Bos OJK Sebut China Bakal Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Dunia di 2023

Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat karena sejumlah tantangan yang dihadapi pada 2023 mendatang.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 15 Des 2022, 13:50 WIB
Diterbitkan 15 Des 2022, 13:50 WIB
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat karena sejumlah tantangan yang dihadapi pada 2023 mendatang. Namun, China akan mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi, sementara Amerika Serikat dan Eropa masih diprediksi melemah.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara. Mirza mengungkap alasan China mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di 2023.

Salah satunya karena kebijakan zero covid sebagai pembatasa mobilitas masyarakat yang masih dilakukan. Maka, seiring dengan pembukaan mobilitas di akhir 2022, pertumbuhan ekonomi China akan membaik di tahun depan.

"Diantara negara-negara di dunia, negara besar yang pertumbuhan ekonominya meningkat di 2023 adalah China kenapa? Karena di tahun 2022, Tiongkok masih melakukan pengetatan pergerakan manusia, istilahnya zero covid policy," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Business Challenge 2023, Kamis (15/12/2022).

Dengan pengetatan ini, China mengalami pelambatan ekonomi di 2022 dengan mencatatkan pertumbuhan 3,3 persen. Sebelumnya, pada 2021 ekonomi China tumbuh 8,1 persen.

"Nah tahun 2023, karena Tiongkok sekarang sudah melakukan pelonggaran pergerakan manusia, maka dari itu tahun 2023 diperkirakan bahwa Tiongkok akan meningkat pertumbuhan ekonominya ke 4,6 persen," beber Mirza.

Kendati begitu, Mirza mengatakan kalau peningkatan ekonomi ini masih lebih rendah dari pertumbuhan yang biasanya dicapai. Yakni, dalam kisaran 6-9 persen pada saat sebelum pandemi Covid-19.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


AS dan Eropa Melambat

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam Closing Ceremony 4th Indonesia Fintech Summit & Bulan Fintech Nasional 2022, Senin (12/12/2022).
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam Closing Ceremony 4th Indonesia Fintech Summit & Bulan Fintech Nasional 2022, Senin (12/12/2022).

Sementara itu, Mirza mengatakan kalau pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa masih akan melemah di 2023. Ini dipicu dari kenaikan suku bunga yang dilakukan.

Diketahui, Fed Fund Rate meningkat dari 0,25 menjadi sekitar 4 persen di 2022. Ini memicu kenaikan sejumlah suku bunga bank sentral di berbagai negara.

"Maka terjadi perlambatan ekonomi. Dan pada 2022 ini ekonomi AS diperkirakan hanya tumbuh 1,8 direvisi 0,7 persen dari forecast OECD sebelumnya dan 2023 menjadi 0,5 persen," sambung dia.

Kemudian, Eropa juga diprediksi akan mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi. Dari angka 3,3 persen di 2022, menjadi tumbuh hanya 0,5 persen di 2023.

"Kita ketahui Amerika menaikkan bunga Europe area menaikkan bunga, beberapa negara di dunia termasuk Indonesia juga menaikkan bunga," pungkas Mirza Adityaswara.

 


Modal Indonesia Hadapi Resesi

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Akan Meningkat
Anak-anak dengan latar gedung bertingkat menikmati minuman di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis Indonesia mampu bertahan ditengah ancaman resesi ekonomi global di 2023. Menurutnya, pertumbuhan ciamik dari ekonomi Indonesia bisa menjadi modal kuat.

Menurut data yang dimilikinya, Indonesia mampu tumbuh 5,72 persen year on year di kuartal III 2022. Pertumbuhan ini terjadi ditengah gejolak ekonomi global dan ketidakpastian di berbagai aspek.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat di 2022 dapat menjadi bekal untuk menghadapi potensi resesi global pada 2023," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Business Challenge 2023, Kamis (15/12/2022).

Menurutnya, kinerja ekspor Indonesia yang baij menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi ini. Pada saat yang sama, konsumsi masyarakat pun meningkat seiring dengan aktivitas ekonomi yang terjadi.

"Mobilitas masyarat yang semakin pulih menjadi determinan utama untuk mendorong akrivitas ekonomi Indonesia," sambung Airlangga.

 


Konsumsi Domestik

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menko Airlangga menyampaikan, konsumsi domestik ini menjadi penopang utama pendapatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Per kuartal III 2022, konsumsi domestik berkontribusi 50,3 persen terhadap PDB.

Dia menekankan kalau pemerintah sendiri mengambil langkah penting untuk menjaga daya beli masyarakat. Harapannya, hal ini mampu menekan tingkat inflasi yang terdampak dari kenaikan berbagai komoditas global.

"Dengan fundamental (ekonomi) yang kuar, ditambah meningkatkan posisi Indonesia di kancah ekonomi internasional, pemerintah optimistis bahwa kebijakan program yang telah dicsnangkan akan dapat mendorong kemajuan yang sangat signifikan di berbagai sektor perekonomian, serta dapat meredam tantangan global," bebernya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya