Harga Emas Naik karena Pandemi Memburuk, Investor Menanti Hasil Pemilu AS

Harga emas telah melonjak 25 persen sepanjang tahun ini di tengah maraknya pemberian stimulus fiskal oleh banyak negara.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Nov 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena investor masih memilih emas sebagai instrumen lindung nilai di tengah pandemi yang semakin memburuk.

Di luar itu, investor tengah menunggu hasl pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada Selasa waktu setempat.

Mengutip CNBC, Selasa (3/11/2020), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi USD 1.893,13 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,7 persen ke level USD 1.892,50 per ounce.

“Sepertinya masih akan ada peningkatan volatilitas dalam 72 jam ke depan. Jadi, karena itu orang melihat emas dan perak sebagai instrumen safe haven,” kata kepala analis Blue Line Futures Chicago, Phillip Streible.

Dalam jajak pendapat nasional, Joe Biden dari Partai Demokrat memimpin atas petahana Presiden AS Donald Trump. Namun masih tetap terjadi persaingan ketat di beberapa negara bagian.

Investor cukup khawatir hasil dari pemilu ini belum bisa dipastikan pada Selasa malam usai pemungutan suara karena penghitungan suara bisa memakan waktu berhari-hari.

“Jika hasilnya tidak jelas, harga emas bisa kembali ke USD 1.940 per ounce. Tapi terlepas dari kandidat mana yang menang, ada sentimen positif dari stimulus lanjutan dan suku bunga tetap rendah untuk jangka waktu yang lama,” kata Streible.

Emas dianggap sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Harga emas telah melonjak 25 persen sepanjang tahun ini di tengah maraknya pemberian stimulus fiskal global yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi.

Sementara itu, kasus virus Corona terus meningkat di Amerika Serikat, total infeksi di Eropa juga telah melampaui 10 juta pada hari Minggu.

“Kesenjangan antara kedua kandidat pemilu AS semakin menyempit, pasar melihat apakah ini akan diselesaikan pada 3 November atau berlarut-larut untuk waktu yang lama dengan penghitungan ulang,” kata analis senior RJO Futures, Eli Tesfaye.

Eli menambahkan, ada juga sentimen negatif atau sentimen yang akan menekan harga emas yaitu terobosan jalur cepat penemuan vaksin.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sederet Peristiwa Penting Pengaruhi Harga Emas Pekan Ini, Apa Saja?

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada awal November 2020 ini tampaknya akan terjadi banyak hal yang dapat mempengaruhi harga emas. Selain pemilu AS, juga ada pengumuman suku bunga bunga Federal Reserve dan beberapa hal lainnya. Termasuk angka ketenagakerjaan AS dari Oktober.

Keadaan tersebut diperkirakan juga akan mempengaruhi harga emas. Saat ini, harga emas terpantau sangat fluktuatif selama minggu terakhir bulan Oktober.

Harga emas menutup perdagangan bulan Oktober dengan kehilangan level kunci USD 1.900 per ons. Ini karena harga emas menyentuk level terendah satu bulan di USD 1.859 pada perdagangan hari Kamis.

Dilansir dari laman Kitco, Senin (2/11/2020), harga emas berjangka Comex Desember diperdagangkan pada USD 1,880.20 per ons, naik 0,65 persen pada Jumat (30/10).

Direktur perdagangan global Kitco Metals Peter Hug mengatakan, baik gelombang biru atau gelombang merah di pemungutan suara, akan memiliki efek positif pada harga emas. Menurutnya, pasar telah menerima informasi beragam terkait kemampuan Joe Biden versus Donald Trump untuk memenangkan pemilihan.

"Akan ada volatilitas yang terjadi pada Senin, Selasa malam. Hari-hari perdagangan riil adalah Rabu, Kamis, dan Jumat. Tidak peduli siapa yang menang, akan ada paket stimulus signifikan yang dimasukkan ke pasar, yang akan menjadi sangat bullish pada logam,” kata Hug.

Hug menambahkan, ketidakpastian terbear adalah ketika hasil pemilu tak kunjung diumumkan. "Jika ada pemenang yang jelas, saham akan naik, dan harga emas akan naik baik sepanjang Selasa malam atau dengan perdagangan semalam di Eropa," kata Hug.

"Jika kita memiliki gelombang biru, kita meminjam dan membelanjakan lebih banyak dan harga emas naik. Jika kita memiliki gelombang merah, kita menghabiskan sedikit lebih sedikit, tetapi itu masih bagus untuk emas,” kata Malek.

Sementara, jika belum ada pemenang yang jelas, Hug menyebutkan pasar saham akan berada di bawah tekanan. Dimana orang-orang akan beralih ke uang tunai, dan itu bisa menjadi negatif untuk harga emas.

Kepala strategi global TD Securities, Bart Melek melihat ada konsensus di pasar bahwa siapapun yang menang, AS akan mendapatkan stimulus fiskal, dan akan terus memiliki suku bunga rendah. Senada dengan Hug, Malek juga mengatakan skenario terburuk untuk harga emas adalah ketika belum jelas siap apemenangnya. Menurutynya, hal ini akan menciptakan ketakutan dan penundaan paket stimulus fiskal.

“Setelah kita mendapatkan hasil yang jelas, kita mendapatkan stimulus. Mungkin tidak sebesar jika kita mendapatkan pemerintahan yang terpecah, tapi kita akan mendapatkan sesuatu. Dan sekarang, pasar telah dijual karena kita tidak mendapat apa-apa,” kata Melek.

Presiden Phoenix Futures and Options LLC, Kevin Grady menuturkan, jika USD 1.925 dapat ditembus ke atas, harga emas bisa mencapai USD 1.970. Bahkan menurutnya, harga emas masih mungkin untuk berada di level USD 2.000 per ons minggu depan.

Suku Bunga The Fed

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Selain hingar pemilihan Presiden AS, pasar akan memiliki sejumlah data ekonomi untuk dicerna, termasuk pengumuman suku bunga Federal Reserve. Analis memperkirakan The Fed akan terus menekankan kebutuhan stimulus fiskal pada pertemuan pekan depan.

"The Fed [kemungkinan] akan mempertahankan bias dovishnya pada pertemuan FOMC hari Kamis dengan janji untuk bersiap dan menawarkan lebih banyak stimulus jika diperlukan. Kami berharap untuk melihat mereka mengulangi poin bahwa kebijakan fiskal adalah alat yang lebih efektif pada saat ini,” kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.

Di sisi data, pengumuman mengenai ketenagakerjaan AS juga akan menjadi pusat perhatian. Konsensus pasar memperkirakan telah ada penambahan 600 ribu pekerjaan sepanjang Oktober 2020. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya