Asifa Bano, Bocah Korban Pemerkosaan yang Buat Warga Kashmir Gelisah

Kasus pemerkosaan yang menimpa Asifa Bano, gadis berusia delapan tahun, memicu ketegangan berbau agama di Kashmir.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Apr 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 11:00 WIB
Ilustrasi Pelecehan Seksual Anak
Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: iStockphoto

Liputan6.com, New Delhi - Sebuah kasus pemerkosaan dan pembunuhan brutal, yang menimpa seorang gadis kecil berusia delapan tahun di wilayah Kashmir India, membuat masyarakat setempat merasa resah.

Dikutip dari BBC pada Rabu (12/4/2018), Asifa Bano -- nama bocah malang tersebut -- ditemukan terbaring tidak bernyawa di semak-semak di pinggiran hutan pada Januari 2018. 

"Saya tahu sesuatu yang mengerikan telah terjadi pada putri saya," ujar sang ayah, Muhammad Yusuf Pujwala, berusaha tegar.

Istrinya, Naseema Bibi, duduk di samping, menangis pelan seraya berulang kali menggumamkan nama Asifa.

Sameer Yasir, seorang jurnalis lepas kelahiran Kahsmir, mengatakan bahwa kasus pemerkosaan itu memicu ketegangan berbau agama, di wilayah yang kerap didera konflik dengan pemerintah India sejak 1989 itu.

Ketika kabar hilangnya Asifa tersebar luas, Guijar -- sebutan untuk kelompok masyarakat Muslim penggembala di barat laut dan utara India -- melakukan aksi protes dengan memblokir beberapa ruas jalan utama di Jammu.

Mereka mendesak polisi melakukan pencarian lebih lanjut terhadap Asifa, termasuk menangkap dua orang anggotanya yang diduga terlibat dalam kejahatan tersebut.

Salah seorang petugas yang terlibat, Deepak Khajuria, berhasil ditangkap sehari setelahnya. Disusul kemudian, penangkapan terhadap tujuh pria terduga lainnya.

Ketujuh terduga pemerkosaan tersebut terdiri dari seorang pensiunan pejabat pemerintah, tiga orang anggota polisi, seorang remaja, dan sisa dua orang lainnya diketahui berusia 20-an.

Muncul dugaan, kedelapan orang pelaku sengaja melakukan pembunuhan untuk meneror komunitas Guijar, yang sejak lama didesak untuk meninggalkan Jammu.

Beberapa tahun terakhir, para penggembala ini menggunakan lahan publik dan hutan di sekitar Jammu, untuk aktivitas merumput hewan-hewan ternaknya. Hal ini memicu konflik dengan beberapa warga penganut Hindu di sekitarnya.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

 

 

Diduga sebagai Kasus Kejahatan Berencana

Pemerkosaan dan Kejahatan Seksual
Ilustrasi Foto Pemerkosaan dan Kejahatan Seksual (iStockphoto)

Sementara itu, pada 23 Januari, enam hari setelah jenazah Asifa ditemukan, Menteri Utama Jammu dan Kashmir, Mehbooba Mufti, memerintahkan penyelidikan khusus terhadap kasus kontroversial tersebut.

Menurut para penyidik, Asifa dikurung di sebuah kuil lokal selama beberapa hari, dan diberi obat penenang yang membuatnya tidak sadarkan diri.

Lembar tuntutan hukum menyebut Asifa diperkosa dan disiksa selama berhari-hari, hingga kemudian dibunuh.

"Dia dicekik hingga tewas, lalu kemudian kepalanya dipukul dua kali menggunakan batu," ujar salah seorang penyidik.

Sanji Ram, seorang pensiunan pejabat pemerintah berusia 60, diduga merencanakan kejahatan itu dengan bantuan petugas polisi Surender Verma, Anand Dutta dan Tilak Raj Khajuria.

Putra Ram, Vishal,  bersama dengan keponakannya, seorang remaja, dan temannya, Parvesh Kumar, juga dituduh terlibat dalam kasus tersebut.

Para penyidik menuduh Khajuria -- anggota polisi yang pertama kali ditangkap -- pura-pura menemani keluarga Asifa saat mengajukan laporan kehilangan, termasuk juga turut mengawal upaya pencariannya.

Khajuria juga dituduh berupaya menghilangkan barang bukti, dengan mencuci baju Asifa yang berlumurah darah -- dan mengenakannya kembali, sebelum kemudian dibawa ke laboratorium forensik.

Kronologi Kasus Pemerkosaan Asifa

Tentara India
Gadis-gadis Kashmir berlari selama bentrokan di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, (1/4). Pengunjuk rasa memprotes menyusul tewasnya delapan pemberontak dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah. (AP Photo / Dar Yasin)

Keluarga Asifa yang tinggal di sebuah desa sekitar 72 kilometer timur kota Jammu, kehilangan Asifa pada 10 Januari.

Pada sore itu, ibunya teringat bahwa Asifa pergi ke pinggir hutan untuk membawa pulang kuda-kuda mereka.

Namun ketika semua kuda sudah dikandangkan, sosok Asifa tidak juga muncul. Kedua orang tuanya, bersama dengan beberapa tetangga, berinisiatif mencari ke dalam hutan dengan berbekal lampu senter dan kapak.

Beberapa jam mereka mencarinya, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Asifa di sana.

Dua hari kemudian, pada 12 Januari, keluarga Asifa mengajukan laporan kehilangan ke kantor polisi setempat, tetapi tidak segera dibantu. Menurut Pujwala, salah seorang polisi justru menuduh Asifa telah terlibat kawin lari dengan bocah laki-laki.

Lima hari kemudian, jenazah Asifa ditemukan tergeletak di semak-semak di pinggir hutan, yang berjarak belasan kilometer dari rumahnya.

"Dia telah disiksa. Kakinya patah," ujar Naseem, yang bergegas ke hutan bersama suaminya sesaat setelah mendengar kabar pilu tersebut.

"Kukunya menjadi hitam. Ada tanda biru dan merah di lengan dan jari-jarinya," lanjutnya menjelaskan.

Para komunitas Guijar menghendaki jenazah Asifa dimakamkan di sebuah lahan yang mereka beli beberapa tahun lalu di Jammu.

Namun, ketika sesampainya di sana, mereka diadang oleh para aktivis sayap kanan Hindu. Mereka diancam dengan kekerasan jika melanjutkan prosesi pemakaman.

"Kami harus berjalan tujuh mil untuk menguburnya di desa lain," kata Pujwala.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya