Bos BI Prihatin Produk Halal RI Kalah dengan Negara Asia

BI menilai produk halal Indonesia masih jauh tertinggal dari negara di Asia.

oleh Merdeka.com diperbarui 25 Jul 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 17:01 WIB
Rapat Dewan Gubernur BI Memutuskan Kenaikan Suku Bunga Acuan
Gubernur BI, Perry Warjiyo (kedua kiri) saat jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/06). Pada Rapat Dewan Gubernur BI, suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 50 bps menjadi 6%, berlaku efektif sejak 29 Juni 2018. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan prihatin terhadap perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Sebab, produk halal Indonesia menurut dia masih jauh tertinggal dari negara-negara Asia. 

"Bagaimana ekonomi Indonesia tertinggal jauh dari pengembangan ekonomi halal di negara lain. Thailand eksportir 25 persen bumbu halal, Australia menjadi biggest meat of the world, Jepang mengembangkan turisme dan kuliner halal. Apakah kita tidak sedih dan prihatin?," kata Perry saat ditemui di Gedung Kementerian Bappenas, Jalarta, Rabu (25/7/2018).

Perry mengatakan, selama ini Indonesia hanya sebagai importir dan hanya menjadi pengguna produk halal dari negara-negara Asia. "Apakah kita rela hijab dari China, bumbu dari Thailand, dan daging dari Australia? Itu kegundahan kami," ujar dia.

Melihat kondisi tersebut, dirinya pun akan segera merumuskan beberapa hal terkait untuk mendorong perkembangan industri keuangan syariah Indonesia. Salah satunya adalah melalui dukungan dari berbagai pemerintah dan seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan lainnya.

"Saya yakin Presiden Jokowi mendukung. Kemudian yang kedua, dicanangkan sebagai program nasional. Ketiga, segera membentuk badan khusus yang mengoordinasikan ekonomi syariah. Keempat, fokus kepada competitive advantage halal food, karena kita konsumen terbesar dan resources ada, tinggal memprosesnya," ujar Perry.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Bappenas Buat Peta Jalan untuk Kembangkan Ekonomi Syariah

Indonesia Development Forum (IDF) 2018
Menteri PPN / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro memberikan sambutan pada Indonesia Development Forum (IDF) 2018 di Jakarta, Selasa (10/7). IDF 2018 mengusung tema sejalan dengan agenda Nawa Cita Presiden Jokowi. (Liputan6.com/HO/Bappenas)

Sebelumnya, Pemerintah berencana memperluas roadmap atau peta jalan untuk mengembangkan pusat ekonomi syariah.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, roadmap yang telah dibuat di Bappenas hanya sebatas pada keuangan syariahnya.

"Roadmap kami upayakan bisa keluar tahun depan atau akhir tahun ini," kata Bambang di Kantornya, Jakarta, Rabu 25 Juli 2018.

Bambang mengatakan, roadmap ini bakal bertujuan untuk mengurangi porsi konsumsi Indonesia dengan cara mengurangi derasnya impor terkait produk halal. "Namun, yang paling penting kita ingin punya kontribusi terhadap pengurangan defisit transaksi neraca berjalan dengan mengurangi impor produk halal," ujar dia.

Bambang menyebut, perkembangan industri halal di Indonesia saat ini belum berkembang ke arah yang tepat. Hal itu akan berdampak pada industri keuangan syariah dalam negeri yang masih kecil.

"Karena kami semakin percaya bahwa industri keuangan syariah hanya bisa berkembang kalau industri halalnya berkembang," kata Bambang.

Sementara, kondisi tersebut, lanjut bambang semakin diperkuat dengan posisi Indonesia yang sejauh ini hanya sebagai konsumen lantaran konsumsinya lebih tinggi dari produksi.

"Artinya dibandingkan potensial market Indonesia yang 85 persen penduduknya muslim dengan existing condition baik di sektor riil maupun keuangan itu terlihat gap yang sangat besar sehingga akhirnya Indonesia itu lebih menjadi market atau sebagai net consumer," ujar Bambang.

Oleh karena itu, melalui roadmap ini Bambang berharap akan mampu mengurangi posisi Indonesia sebagai net consumer. "Jadi lama-lama bisa net produser. Tapi butuh waktu. Jangka pendek bagaimana mengurangi derasnya impor terkait produk halal," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya