Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Ancaman Mengerikan di Balik Tren Memutihkan Penis di Thailand

Sejumlah dokter bedah plastik menyebut tren memutihkan penis tak memiliki manfaat yang jelas dan menimbulkan banyak risiko.

oleh Citra Dewi diperbarui 05 Feb 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2018, 18:00 WIB
Tren memutihkan Penis di Thailand
Tren memutihkan penis di Thailand yang dilakukan di Lelux Hospital. (AFP)

Liputan6.com, Bangkok - Sejumlah dokter bedah plastik mengungkapkan kekhawatirannya soal tren memutihkan penis di Thailand. Mereka menyebut bahwa prosedur itu tak memiliki manfaat yang jelas dan menimbulkan banyak risiko.

Prosedur untuk memutihkan penis yang memerlukan laser dan zat asam atau kimia, dapat membuat alat kelamin pria mengalami luka bakar atau justru memperhitam penis di kemudian hari.

"Saya pikir itu harusnya tak dilakukan terhadap pasien yang tidak membutuhkannya," ujar dokter bedah plastik, Massimiliano Brambilla, seperti dikutip dari Asia One, Senin (5/2/2018).

"Sebagian besar bahan yang digunakan untuk memutihkan sangat agresif. Memutihkan kulit merupakan salah satu hal yang saya lakukan dengan hati-hati," imbuh dia.

Pada awal bulan ini, sebuah klnik di Bangkok mengatakan bahwa 100 pria telah memutihkan penisnya. Hal tersebut terjadi hanya enam bulan setelah klinik tersebut membuka layanan pemutihan penis.

Klinik membanderol biaya untuk lima kali sesi laser memutihkan penis sekitar Rp 8,7 juta.

Menurut statistik global yang dilaporkan oleh International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS), Thailand berada di peringkat 21 dalam melakukan prosedur kosmetik pada 2016.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Standar Tak Realistis untuk Alat Kelamin

Vagina Alat Kelamin Perempuan
Ilustrasi Foto Vagina (iStockphoto)

Pemutihan alat kelamin memang tak termasuk dalam data ISAPS. Namun, ahli di bidang industri tersebut mengatakan bahwa permintaan pemutihan alat kelamin mengalami peningkatan.

"Saya rasa itu berkaitan dengan pornografisasi masyarakat," ujar ahli bedah plastik asal Lyon, Prancis, Fabien Boucher.

"Mempercantik alat kelamin dalam pandangan saya adalah tidak realistis," imbuh dia.

Boucher mengatakan bahwa saat ini masyarakat cenderung ingin memanipulasi alat kelamin mereka hingga tampak seperti alat kelamin mereka yang masih belum dewasa -- tak memiliki rambut kelamin, berkulit halus, dan berwarna cerah.

Padahal menurut Boucher, merupakan hal yang normal jika alat kelamin berwarna lebih gelap dibanding warna kulit di bagian lain.

Peringatan dari Kementerian Kesehatan Thailand

20160525-Ilustrasi Alat Kelamin Pria-iStockphoto
Ilustrasi Alat Kelamin Pria (iStockphoto)

Kementerian Kesehatan Thailand sebelumnya telah memperingatkan bahaya di balik prosedur pemutihan penis, dengan mengatakan bahwa prosedur tersebut dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.

"Sejujurnya, mereka tak perlu melakukannya (memutihkan penis)," ujar Boucher, yang mengatakan bahwa dirinya tak akan melayani prosedur itu hingga terbukti aman secara ilmiah.

Brambilla juga melakukan hal serupa. Ia menolak tiga permintaan memutihkan penis dalam 15 tahun kariernya sebagai dokter bedah plastik.

Di tengah maraknya tren memutihkan penis, menurut ISAPS prosedur memperbesar alat kelamin itu turun sebesar 28 persen pada 2016. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena munculnya teknik memperbesar yang lebih aman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya