Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada hari Jumat. Namun hal yang menarik, kenaikan ini terjadi di tengah kekhawatiran penyebaran virus corona dapat menghambat rebound ekonomi Amerika Serikat.
Benchmark minyak mentah mengikuti aset lainnya lebih rendah. Presiden Federal Reserve Boston Eric Rosengren mengatakan lebih banyak dukungan fiskal dan moneter untuk ekonomi AS kemungkinan akan diperlukan.
Baca Juga
Rosengren mengulangi pandangannya bahwa tingkat pengangguran AS kemungkinan akan pada tingkat dua digit di akhir 2020 dan memperingatkan agar tidak membuka kembali ekonomi terlalu cepat bertujuan mengatasi virus.
Advertisement
Kecemasan pasar meningkat usai Apple mengumumkan bahwa mereka akan menutup kembali toko-toko tertentu ketika virus menyebar lebih lanjut.
"Ini menakuti semua orang di North dan South Carolina," kata John Kilduff, mitra di hedge fund energi Again Capital di New York seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (20/6/2020).
Minyak mentah Brent naik 61 sen menjadi USD 42,12 per barel, setelah diperdagangkan naik ke USD 42,92 per barel dan kemudian berbalik negatif. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 2,34 persen, atau 91 sen, menjadi USD 39,75 per barel.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Komitmen Pemotongan Produksi
Harga minya naik di awal sesi setelah Irak dan Kazakhstan, selama pertemuan panel OPEC + pada hari Kamis, berjanji untuk mematuhi pemotongan minyak yang lebih baik, kata sumber. Ini berarti pembatasan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, yang dikenal sebagai OPEC +, dapat memperdalam pada bulan Juli.
Stok minyak mentah AS mencapai rekor lain minggu ini, tetapi persediaan bahan bakar turun.
Advertisement