2015. Penurunan yang sama sebenarnya sudah terlihat pada 2014, menunjukkan adanya risiko yang lebih parah menghadapi pengetatan kebijakan moneter AS.
"Bank-bank sentral dan negara-negara besar di dunia akan sulit bersinkronisasi dan jatuhnya harga minyak akan menambah kondisi geopolitas baru yang dramatis dan perputaran ekonomi di pasar global," Head of Foreign Exchange Strategy Saxo, John Hardy.
Dia mengatakan, dolar berpotensi menguat lebih jauh dengan peningkatan data-data ekonomi AS.(Sis/Nrm)
Â