Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia jatuh dipicu kembali China yang kembali menerapkan langkah-langkah penguncian Covid-19. Kemudian ditambah kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga mengurangi permintaan bahan bakar.
Melansir laman CNBC, Jumat (2/9/2022), harga minyak dunia berjangka Brent mengakhiri hari dengan bertengger di posisi USD 92,36 per barel, turun 3,4 persen.
Baca Juga
Sementara harga minyak hari ini jenis West Texas Intermediate (WTI) AS berjangka menetap 3,28 persen lebih rendah menjadi USD 86,61 per barel.
Advertisement
“Permintaan minyak dunia dari Barat serta China stagnan, sementara pasokan meningkat secara bertahap, sebagian besar didukung oleh ledakan serpih AS,” kata Analis Julius Baer, Norbert Rucker.
Aktivitas pabrik Asia merosot pada Agustus lagi lagi karena pembatasan nol-Covid yang diterapkan China.
Kemudian adanya tekanan biaya terus merugikan bisnis. Ini melihat dari survei yang kian menggelapkan prospek pemulihan yang rapuh di kawasan itu.
Pusat teknologi Cina Selatan, Shenzhen, memperketat pembatasan Covid-19 karena kasus terus meningkat. Semua acara besar dan hiburan dalam ruangan ditangguhkan selama tiga hari di distrik terpadat di kota itu, Baoan.
Sementara itu, indeks saham utama Eropa jatuh ke posisi terendah tujuh minggu pada hari Kamis di tengah kekhawatiran yang mendalam tentang kenaikan suku bunga yang agresif dan rekor inflasi yang tinggi di wilayah tersebut.
Kemungkinan kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang akan memungkinkan anggota OPEC untuk meningkatkan ekspor minyaknya juga membebani harga minyak.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan jika dia berharap kesepakatan akan diselesaikan dalam beberapa hari mendatang.
Volatilitas pasar minyak baru-baru ini telah mengikuti kekhawatiran tentang pasokan yang tidak memadai dalam beberapa bulan.
Ini setelah Rusia mengirim pasukan militer ke Ukraina dan ketika OPEC berjuang untuk meningkatkan produksi.
Pasokan di Pasar
Output OPEC mencapai 29,6 juta barel per hari (bph) dalam bulan terakhir, menurut survei Reuters, sementara output AS naik menjadi 11,82 juta bph pada Juni. Keduanya berada di level tertinggi sejak April 2020.
Namun, pasar minyak akan memiliki surplus kecil hanya 400.000 barel per hari pada tahun 2022, jauh lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya, menurut OPEC dan mitranya - yang dikenal sebagai OPEC+ - karena kekurangan produksi anggotanya, data dari kelompok menunjukkan.
Kelompok ini memperkirakan akan terjadi defisit pasar minyak sebesar 300.000 barel per hari pada tahun 2023.
Sementara itu, stok minyak mentah AS turun ke posisi 3,3 juta barel, menurut Administrasi Informasi Energi AS, sementara stok bensin turun 1,2 juta barel.
Para menteri keuangan dari kelompok negara-negara kaya Kelompok Tujuh akan membahas batasan harga yang diusulkan Pemerintah AS untuk minyak Rusia ketika mereka bertemu pada hari Jumat, mengutip penjelasan Gedung Putih.
Advertisement