Wabah Virus Corona, Bagaimana Nasib Pelaut Indonesia di Kapal China?

Pemerintah harus segera mengidentifikasi apakah virus Corona sudah menginfeksi pelaut Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Jan 2020, 15:30 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2020, 15:30 WIB
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020.
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020. (Source: AP)

Liputan6.com, Jakarta - Mewabahnya virus Corona di Wuhan, China, hingga menyebabkan puluhan orang meninggal dunia membuat banyak pihak semakin dihantui kekhawatiran.

Rute-rute penerbangan yang terhubung dengan Wuhan terpaksa dibatalkan. Hal itu untuk mencegah terjadinya penularan virus Corona agar tidak masuk ke Indonesia lewat perhubungan jalur udara.

Namun bagaimana dengan perhubungan jalur laut? Hal ini menjadi sorotan Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi. Walaupun tidak tahu data pastinya, Siswanto menyebut jumlahnya sangat banyak mencapai ribuan.

“Pemerintah saya lihat belum mengeluarkan pernyataan soal nasib pelaut kita yang bekerja di kapal berbendera China, apakah aman dari virus Corona atau tidak. Inikan jadi indikasi kalau pelaut itu cenderung dianak tirikan dibanding kelas pekerja lain atau mahasiswa," ujar Siswanto, sebagaimana ditulis pada Minggu (26/1/2020).

Menurutnya, pemerintah harus segera mengidentifikasi apakah virus Corona sudah menginfeksi pelaut Indonesia, apakah para pelaut pernah terhubung dengan China atau tidak dan lainnya.

"Karena kan kita juga belum tahu, pelaut kita yang bekerja di kapal berbendera China pernah ke Wuhan atau tidak, atau berinteraksi dengan pelaut China asal Wuhan atau tidak? Jadi ini harus diidentifikasi oleh pemerintah, apalagi menularnya virus ini sangat cepat,” ungkap Siswanto.

Dirinya melanjutkan, pelaut dilindungi oleh berbagai organisasi internasional seperti ILO, ITF (The International Transport Workers' Federation-red), dan IMO, sehingga pemerintah harus benar-benar memperhatikan nasib kesehatan pelaut.

"Jadi pemerintah Indonesia janganlah menutup mata. Giliran PRT (Pembantu Rumah Tangga) diurus, pesawat pesawat lebih diperhatikan, tapi pelaut sama sekali tidak,” tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cegah Virus Corona, Maskapai Penerbangan Bersih-bersih Pesawat hingga Bagikan Masker

Penerbangan dari Kota Pusat Wabah Virus Corona Ditutup
Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Maskapai Sriwijaya Air dan Lion Air mengambil langkah antisipasi seiring merebaknya Virus Corona. Jajaran Direksi Sriwijaya Air menggelar aircraft cleaning atau bersih-bersih pesawat untuk membuat maskapai steril dari virus penyakit jahat seperti corona yang kini tengah menggegerkan publik dunia. 

Aircraft cleaning ini dilakukan di Bandar Udara International Soekarno-Hatta, Tangerang, selama periode Tahun Baru Imlek 2020 sebagai upaya menjaga standar kebersihan setiap pesawat dan mempertahankan level laik sanitasi. 

Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menjelaskan bahwa hal ini adalah komitmen Sriwijaya Air untuk senantiasa menjaga kebersihan demi kenyamanan selama penerbangan.

"Dalam sebuah penerbangan, kami sadari bahwa setiap penumpang pesawat memiliki tingkat sensitifitas berbeda-beda, entah itu terhadap debu, sampah bahkan virus penyakit. Untuk itu, jajaran direksi menekankan pentingnya program aircraft cleaning yang secara rutin telah dijalankan oleh tim Sriwijaya Air Group," kata dia, Sabtu (25/1/2020). 

Jefferson melanjutkan, program aircraft cleaning ini juga dilaksanakan dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek yang arus mudiknya terjadi pada 23-24 Januari 2020 serta arus baliknya pada 26 Januari 2020.  

"Ini dilakukan sehingga seluruh armada Sriwijaya Air berada dalam performa yang prima di periode sibuk ini," ujar Jefferson. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya