Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berterak melemah pada perdagangan Kamis ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini terjadi menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
Pada Kamis (10/11/2022), rupiah pagi ini melemah 39 poin atau 0,25 persen ke posisi 15.696 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.657 per dolar AS.
Baca Juga
"Fokus pasar sekarang beralih ke data indeks harga konsumen AS, yang diharapkan menunjukkan bahwa inflasi tertahan di dekat level tertinggi 40 tahun hingga Oktober," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Angka tersebut secara luas diharapkan menjadi faktor dalam jalur kebijakan moneter AS dalam waktu dekat.
Namun beberapa anggota bank sentral AS The Federal Reserve telah menyuarakan kenaikan suku bunga yang lebih kecil.
Pada Rabu 9 November 2022, Presiden The Fed Chicago Charles Evans meminta bank untuk menyesuaikan kenaikan suku bunga dan menghindari potensi kejatuhan ekonomi akibat menaikkan suku bunga terlalu tinggi.
Sementara itu hasil awal pemilu paruh waktu AS menunjukkan bahwa Partai Republik masih diunggulkan untuk memenangkan kedua majelis kongres, meskipun Demokrat tampil lebih baik dari yang diharapkan
Pemilu sela AS yang tak terduga ketat mengaburkan hasil kemungkinan pemenang dalam pertempuran untuk mengendalikan kongres. Secara luas Partai Republik diperkirakan akan memenangkan mayoritas tipis di DPR, yang mengarah ke pemerintahan yang terpecah.
Kendati demikian persaingan untuk Senat ketat setelah Demokrat bernasib jauh lebih baik dari yang diharapkan dalam pemilihan-pemilihan kunci.
Depresiasi Rupiah Cuma 8,62 Persen, Lebih Baik dari India hingga Malaysia
Stabilitas sistem keuangan (SSK) pada kuartal III 2022 masih tetap berada dalam kondisi yang resilien. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi nilai tukar rupiah yang masih lebih baik dibanding dengan beberapa negara tetangga.
Dalam Rapat Komite Stabilitas sistem keuangan (KSSK) yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terungkap bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar AS.
Dikutip dari keterangan tertulis KSSK, Kamis 3/11/2022), Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 114,76 pada tanggal 28 September 2022.
Â
Advertisement
Sejalan dengan Persepsi
Sementara itu, nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi 8,62 persen (ytd), relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.
Contohnya India yang terdepresiasi 10,20 persen, Malaysia terdepresiasi 11,86 persen, dan Thailand terdepresiasi 12,23 persen.
Depresiasi ini sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.
Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya Dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS.
Â