Liputan6.com, Jakarta Pengusaha meminta pemerintah untuk membebaskan pajak pertambahan nilai (PPN) dan bea masuk komponen dan barang-barang pendukung operasional penerbangan. Hal ini guna membantu menurunkan harga tiket pesawat.
Ketua Bidang Internasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bagas Adhadirgha mengatakan, selama beberapa bulan belakangan harga tiket angkutan udara untuk tujuan domestik terus naik. Kenaikan bahkan lebih mahal dari penerbangan asing.
Menurut dia, hal yang menyebabkan tiket pesawat naik karena pemerintah mengenakan PPN sebesar 10 persen pada banyak komponen proses yang dilakukan dalam produksi jasa penerbangan.
Advertisement
"Ada beberapa hal yang menyebabkan harga tiket pesawat tujuan domestik kita mahal, karena di kenakan PPN 10 persen Mulai dari penjualan tiket penerbangan, pembelian bahan bakar pesawat udara, pembelian suku cadang, landing fee, biaya navigasi, biaya garbarata, dan biaya ground handling," ujar dia di Jakarta, Senin (3/6/2019).
Dia menjelaskan tiket penerbangan asing lebih murah karena adanya asas resiprokalitas dengan negara mitra.
"Solusinya jika harga tiket pesawat kita ingin murah, PPN dan bea masuk untuk spareparts dan bahan bakar agar dibebaskan, diberikan jalur khusus agar cepat proses saat memasukkan item barang-barang suku cadang dan komponen lainnya," kata dia.
Bagas menyatakan, jika harga tiket pesawat domestik murah akan berdampak pada pariwisata domestik kita yang akan meningkat dan juga meningkatkan UMKM daerah.
"Ini harus kita hadirkan solusi ke depannya, agar bisa menggerakkan ekonomi dan pariwisata juga bisa berkembang," tandas dia.
Harga Tiket Mahal, Jumlah Pemudik di Bandara Ahmad Yani Menurun
Jumlah pemudik di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, pada Lebaran 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Mahalnya harga tiket diduga menjadi penyebabnya.
"Dibandingkan arus mudik Lebaran tahun lalu, (jumlah pemudik Lebaran 2019) terjadi penurunan cukup signifikan," kata General Manager PT Angkasa Pura II Hardi Ariyanto di Semarang, yang dilansir dari Antara, Jumat (31/5/2019).
Jika dibandingkan tahun lalu, lanjut Hardi, telah terjadi penurunan sebanyak 22 persen di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, pada H-6 Lebaran 2019.
"Pada Lebaran tahun lalu, penumpang pada H-6 Lebaran di Bandara Ahmad Yani mencapai 16.925 orang. Sementara, tahun ini hanya sebanyak 12.989 orang. Sedangkan pergerakan pesawat mencapai 136 pada H-6 Lebaran 2018, sementara tahun ini hanya 116 pesawat saja," ujarnya.
Selain itu, penggunaan kargo di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang juga menurun 28 persen. Jika pada H-6 Lebaran tahun lalu tercatat sebanyak 77,063 kilogram, tahun ini turun menjadi 54.013 kg.
"Penurunan terjadi karena faktor mahalnya harga tiket pesawat. Selain itu, dampak adanya jalan tol baru juga sedikit berpengaruh," kata Hardi saat mendampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau persiapan arus mudik di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang.
Advertisement
Harga Tiket Pesawat Terlihat Mahal, Ini Penyebabnya
Masyarakat tengah ramai membicarakan mahalnya harga tiket pesawat untuk rute-rute tertentu menjelang liburan Lebaran 2019. Tiket Bandung-Medan atau Jakarta-Makassar misalnya, di platform layanan aplikasi penjualan tiket seperti Traveloka.com atau Tiket.com, bisa dijual lima enam kali lipat dari tarif normal.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Keuangan Polana B. Pramesti menegaskan, pihaknya telah meminta maskapai untuk mengingatkan dan menegur mitra penjual atau agen untuk tidak menampilkan harga yang tidak masuk akal karena penerbangan harus melalui beberapa kali transit.
Baca Juga
“Karena yang muncul di layar aplikasi konsumen, harga tiket pesawat jadi tidak masuk akal. Kalau maskapai tidak diingatkan untuk menegur mitra mereka, ini akan merugikan reputasi maskapai sendiri, sekaligus membuat calon penumpang menjerit,” ujar Polana, Jumat (31/5/2019).
Polana menambahkan, dalam suasana di mana permintaan tiket pesawat mengalami puncak seperti musim liburan dan Lebaran 2019 tahun ini, pemunculan harga yang tidak masuk akan makin membuat publik kebingungan dan menurunkan kepercayaan terhadap pelayanan dalam industri penerbangan.
Tiket pesawat yang dijual di aplikasi bukanlah tiket penerbangan langsung sesuai tujuan. Untuk rute Bandung tujuan Medan misalnya, tiket yang ditawarkan adalah melalui transit Denpasar dan Jakarta, baru terbang ke Medan. Bagaimana dengan Jakarta-Makassar? Penerbangan yang ditawarkan harus transit melalui Jayapura, baru terbang lagi ke barat dari Jayapura ke Makassar.
Tonton Video Ini: