Kemendag: Partisipasi RI di Pameran China Mampu Dongkak Perdagangan

Keikutsertaan Indonesia dalam pameran impor di Tiongkok diharapkan bisa menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Mar 2018, 18:20 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2018, 18:20 WIB
Perwakilan Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Perdagangan China saat sosialisasi China International Import Expo 2018 di Kemendag RI Jakarta (13/3) (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)
Perwakilan Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Perdagangan China saat sosialisasi China International Import Expo 2018 di Kemendag RI Jakarta (13/3) (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan RI optimistis, partisipasi para pelaku bisnis barang dan jasa asal Tanah Air dalam pameran komoditas impor akbar berskala internasional yang akan digelar di China pada akhir tahun mendatang, akan mendongkrak neraca perdagangan Indonesia - Tiongkok.

Pemerintah Indonesia telah memastikan akan ikut dalam The First China International Import Expo (CIIE) 2018, yang rencananya digelar di Shanghai pada 5 - 10 November tahun ini, menghadirkan kurang lebih 100 negara yang akan memamerkan beragam produk barang dan jasanya untuk pasar di Negeri Tirai Bambu.

Kemendag menilai, partisipasi RI mampu menjadi salah satu sumbangsih untuk menyeimbangkan kembali neraca perdagangan antara Indonesia - China, di mana Tanah Air saat ini tengah mengalami defisit.

"Meski menyeimbangkan kembali neraca perdagangan yang defisit butuh usaha yang jauh lebih besar, keikutsertaan ini setidaknya, mampu memberikan sumbangsih yang cukup berarti untuk upaya tersebut," kata Arlinda, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag RI, selepas sosialisasi CIIE bersama perwakilan Kementerian Perdagangan China, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), serta para pelaku bisnis Tanah Air di Jakarta, Selasa (13/3/2018).

Awal tahun ini, menurut keterangan Kemendag, nilai ekspor RI ke China mencapai sekitar US$ 20 miliar. Di sisi lain, nilai ekspor China ke RI mencapai sekitar US$ 35,5 miliar.

Itu berarti, neraca perdagangan kedua negara defisit sekitar US$ 14 miliar bagi Indonesia.

Namun, lima tahun mendatang menjadi celah peluang besar bagi Tanah Air untuk menyeimbangkan neraca perdagangan RI dengan China dan memarakkan geliat ekspor RI ke Tiongkok.

Pasalnya, pemerintahan Xi Jinping bertekad untuk meningkatkan total nilai impor China hingga mencapai sekitar US$ 10 triliun yang tujuannya adalah memuluskan langkah Tiongkok dalam mendominasi global market. Salah satu opsi untuk memenuhi target itu adalah dengan menggelar CIIE 2018 dan -- rencananya -- edisi tahun-tahun berikutnya.

Ambisi China

Tingkatkan Volume KUR, OJK Bentuk Sistem Klaster untuk UKM
Perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Menko Perekonomian untuk meningkatkan volume dan kualitas kredit usaha kecil dan menengah (UKM). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Romi Jain, Vice President of the Indian Journal of Asian Affairs memaparkan bahwa meski hanya sekadar perhelatan, CIIE -- sebagai salah satu sub-proyek One Belt One Road -- menggambarkan ambisi China untuk menjadi sebuah 'sosok besar' dalam keberlangsungan perekonomian dunia, serta mengisi kekosongan Amerika Serikat yang justru menerapkan kebijakan perdagangan protektif dan pembatasan impor sejak kepemimpinan Presiden Donald Trump.

"Meski hanya sebuah perhelatan, CIIE mengilustrasikan ambisi China menjadi sosok besar dalam ekonomi global," kata Jain mengomentari CIEE seperti dikutip dari The Diplomat, Kamis 13 Maret 2018.

"Hal ini kontras dengan AS ... China justru mampu memanfaatkan pertumbuhan ekonomi-nya yang melesat serta kerendahan hati dalam mengidentifikasi diri sebagai 'negara berkembang' untuk menarik partisipasi dari negara lain," tulis Jain.

Dari sisi domestik, perhelatan semacam itu juga dianggap menjadi salah satu opsi untuk me-restrukturisasi perekonomian dalam negeri China.

"CIIE dan pemotongan tarif masuk untuk 187 komoditas konsumsi menjadi cara untuk mendorong suplai domestik dan konsumsi dalam negeri. Rasionalitas itu dipercaya sebagai proyek restrukturisasi perekonomian China," jelas Jain.

Allan Golombrek, Senior Director White House Writers Group menyatakan bahwa strategi semacam itu sejatinya realistis bagi memajukan perekonomian domestik Negeri Tirai Bambu.

"Pengurangan tarif yang diberlakukan akhir-akhir ini, kebijakan peningkatan impor, dan mendorong konsumsi domestik ... akan memberikan dorongan yang signifikan, tak hanya perekonomian mereka, namun juga sektor e-commerce Tiongkok yang tengah berkembang," kata Golombrek seperti dikutip dari The Diplomat.

Di sisi lain, Liu Jun, Deputi Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok berkomitmen dan serius memastikan agar Negeri Tirai Bambu dan negara partisipan mampu meraih keuntungan positif dalam gelaran CIIE 2018.

"Gelaran ini selaras dengan mandat Presiden Xi Jinping dan proyek Belt and Road Initiatives. Maka kami serius dalam menjamu bapak-ibu sekalian untuk berpartisipasi dalam pameran ini, di mana kami memiliki pasar yang potensial, mengingat status kami sebagai negara berpopulasi terbesar dunia," kata Liu Jun di Kemendag RI, Selasa 13 Maret 2018.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya