Liputan6.com, New York - Sejarah lengkap pemilihan presiden Amerika Serikat 2016 memang belum dituliskan, tapi sangat mungkin masuk dalam buku sejarah.
Pertama-tama, musim primary dibuka dengan 17 calon dari Partai Republik. Inilah yang terbanyak dalam sejarah. Donald Trump memimpin sejak awal, lengkap dengan cuitan dan pernyataan yang seringkali sangat ganjil.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Di Partai Demokrat, Hillary Clinton mendapat tantangan tak terduga dari senator Bernie Sanders.
Ternyata, pemilu 2016 bukan satu-satunya yang paling aneh dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Dikutip dari Live Science pada Kamis (17/11/2016), berikut ini adalah sejumlah pemilu paling aneh:
Trump Vs Hillary
Situasi semakin panas mendekati hari pemilihan. Clinton berjuang menepis dugaan penggunaan server pribadi untuk surel dinas selagi menjadi Menteri Luar Negeri.
Masalah seakan selesai pada Juli lalu ketika FBI tidak menganjurkan dakwaan pidana, tapi terungkit lagi 2 minggu sebelum hari pemilihan karena adanya bukti baru di komputer Anthony Weiner, suami dari Huma Abedin, orang dekat Hillary Clinton.
Sebenarnya FBI sedang memeriksa komputer Anthony Weiner untuk dugaan pesan-pesan seks dengan remaja di bawah umur. Dua hari sebelum pemilihan, FBI kembali melepaskan tuduhan.
Sementara itu, Trump menolak membeberkan laporan pajaknya, padahal semua capres sejak Gerald Ford melakukannya sebagai niat baik.
Ia bahkan mempertanyakan seorang hakim warga negara Meksiko yang memeriksa kasus penipuannya, padahal hakim itu adalah warga negara AS walaupun keturunan Meksiko.
Dan Oktober lalu, daftar kelakuan ditambah lagi dengan video Trump yang bicara tidak senonoh soal meremas bagian kelamin wanita dan upayanya menggoda wanita bersuami.
Hampir semua ramalan menyebutkan Clinton menang mudah dalam pilpres AS kali ini, tapi ternyata Donald Trump meraih 290 suara elektoral, jauh melebihi Hillary Clinton dengan 232 suara elektoral. Padahal, Hillary Clinton memenangkan suara populer.
Calon Tunggal
Pilpres pertama dalam sejarah AS adalah yang satu-satunya, karena tidak ada persaingan.
Partai politik terorganisasi masih belum terbentuk dan George Washington tidak memiliki lawan.
Kemenangan George Washington adalah satu-satunya dalam sejarah AS yang meraup hingga 100 persen suara elektoral.
Yang menjadi perbincangan pada 1788 adalah tentang wakil presiden. Pada saat itu, jabatan tersebut diberikan kepada peraih ke dua suara elektoral. Ada 11 calon yang mengajukan diri dan John Adams meraih perolehan tertinggi.
Polemik Cawapres
Politik elektoral menghangat pada 1800, sungguh berbeda dengan saat pengangkatan George Washington. Partai-partai politik sudah gencar saat itu dan bersitegang tentang isu-isu penting seperti pajak, hak-hak negara bagian, dan penyelarasan politik luar negeri.
Thomas Jefferson menjadi kandidat Demokratik-Republikan, sedangkan John Adams menjadi calon dari Federalis.
Pada saat itu, hari pemilu ditentukan oleh negara bagian sehingga pemungutan suara berlangsung dari April hingga Oktober.
Karena struktur pemilihan 2 calon di tingkat Electoral College, hasil pemilu menjadi berimbang antara Jefferson dan pilihannya sebagai capres, Aaron Burr.
Satu delegasi South Carolina seharusnya memberi salah satu suara kepada kandidat lain agar Jefferson menang dan Burr di tempat ke dua. Tapi rencana ini gagal, sehingga dua pria itu masing-masing mendapat 73 suara elektoral.
Penguraian jalan buntu diserahkan kepada House of Representatives, yang belum tentu semuanya mendukung Jefferson sebagai presiden dan Burr sebagai wakil.
Perlu tarik ulur selama 7 hari hingga Jefferson akhirnya unggul. Hal ini memicu amandemen ke-12 pada Konstitusi AS yang memisahkan pemilihan presiden dan wakilnya oleh Electoral College agar capres dan cawapres tidak bersaing suara elektoral.
Hiruk-Pikuk
Segala hal berkaitan dengan veteran peran Andrew Jackson biasanya ruwet. Tapi, pertarungan elektoral pada 1828 antara Jackson dan Adam Quincy menjurus kepada saling hina dan menjelekkan.
Jackson kalah dari Adams pada 1824 ketika Henry Clay, pimpinan House of Representatives memberikan suaranya sehingga mengurai hasil imbang.
Ketika Adams memilih Clay sebagai Menteri Luar Negeri, Jackson geram sekali dan menuduh keduanya melakukan "tawar menawar".
Padahal, itu terjadi sebelum pemilu 1828, ketika Adams dicurigai melacurkan seorang anak perempuan Amerika kepada Czar Rusia.
Rachel, istri Jackson, dituding sebagai "pelaku zinah," karena beberapa tahun sebelumnya menikahi Jackson sebelum tuntas bercerai dengan suami sebelumnya.
Rachel meninggal setelah Jackson memenangkan pemilu, tapi masih sebelum pelantikan. Saat pemakaman istrinya, Jackson menuduh lawan-lawannya.
Selain pemilu yang kasar, pesta pelantikan Jackson yang terbuka untuk umum juga menjadi tempat berjejal-jejal karena ribuan orang yang datang untuk memberikan ucapan selamat.
Margaret Smith, seorang sosialita di Washington, berujar, “Para wanita pingsan, kaum prianya berdarah-darah di hidung, dan hiruk pikuk kebingungan di sana-sini.”
Bersaing Melawan Jenazah
Pada 1872, petahana Ulysses S. Grant memenangkan masa jabatan ke dua dengan mudah karena lawannya meninggal dunia sebelum masuknya suara terakhir.
Namun demikian, Grant sebenarnya sudah menang bahkan sebelum lawannya, Horace Greeley, meninggal dunia.
Pada hari pemilihan, petahana itu meraih 286 suara elektoral, dibandingkan dengan 66 suara elektoral untuk Greeley. Tapi, sebelum seluruh suara masuk pada 29 November 1872, Greeley meninggal dunia dan suara elektoralnya dibagi di antara para capres lain.
Hingga sekarang, Greeley menjadi satu-satunya capres yang meninggal dunia sebelum pemilu berakhir.
Terkatung-Katung
Al Gore dari Partai Demokrat mengalahkan George W. Bush untuk suara populer dalam pemilu 2000, tapi suara elektoral mereka terlalu berdekatan dan kontorversial.
Bahkan, hingga malam menjelang penutupan pemungutan suara, hasil di New Mexico, Oregon, dan Florida masih terlalu berdektan. Akhirnya Florida menjadi penentu kemenangan setelah Mahkamah Agung dilibatkan.
Selama satu bulan, hasil pemilu terkatung-katung karena tim Gore mempertanyakan hasil perhitungan di beberapa wilayah. Sementara itu, negara bagian Florida dan Mahkamah Agung tarik ulur tentang penghentian perhitungan ulang atau memperpanjang waktu penghitungan.
Salah satu ganjalan perhitungan suara dengan tangan adalah penentuan apakah suara pada kertas tempel pada surat suara kartu berlubang dapat dihitung sebagai suara sah.
Akhirnya, pada 12 Desember, Mahkamah Agung memutuskan dengan suara 7 banding 2 bahwa perhitungan ulang di seluruh negara bagian dipandang tidak konstitusional, apalagi perhitungan ulang kecil-kecilan tidak bisa dilakukan.
Dengan demikian, keputusan awal disahkan dan pemilu itu dimenangkan Bush.