Faktor Ini Bikin Rupiah Kembali Tembus 14.500 per dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagagan Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Mei 2019, 10:59 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2019, 10:59 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagagan Rabu pekan ini. Sentimen internal dan eksternal terutama perang dagang antara AS-China masih bayangi pergerakan rupiah.

Mengutip data Bloomberg, rupiah kini berada di posisi 14.512 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan, rupiah dibuka melemah tipis 8 poin ke posisi 14.488 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 14.480 per dolar AS. Pada Rabu siang ini, rupiah berada di kisaran 14.488-14.512 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah merosot 0,17 persen atau 26 poin ke posisi 14.488 per dolar AS pada 22 Mei 2019 dari posisi 21 Mei 2019 di kisaran 14.462 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan pergerakan rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS sejak ketegangan perang dagang AS-China meningkat pada 10 Mei 2019.

Selain itu, meski bursa AS bervariasi pada perdagangan Selasa waktu setempat, indeks dolar AS menguat.

Josua menuturkan, dolar AS menguat ini dipicu pernyataan pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve Jerome Powell yang menyatakan peluang memangkas suku bunga acuan kecil pada 2019.

Selain itu, menurut Josua, pelaku pasar juga wait and see untuk pengumuman notulensi rapat bank sentral AS dan perkembangan perang dagang.

Dari sentimen internal, Josua menilai pelaku pasar merespons langkah calon pasangan presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang menggugat hasil rekapitulasi pemilu 2019 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Hal itu memberikan sedikit ketidakpastian.

"Akan tetapi berkaca pada 2014, gugatan ke MK ditolak. Keputusan KPU itu final," ujar Josua.

Selain itu, kondisi keamanan dengan ada aksi 22 Mei 2019 diharapkan terkendali. "Bagaimana kondisi keamanan terkendali sehingga tidak beri kepanikan yang berlanjut," kata dia.

Josua menambahkan, tekanan terhadap rupiah juga didorong permintaan dolar AS yang besar tapi suplasi terbatas. Permintaan dolar AS ini untuk pembayaran dividen dan utang luar negeri. Josua perkirakan, rupiah belum dapat menguat signifikan dalam waktu dekat.

Pada Rabu pekan ini, ia prediksi rupiah berada di kisaran 14.075-14.535 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Prediksi Rupiah

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, aksi massa 22 Mei diperkirakan akan membuat nilai tukar rupiahterhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi atau melemah dalam. Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Insitute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira.

Bhima menyebutkan, rupiah akan kembali mengalami koreksi. Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan yang cukup besar.

"Rupiah diperkirakan kembali alami koreksi ke 14.500 per dolar AS hingga 14.600 per dolar AS paska 22 Mei," kata dia saat dihubungi Merdeka.com, Selasa, 21 Mei 2019.

Menurutnya, ada beberapa hal mendasar yang membedakan kondisi pasca pemilu di tahun ini dengan pemilu pada 2014 silam.

"Kondisi saat ini berbeda dari 2014 dimana optimisme pelaku pasar pasca pemilu cukup tinggi. Ada harapan pemerintah di bawah Jokowi bisa mendorong ekonomi hingga tumbuh 7 persen," ujarnya.

Akan tetapi, menurutnya saat ini investor tidak cukup optimistis jika dibandingkan dengan lima tahun lalu sehingga Jokowi Effect tidak lagi terjadi pada pemilu tahun ini.

Hal ini disebabkan tidak tercapainya angka pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sejak awal pemerintahan yaitu pada angka 7 persen.

"Tapi sekarang ekspektasinya tidak setinggi itu karena melihat tren 5 tahun terakhir ekonomi hanya mampu tumbuh 5 persen. Jokowi effect berkurang di mata investor," tutup dia.

 

 

 

IHSG Melemah Terbatas di Awal Sesi Perdagangan

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan lama di zona hijau. Pada awal sesi perdagangan, laju IHSG bergerak di zona merah.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Rabu (22/5/2019), IHSG melemah tipis 2,98 poin atau 0,05 persen ke posisi 5.948,38. Pada pukul 09.00 waktu JATS, IHSG susut 9,26 poin atau 0,16 persen ke posisi 5.942,10. Akan tetapi, IHSG kembali turun hingga 25,39 poin.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.950,46 dan terendah 5.921,37.

Sebanyak 122 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. 52 saham menguat dan 128 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 16.766 kali dengan volume perdagangan 1,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 414,3 miliar. Investor asing melakukan aksi beli Rp 4,85 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.490.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri turun 1,24 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 0,79 persen dan sektor saham pertanian susu 0,78 persen.

Saham-saham yang mencatatkan penguatan di tengah IHSG melemah antara lain saham ARTA naik 24,5 persen ke posisi Rp 498 per saham, saham IBFN mendaki 24 persen ke posisi Rp 248 per saham dan saham TELE menanjak 15 persen ke posisi Rp 690 per saham.

Sedangkan saham-saham yang merosot antara lain saham POSA turun 6,53 persen ke posisi Rp 372 per saham, saham SMRU merosot 5,69 persen ke posisi Rp 116 per saham, dan saham MAPA tergelincir 3,85 persen ke posisi Rp 5.000 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,46 persen, indeks saham Jepang Nikkei mengaut 0,37 persen, indeks saham Singapura menanjak 0,32 persen dan indeks saham Taiwan naik 0,37 persen.

Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,14 persen dan indeks saham Shanghai susut 0,03 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya