6-12-2005: Pesawat Militer Iran Tabrak Gedung Apartemen, 128 Orang Tewas

Kecelakaan maut pesawat angkut militer Iran terjadi di tengah sanksi yang dijatuhkan AS atas Teheran.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 06 Des 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Des 2018, 06:00 WIB
Pesawat Lockheed C-130E Hercules milik Iran (Wikipedia/GFDL)
Pesawat Lockheed C-130E Hercules milik Iran (Wikipedia/GFDL)

Liputan6.com, Teheran - Hari itu, 6 Desember 2005, Mohammad Rasooli menatap curiga pesawat yang sedang mengudara di atas permukiman di pinggiran Teheran, ibu kota Iran. Terlihat asap hitam keluar dari salah satu mesinnya. Gerak-geriknya pun tak biasa.

"Kapal terbang turun sangat cepat," kata dia seperti dikutip dari BBC News, Rabu (5/12/2018).

Dalam kondisi tak terkendali, burung besi itu melesat menuju blok apartemen di kompleks perumahan staf bandara di Distrik Yaftabad. Tragedi tak terelakkan. "Kemudian, ledakan besar terjadi. Kebakaran dahsyat menelan bangunan itu."

Insiden tersebut melibatkan sebuah pesawat angkut militer Iran, yang baru saja lepas landas (take off). Sesaat setelah mengudara, pilot melaporkan situasi darurat.

Pilot berupaya kembali ke Bandara Mehrabat dan melakukan pendaratan darurat. Namun, gagal. Ia kehilangan kendali atas pesawatnya. Kapal terbang tersebut jatuh dalam kondisi tanki bahan bakar yang nyaris penuh.

Stasiun radio pemerintah Iran melaporkan, 94 penumpang dan awak yang berada di dalam pesawat C-130 meninggal dunia akibat insiden tersebut. Tak hanya itu, 34 orang lainnya yang saat itu berada di darat juga kehilangan nyawa. Jumlah totalnya 128.

Kebanyakan penumpang di dalam pesawat nahas itu adalah para jurnalis dan fotografer dari kantor berita Iran. Kala itu, mereka sedang dalam perjalanan untuk meliput manuver militer di wilayah pantai selatan. Hampir 40 pegawai stasiun televisi pelat merah meninggal dunia.

Pasca-kecelakaan, bangunan apartemen masih tegak berdiri. Namun, yang tertinggal adalah rangkanya yang gosong.

Pada saat kejadian, banyak bocah berada di tempat tinggal mereka di gedung apartemen. Hari itu, sekolah ditutup gara-gara peringatan kabut asap (smog) di Teheran. Sebagian dari mereka masuk dalam daftar korban tewas.

"Kebanyakan korban di darat adalah para perempuan dan anak-anak yang saat itu sedang berada di rumah," kata Letnan Nasser Sedigh-Nia yang juga menjadi saksi mata kecelakaan.

Juru bicara kementerian dalam negeri menyebut, sejumlah orang yang berada di dalam mobil di lokasi kejadian, juga tewas.

Dan tak sedikit orang yang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka bakar dan efek asap kebakaran yang kian mencekik jalan napas mereka.

Perkelahian pecah saat polisi mengepung lokasi kejadian, mencegah orang-orang masuk ke bangunan yang terbakar, termasuk keluarga dan kerabat para korban.

Para jurnalis yang mengabadikan perkelahian tersebut dipukuli. Pita rekaman mereka disita pasukan keamanan Iran.

 

Bermasalah

Ilustrasi Kecelakaan Pesawat
Ilustrasi Kecelakaan Pesawat (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Pihak militer Iran membantah rumor bahwa para awak telah mengetahui bahwa pesawat tersebut mengalami kendala teknis.

Dilaporkan, kapal terbang yang sama nyaris celaka seminggu sebelumnya. Mesinnya bahkan harus dinyalakan dan dimatikan lima kali sebelum dapat lepas landas pada penerbangan terakhirnya.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyampaikan duka atas musibah tersebut. "Saya telah mengetahui perihal kecelakaan tersebut dan fakta bahwa sahabat pers telah menjadi martir," kata dia.

"Saya menyampaikan belasungkawa kepada Pemimpin Tertinggi dan keluarga korban."

Kecelakaan tersebut terjadi di tengah krisis di Angkatan Udara Iran. Kala itu dilaporkan, 15 jet C-130 buatan AS yang masih beroperasi dalam kondisi renta.

Pengadaan pesawat tersebut dilakukan sebelum Revolusi Islam 1979 dan boikot AS terhadap Iran.

Dunia penerbangan Iran, baik sipil maupun militer, memiliki catatan keselamatan yang buruk.

Pada tahun 2003, sebuah Ilyushin-76 jatuh di Iran tenggara yang menewaskan semua penumpangnya yang terdiri atas 276 prajurit Garda Revolusi dan awak pesawat.

Pihak Teheran mengklaim, tingginya frekuensi kecelakaan disebabkan kurangnya suku cadang akibat sanksi AS.

Tak hanya itu peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 6 Desember. Pada 1997, pesawat  Antonov An-124 Ruslan milik Rusia jatuh di kompleks apartemen di Irkutsk, Siberia. Sebanyak 67 orang tewas karenanya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya