Pengakuan Tentara Muslim yang Bergabung di Militer Israel

Di balik tudingan sentimen agama pada konflik Israel-Palestina, ada segelintir tentara Muslim yang bergabung dalam militer negeri zionis.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 06 Jan 2018, 07:36 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2018, 07:36 WIB
Tentara Israel
Tentara Israel. (BBC)

Liputan6.com, Tel Aviv - Tidak sedikit yang meyakini bahwa konflik antara Israel dan Palestina turut dilatarbelakangi oleh sentimen agama. Namun, beberapa penelitian menyebut hal sebaliknya. Muslim dan Yahudi kerap terlihat berdampingan. Itu juga yang terjadi di Israel Defence Force, nama resmi kesatuan militer negeri zionis.

Sebagaimana dikutip dari laman Dailywire.com, banyak anggota militer negara berbendera Bintang Daud ini adalah Muslim. Mereka adalah generasi muda dari kelompok masyarakat Muslim yang telah menetap di wilayah Israel secara turun temurun. Mereka mengenyampingkan sentimen agama dan membela Israel sebagai tanah airnya.

"Saya adalah seorang Arab Saya juga seorang Muslim. Saya mencintai negara saya dan siap mati membelanya," ujar Mohammad Kabiya, salah seorang Muslim di militer Israel.

Kabiya adalah seorang keturunan Arab Badui yang dikenal sebagai salah satu musuh bebuyutan kaum Yahudi sejak lama.

 

 

 

 

Muslim Diduga 'Terpaksa' Masuk Militer

Sinterklas Bela Palestina
Pengunjuk rasa berkostum sinterklas (Santa Claus) berhadapan dengan polisi perbatasan Israel dalam demonstrasi di Bethlehem, Tepi Barat, 23 Desember 2017. Protes terkait pengakuan Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. (AP/Nasser Shiyoukhi)

Para tentara Muslim kerap diduga terpaksa masuk ke satuan tentara karena adanya program wajib militer bagi seluruh penduduk Israel, pria dan wanita, di usia 20-an.

Namun, seperti Kabiya, Kolonel Wagdi Sarhan juga mengaku tulus membelas negaranya, meskipun ia adalah seorang Muslim.

"Terkadang kami juga berempati dengan saudara Muslim di Palestina, namun kami lebih memilih untuk mengabdi kepada negara," jelas Sarhan.

Bagi Kabiya dan Sarhan, serta para tentara Muslim Israel lainnya, konflik dengan Palestina bukanlah soal agama.

Mereka mengaku bertugas untuk menekan perlawanan masyarakat Palestina di Tepi Barat yang dikuasai sepihak oleh Israel sejak 1967 silam.

Israel mengklaim Tepi Barat adalah bagian dari daerah yang telah dijanjikan oleh kitab Taurat sebagai tanah kebebasan.

"Palestina adalah sahabat kami, namun kami tidak bisa menuruti keinginan mereka untuk menduduki Tepi Barat," tukas Sarhan yang telah mengabdi belasan tahun di militer Israel.

Membela Israel

Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)
Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)

Muslim yang bergabung sebagai anggota Militer Israel sebenarnya baru bemunculan dalam 10 tahun terakhir. Mengutip dari laporan NBCnews.com, sebelumnya pemerintah Israel hanya menempatkan warga Muslim sebatas pada program wajib militer.

Alasannya adalah karena tentara Muslim dikhawatirkan membelot dari tugas yang diperintahkan.

"Pemerintah akhirnya percaya bahwa kami tulus membela negara, dan kuota tentara Muslim terus bertambah dari tahun ke tahun," ujar Ahmed Lakashi, salah seorang tentara beragama lainnya.

Meskipun begitu, peran tentara Muslim masih belum dimaksimalkan oleh militer Israel. Selain berjaga di Tepi Barat, tentara Muslim juga lebih sering ditempatkan jauh dari medan perang, seperti di bagian logistik dan kavaleri.  

Hanya segelintir kecil tentara Muslim yang berhasil mencapai pangkat menengah dan ditugaskan di garda depan operasi-operasi militer Isreal. Itupun dicapai tidak mudah, karena membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Masih ada sedikit kecurigaan dari pemerintah terhadap kami, para tentara Muslim," tukas Kabiya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya