Liputan6.com, Washington DC - Pekerjaan manusia sebagai agen mata-mata diramalkan segera menjadi peninggalan masa lalu, dan Central Intelligence Agency (CIA) tahu itu.
Wakil direktur pengembangan teknologi CIA, Dawn Meyerriecks, mengatakan kepada peserta konferensi intelijen di Florida, bahwa lembaga intelijen Amerika Serikat (AS) itu tengah beradaptasi untuk menghadapi ancaman musuh baru, berupa mesin yang dibekali teknolagi kecerdasan buatan.
Dikutip dari Thenextweb.com pada Selasa (24/4/2018), Meyerriecks mengatakan bahwa beberapa negara telah menggunakan kecerdasan buatan untuk melacak musuh selama bertahun-tahun.
Advertisement
Ditambahkan olehnya, salah satu kendala utama yang dialami oleh agen mata-mata di era modern adalah, ancaman terkuaknya identitas yang semakin mudah diretas, bahkan oleh kemungkinan dari pihak sipil sekalipun.
Baca Juga
Tidak kehabisan akal, kini CIA telah mengubah pola kegiatan intelijennya, yakni dengan mengurangi jumlah pengiriman agen mata-mata ke seluruh dunia, dan menggantinya ke sistem komputasi yang mampu mengerjakan hal serupa secara lebih efisien.
Dibutuhkan waktu lebih dari 30 tahun bagi CIA untuk mempersiapkan transisi besar-besaran ini.
Dokumen pemerintah dari tahun 1984 menyebut "Kelompok Pengarah AI" -- yang didirikan setahun sebelumnya -- bertanggung jawab menyetor laporan bulanan, tentang penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan, kepada pimpinan CIA.
Dalam bocoran memo di tahun yang sama, ketua divisi khusus CIA tersebut menulis:
"Sejumlah upaya penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan telah dimulai melalui Komunitas, dan mencakup bidang-bidang seperti sistem pakar, pemrosesan bahasa alami, antarmuka basis data, pemahaman gambar, interpretasi sinyal, manajemen data geografi dan spasial, serta lingkup uji coba yang cerdas."
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
30 Negara Telah Melakukan Pelacakan Berbasis Sistem Kecerdasan Buatan
CIA menyadari bahwa masa depan penerapan teknologi AI adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi, bahkan ketika kebanyakan orang mengiranya tidak lebih sebagai fiksi ilmiah.
Dalam beberapa bocoran lainnya, dokumen tersebut meminta lebih banyak pelatihan A.I. untuk para agen mata-mata, yakni melalui jalur akademis maupun profesional
Agen mata-mata di era moderen memiliki masalah yang sama seperti hari-hari sebelumnya, yakni kebutuhan untuk tidak terlihat.
"Apa yang berubah adalah musuh," ujar Meyerrieck.
"Daripada membodohi orang dengan dokumen palsu atau kebohongan yang diceritakan dengan baik, para agen masa kini harus bisa mengelabui komputer yang mampu memilih satu wajah dalam kerumunan."
Menurut Meyerrieck, setidaknya 30 negara memiliki kemampuan untuk melakukan pelacakan melalui sistem kecerdasan yang disisipkan pada kamera pengawas.
Dengan beberapa kemajuan dalam pelacakan satelit dan intelijen geospasial, agen mata-mata manusia tidak akan memiliki kesempatan melawan generasi A.I. berikutnya.
Advertisement