Liputan6.com, Jakarta Asumsi nilai tukar Rupiah dalam kerangka ekonomi makro (KEM) dan pokok-pokok kebijakan fiskal (PPKF) RAPBN Tahun Anggaran (TA) 2020 ditetapkan berada di kisaran 14.000-15.000 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan asumsi nilai tukar Rupiah serta masalah neraca transaksi berjalan yang sangat dipengaruhi baik faktor eksternal maupun domestik.
"Dari sisi eksternal, perlemahan ekonomi global, ketidakpastian hubungan dagang AS dan Tiongkok, arah kebijakan moneter AS, proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan perlemahan perdagangan global, serta fluktuasi harga komoditas," kata dia di Ruang Rapat Paripurna Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, hal-hal tersebut mempengaruhi besarnya arus valuta asing (valas) yang masuk dan keluar Indonesia seperti yang terjadi pada tahun 2018, yang pada gilirannya berimbas pada fluktuasi nilai tukar Rupiah.
Selain itu, neraca pembayaran dan neraca transaksi berjalan adalah refleksi perekonomian Indonesia dalam hubungannya dengan dunia internasional.
Perbaikan kinerja ekspor barang dan serta pendalaman sektor keuangan akan jasa, serta perbaikan iklim investasi mempengaruhi posisi neraca transaksi modal dan finansial. "Persoalan tersebut telah dan akan menjadi agenda perekonomian kita," ujarnya.
Dia mengungkapkan pemerintah akan melakukan perbaikan struktural untuk memperkuat daya saing ekonomi domestik, penguatan sektor riil dan pendalaman sektor industri, perbaikan infrastruktur, penyederhanaan aturan atau deregulasi, dan insentif-insentif kebijakan ditujukan untuk menciptakan efisiensi, produktivitas dan inovasi di sektor riil.
Hal itu guna mendorong produk Indonesia agar memiliki daya saing baik untuk ekspor maupun di pasar domestik.
"Perbaikan iklim investasi dan penyederhanaan regulasi juga akan mendorong arus investasi masuk ke Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, strategi juga dilakukan dengan cara melakukan pengembangan sektor pariwisata yang memiliki program andalan sepuluh destinasi wisata di luar Bali.
Program tersebut diharapkan akan makin menarik jumlah wisatawan luar negeri dan mencegah keluarnya devisa karena wisatawan Indonesia ke luar negeri.
"Dengan langkah tersebut arus modal dan perdagangan barang dan jasa akan dapat diseimbangkan atau bahkan menjadi surplus sehingga mendorong akumulasi cadangan devisa nasional dan juga berdampak pada perbaikan nilai tukar," ujarnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Pendalaman Pasar Keuangan
Dia pun menegaskan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta Lembaga Penjamin Simpanan akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan, baik melalui peningkatan kapasitas sektor keuangan, pengembangan instrumen keuangan, maupun koordinasi kebijakan untuk memperkuat sektor keuangan.
Pendalaman pasar keuangan dimaksudkan tidak hanya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, tetapi juga untuk lebih menjamin likuiditas dan stabilitas pasar keuangan dalam negeri.
"Selain itu, Pemerintah juga terus mempersiapkan strategi kerja sama internasional dan bilateral yang dapat membantu stabilisasi nilai tukar," tegas Sri Mulyani.
Format-format kerja sama seperti: Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), perjanjian bilateral currency swap arrangement merupakan strategi yang disiagakan sebagai buffer penguatan cadangan devisa biladiperlukan.
"Dengan semakin kuatnya pasar keuangan, tentu Indonesia akan lebih mampu mengatasi tekanan-tekanan eksternal yang juga akan berpengaruh pada stabilitas nilai tukar. Nilai tukar rupiah yang stabil namun fleksibel merupakan instrumen kebijakan makro yang penting untuk menjaga ekonomi Indonesia dari shock dan tekanan. Karena itu, nilai tukar harus dijaga agar dapat memperkuat daya saing dan ketahanan ekonomi secara konsisten,"Â
Advertisement
Ancaman Trump ke China Bikin Rupiah Melemah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Namun rupiah masih berpeluang menguat pada perdagangan hari ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (11/6/2019), rupiah dibuka di angka 14.254 per dolar AS, melemah jika dibandingan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.250 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.254 per dolar AS hingga 14.256 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 0,94 persen.
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.258 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.231 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, perkirakan inflasi Mei ini merupakan puncak inflasi dan akan cenderung melambat pada bulan-bulan selanjutnya. Secara kumulatif dari Januari sampai Mei 2019 tercatat inflasi sebesar 1,48 persen (year to date/ytd).
"Kami perkirakan inflasi tahun 2019 masih sangat aman di sekitar 3,19 persen yoy," ujar Lana dikuti dari Antara.
Â