Liputan6.com, Jakarta - Dunia usaha bergerak sangat dinamis. Tidak jarang sebuah perusahaan merekrut karyawan besar-besaran untuk melakukan ekspansi bisnis.
Namun ada kalanya perusahaan harus melakuan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan karyawannya demi efisiensi, karena lesunya kondisi ekonomi yang berdampak buruk bagi perusahaan tersebut.
Baca Juga
Berikut ini adalah lima perusahaan yang melakukan kebijakan PHK secara massal, dengan jumlah besar, yang dilansir dari CNN Money, Sabtu (3/10/2015) :
Advertisement
Â
1. Hewlett-Packard
Â
Di bawah kepemimpinan Meg Whitman sejak 2011 perusahaan ikonik sekelas Hewlett-Packard telah memecat 85.000 pekerjanya. Pemecatan terbaru sebanyak 30.000 orang terkait dengan rencana HP yang akan dipecah menjadi dua perusahaan publik yang terpisah.
Perusahaan tersebut adalah HP Enterprise yang akan fokus pada komputasi awan dan keamanan cyber. Perusahaan lainnya adalah HP Inc., yang akan fokus pada produksi perangkat keras seperti printer dan PC yang memiliki pertumbuhan yang lebih lambat.
2. Microsoft
Â
Sejak menjabat sebagai CEO Microsoft pada 2014, Satya Nadella telah melakukan dua kali pemangkasan jumlah karyawan, dengan total sekitar 25.800 pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja.
Dibelinya perusahaan Nokia oleh CEO Microsoft sebelumnya, membuat Nadella harus melakukan PHK kepada 18.000 karyawan pembuat ponsel tersebut. Pada Juli, Nadella merumahkan 7.800 karyawannya yang sebagian besar di bisnis perangkat keras smartphone.
Â
Caterpillar
3. Caterpillar
Â
Perlambatan ekonomi Tiongkok dan rendahnya harga minyak dunia telah menggoyang keperkasaan Caterpillar.
Minggu lalu, Caterpillar mengungkapkan rencananya untuk mem-PHK 10.000 karyawan hingga 2018. Sebanyak 5.000 karyawan akan dirumahkan hingga akhir tahun depan.
Caterpillar meraih 10 persen pendapatannya dari Tiongkok. Selain itu, perusahaan pertambangan dan eksplorasi minyak global mengurangi pembelian alat berat dari Caterpillar.
Â
4. Halliburton
Â
Perusahaan minyak raksasa Halliburton telah mengurangi 12.000 karyawannya pada tahun ini karena berkurangnya aktivitas kegiatan pengeboran.
Jumlah sumur minyak yang beroperasi di AS turun hingga 60 persen, yang mana pada musim gugur lalu sumur minyak yang beroperasi mengalami puncaknya hingga 1.600 sumur.
Â
5. Schlumberger
Â
Rendahnya harga minyak dunia telah memaksa perusahaan minyak asal AS, Schlumberger, untuk mengurangi produksi. Karena itu perusahaan terpaksa merumahkan  20.000 karyawan.
Perusahaan ini mengumumkan dua putaran gelombang PHK yang masing-masing berselang empat bulan. Jumlah karyawan Schlumberger susut sebesar 15 persen dibanding pertengahan 2014, di mana saat itu harga minyak berada di atas US$ 100 per barel. (Ilh/Zul)*
Advertisement