Liputan6.com, Chiang Mai - Seorang akademisi telah mendedsak pemerintah Thailand untuk mendeklarasikan kondisi darurat nasional di Chiang Mai, menyusul polusi udara yang semakin mengkhawatirkan di provinsi wisata di utara Negeri Gajah Putih itu.
Penduduk setempat diimbau untuk tetap berada di dalam bangunan berpendingin udara, dan menghindari semua kegiatan di luar ruang, karena beberapa daerah di Chiang Mai mencatat tingkat PM2,5 --partikel debu yang berpotensi masuk ke aliran darah melalui paru-paru-- melebihi 700 mikrogram per meter kubik (μg/m³) udara pada Sabtu pagi.
Advertisement
Baca Juga
Witsanu Attavanich, seorang dosen di Universitas Kasetsart, mengatakan setiap level polusi udara lebih dari 500 μg/m³, sangatlah berbahaya, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Sabtu (30/3/2019).
Catatan tersebut jauh melampaui kapasitas otoritas lokal untuk mengatasi polusi udara, sehingga pemerintah pusat didesak turun tangan dan menyatakan kondisi darurat nasional, kata Attavanich.
"Level bencana PM2,5 yang sedemikian parah mungkin adalah level tertinggi yang pernah tercatat di Thailand. Hal ini bahkan sangat berbahaya bagi orang sehat sekalipun," lanjutnya.
Namun, sejauh ini tidak ada prosedur darurat yang telah diperintahkan oleh otoritas Provinsi Chiang Mai, kecuali untuk menciptakan "zona aman" di ibu kota setempat.
Simak video pilihan berikut:
Sembilan Provinsi Utara Terdampak
Profesor Kwanchai Suparatpinyo dari Lembaga Penelitian Ilmu Kesehatan Universitas Chiang Mai mengatakan polusi udara saat ini sangat kritis.
Hasil penelitiannya mengungkap bahwa kebakaran hutan di sekitar Chiang Mai, serta kabut asap dari negara-negara tetangga, menjadi penyebab utama polusi udara tersebut.
Dia mendesak warga, terutama anak-anak kecil, orang tua, wanita hamil, dan mereka yang menderita penyakit kronis, untuk tetap berada di dalam ruangan dan menahan diri dari semua aktivitas di luar ruang.
Sementara itu Departemen Pengendalian Pencemaran (PCD) menempatkan rata-rata PM2,5 selama 24 jam terakhir, antara 36 dan 239 mikrogram per meter kubik udara di sembilan provinsi utara.
Pada Januari lalu, semua sekolah di Bangkok ditutup sementara ketika tingkat PM2,5 mencapai sekitar 70 hingga 120 mikrogram.
Advertisement