Liputan6.com, New York - Suatu hari di bulan Oktober 1869, dua pekerja, Gideon Emmons dan Henry Nichols, menemukan benda aneh saat menggali sumur di belakang gudang milik William C. "Stub" Newell di Cardiff, New York, Amerika Serikat.
Dari dalam tanah, mereka menemukan sosok yang diklaim sebagai 'manusia beku'Â setinggi 3 meter.
Advertisement
Baca Juga
Kabar temuan itu pun menyebar cepat, memicu kehebohan. Ratusan orang berdatangan ke lokasi penemuan, ternganga heran, menyaksikan makhluk raksasa yang diklaim pernah menjejak Bumi dengan kaki-kakinya yang besar.
Sosok itu disebut-sebut adalah nenek moyang jauh dari warga suku asli, Onroaga Iroquois. Temuan itu pun kemudian mendapat julukan Cardiff Giant.
Banyak orang yang mengiranya sebagai salah satu temuan arkeologi paling penting pada Abad ke-19. Koran-koran pada masa itu memuat besar-besar kabarnya. Ahli geologi James Hall dan ilmuwan Rochester University, Henry Ward ikut menyatakan kekagumannya.
"Para pria meninggalkan pekerjaan mereka," demikian dilaporkan Syracuse Journal seperti dikutip dari situs History. "Para ibu segera menggendong bayi dan anak mereka, cepat-cepat menuju ke lokasi temuan."
Pemilik lahan, Newell lalu melindungi raksasa itu dengan sebuah tenda putih dan mulai menagih 50 sen untuk masuk. Sekitar 2.500 orang datang pada pekan pertama setelah penemuan. Pameran terus dibuka hingga sejumlah pengusaha muncul dan menawarnya dengan harga mahal.
Seperti dikutip dari The Vintage News, pada 2 Februari 1870, kenyataan pun terkuak. Temuan tersebut sama sekali bukan jasad raksasa yang membeku oleh waktu, melainkan patung belaka yang terbuat dari gipsum.
Raksasa palsu itu sudah diletakkan di lahan pertanian milik Newell, setahun sebelum akhirnya 'ditemukan'. Ternyata, adalah kabar bohong alias hoaks yang menjadi asal-muasal kehebohan yang menyebar seantero Amerika Serikat.Â
Otak di balik penipuan tersebut rupanya merupakan sepupu pemilik lahan yang bernama George Hull.
Hull bukan orang kaya, ia bahkan bisa dibilang tak makan bangku sekolahan. Pria itu mencari nafkah dengan menjual tembakau.
Tapi, Hull juga seorang ateis dan punya antusiasme pada sains -- pada zaman ketika orang-orang berpendirian seperti dirinya tak diterima masyarakat.
Suatu ketika, ia berniat melakukan sesuatu, untuk mengguncang para penganut agama: dengan menciptakan kebohongan dan mengambil manfaat ekonomi dari sana.
Motif yang lain adalah mendapat uang. Hull dilaporkan meraup keuntungan sebanyak 20.000 dolar Amerika Serikat, jumlah yang sangat banyak pada akhir 1800-an.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dusta yang Terkuak
Ketika kabar Giant Cardiff menyebar luas, artefak palsu itu akhirnya dibeli oleh beberapa pengusaha yang mulai mengadakan tur di mana mereka memamerkan raksasa tersebut kepada masyarakat yang penasaran -- tentu saja dengan bayaran sejumlah uang.
Di tengah pameran itulah, kebohongan terkuak. Seorang insinyur pertambangan menimbulkan kegemparan ketika dia mengatakan bahwa gipsum pembuatnya cepat rusak di lahan pertanian milik Newell yang lembab.
Sementara, ahli paleontologi Yale yang terkenal, Otniel Charles Marsh hanya butuh sesaat untuk menyatakan,'raksasa' tersebut masih sangat baru. "Itu omong kosong belaka," kata dia.
Meski demikian, euforia belum berakhir. Raksasa itu ternyata menarik perhatian PT Barnum, pria yang memproklamasikan diri sebagai Pangeran Humbugs, yang antusias membeli artefak apapun, tidak peduli apakah palsu atau asli, untuk ditampilkan dalam museum miliknya, American Museum di New York.
Barnum mengajukan penawaran pada para pengusaha untuk membeli Giant Cardiff. Namun, keinginannya ditolak mentah-mentah.
Para pebisnis terlanjur menganggap raksasa itu sebagai mesin uang dan mendapat untung besar darinya. Karena tak bisa mendapatkan barang itu, ia membuat replika dan memamerkannya pada orang-orang sebagai 'Giant Cardiff yang asli'.
Perselisihan pun muncul. Para pengusaha menggugat Barnum. Hakim yang menangani kasus tersebut mengeluarkan pernyataan cerdik.
"Bawa raksasa milik Anda ke sini, dan buat dia bersumpah sebagai yang asli," demikian kata hakim, seperti diungkap Mark Rose, kontributor topik tersebut untuk Archaeology.org.
Maksudnya, hakim menegaskan, tak masuk akal bagi penggugat membuat tuduhan tentang sesuatu yang sudah palsu sejak awal.
Hull kemudian akhirnya mengaku, bahwa Giant Cardiff adalah tipuan belaka.
Pada tanggal 2 Februari 1870, Chicago Tribune menerbitkan sebuah berita tentang tipuan tersebut, yang menampilkan kesaksian dari pemahat patung raksasa itu.
Giant Cardiff adalah salah satu tipuan paling terkenal dalam sejarah Amerika. Pertanyaannya, mengapa sampai butuh waktu berbulan-bulan bagi warga untuk menyadarinya?
Tipuan Giant Cardiff muncul 10 tahun setelah terbitnya buku "On the Origin of Species" karya Charles Darwin, yang menawarkan gagasan baru dan signifikan pada masyarakat: evolusi.
Orang-orang kala itu sangat tertarik dengan topik seperti evolusi dan fosil.
Di sisi lain, ilmu arkeologi masih dalam tahap perkembangan awal. Belum ada metode pembuktian terhadap temuan purbakala seperti yang ada saat ini.
Hingga saat ini Giant Cardiff masih bisa dilihat secara langsung. Patung itu disimpan di Farmers Museum di Cooperstown, New York.
Advertisement