Sri Mulyani: Deflasi September Bukan karena Daya Beli Turun

Dari 82 kota di Indonesia, 70 kota mengalami deflasi sementara 12 kota mengalami inflasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Okt 2019, 15:15 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2019, 15:15 WIB
20160929- Menkeu dan Komisi XI Evaluasi Pelaksanaan Tax Amnesty-Jakarta- Johan Tallo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (29/9). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani, membantah deflasi yang mencapai 0,27 persen pada September 2019 karena adanya penurunan daya beli. Menurutnya, hal tersebut lebih disebabkan oleh harga komoditas sudah menurun.

"Kalau deflasi adalah karena harga turun, bisa karena koreksi terhadap sebelumnya, mungkin ada ongkos produksi yang menurun," ujar Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Sri Mulyani menambahkan, capaian inflasi pada bulan lalu akan membuat capaian inflasi terjaga sesuai target pemerintah dalam APBN 2019. Di mana, pemerintah menargetkan inflasi berada pada 3,5 persen.

"Saya rasa untuk Indonesia itu masih di dalam konteks target inflasi tahunan," jelasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi pada September sebesar 0,27 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender pada September 2019 terhadap Desember 2018 sebesar 2,20 persen, sementara inflasi tahun ke tahun sebesar 3,39 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan berbagai komoditas menunjukkan penurunan harga sepanjang September 2019. Sebagian besar komoditas yang menunjukkan penurunan harga di antaranya cabai merah, cabai rawit, ayam ras dan telur ayam ras.

"Jadi bisa dilihat terjadinya deflasi lebih disebabkan penurunan harga bumbu bumbuan dan komoditas makanan," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (1/10).

Dari 82 kota di Indonesia, 70 kota mengalami deflasi sementara 12 kota mengalami inflasi. Adapun deflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,94 persen, yang paling rendah di Surabaya sebesar 0,02 persen.

"Sementara itu inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 0,91 persen, inflasi terendah terjadi di Watampone dan Palopo sebesar 0,01 persen. Meulaboh lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditas ikan," jelas Suhariyanto.

 

Di Bawah Target

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun capaian inflasi pada September masih berada di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 3,5 persen. BPS berharap kondisi yang sama akan terjadi hingga akhir tahun.

"Deflasi tersebut masih berada di bawah target pemerintah. Kita berharap kondisi yang sama terjadi hingga akhir tahun. Meski Desember biasanya mengalami kenaikan untuk biaya anak sekolah, persiapan natal maupun tahun baru," tandas kepala BPS tersebut.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya