Liputan6.com, Siberia - Selama beberapa minggu terakhir bulan Juni di Siberia, musim panas telah melanda sebagian besar wilayah negara ini. Air di sebuah danau surut, sehingga memungkinkan para arkeolog untuk memeriksa kuburan peradaban prasejarah yang berasal dari Zaman Perunggu (Bronze Age) hingga zaman Genghis Khan.
Pemakaman yang ditemukan berasal dari Dinasti Hun kuno yang berkuasa di kawasan tersebut sekitar 2.000 tahun yang lalu.
Baca Juga
Pada awal Juli tahun ini, air danau diperkirakan akan naik lagi dan menutupi situs tersebut hingga 50 kaki. Para arkeolog hanya dapat menjalankan riset mereka sampai akhir bulan Juni, sebelum 'Atlantis' terendam.
Advertisement
Tetapi ada kekhawatiran yang muncul di benak para peneliti selama beberapa tahun terakhir, yakni kerusakan pada peninggalan tersebut yang secara signifikan kian memburuk.
Hal ini membuat para ahli "berlomba melawan waktu" untuk menyelamatkan serangkaian harta karun tak ternilai, kata arkeolog Rusia yang dikutip dari Expres.co.uk, Rabu (26/6/2019).
Temuan terbaru itu termasuk kerangka dua "fashionista" atau dikenal sebagai perancang busana prasejarah yang sebagian dimumikan, bersama alat-alat perdagangan mereka.
Satu mumi disebut 'Sleeping Beauty', berpakaian sutra, yang mulanya diyakini sebagai pendeta wanita, tetapi akhirnya dianggap sebagai penjahit kulit. Sedangkan mumi yang satu lagi diyakini sebagai 'Penenun'.
Lokasi Temuan
Situs 'Atlantis' ini berada di Republik Tuva yang bergunung-gunung, di Siberia selatan yang menjadi tujuan liburan favorit bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pemakaman tersebut terletak di Laut Sayan, sebuah waduk raksasa di hulu Bendungan Sayano-Shushenskaya, pembangkit listrik terbesar Rusia, di Sungai Yenisei sepanjang 3.445 mil.
Waduk ini mencakup 240 mil persegi, tetapi di musim panas, permukaan airnya surut sekitar 50 kaki, dan 110 pemakaman muncul di sebuah pulau di waduk yang ada di situs Ala-Tey.
Situs 'Atlantis' lain bernama Terezin, memiliki setidaknya 32 kuburan dan lebih dekat ke pantai.
Pemakaman lain dari Zaman Perunggu dan Genghis Khan, kurang dari seribu tahun yang lalu, juga ada di sana.
"Situs ini adalah sensasi ilmiah", kata Dr Marina Kilunovskaya dari St Petersburg Institute of Material History Culture, yang memimpin Tuva Archeological Expedition.
"Kami sangat beruntung telah menemukan penguburan perantau Hun ini, yang tidak terganggu oleh tangan-tangan jahil," imbuhnya.
Kedua mumi fashionista itu ditemukan dengan potongan-potongan kulit, benang dan kumparan yang bisa membawa peran khusus dalam masyarakat Huns, menurut Dr Kilunovskaya kepada The Siberian Times.
Mengapa jasad kedua fashionista itu diperlakukan istimewa? Jawabannya ialah karena penduduk Hun yang tinggal di Siberia pada zaman dahulu sangat menghargai wanita.
"Itu bukan matriarki, namun perempuan --ibu dan pengrajin terampil-- diperlakukan dengan sangat hormat," Dr Kilunovskaya menjelaskan.
Temuan Lain
Temuan lain termasuk karya-karya bermotif hewan, seperti gesper ikat pinggang untuk kaum Hawa yang menggambarkan adegan harimau sedang melawan naga, dan sapi jantan perunggu, kuda, unta dan ular.
Ada pula harta karun lainnya dari Tiongkok kuno, seperti sutra, cermin, dan koin yang dibuat pada masa dinasti Han (206 SM-220 Masehi) yang digambarkan sebagai zaman keemasan dalam sejarah dan budaya China.
Mumi wanita yang disebut 'Sleeping Beauty' dibaringkan mengenakan rok sutra yang diikat oleh sabuk manik-manik, dengan gesper batu permata.
Makanan untuk menemani perjalanannya ke akhirat ialah sekantong kacang pinus, yang dimasukkan ke dalam tas kayu modis. Disertakan pula cermin khas China.
Harta lainnya adalah manik-manik pirus yang digunakan untuk menghiasi sabuk, satu set manik-manik ungu yang ukurannya jauh lebih kecil, pecahan cincin dari sabuk yang terbuat dari paduan tembaga, sabuk ikat pinggang dengan ukiran indah, dan pisau besi dengan pegangan cincin.
Sedangkan 'Si Penenun' dimakamkan dengan manik-manik kaca berkilau, dua liontin batu, dan dua sabuk yang terbuat dari tulang binatang.
Meski peradaban Hun kuno adalah nomaden, tetapi pada saat yang sama, mereka memiliki pemukiman sendiri, tempat di mana mereka tinggal secara permanen.
"Ini adalah pangkalan orang-orang kaya, dan kami sedang menggali kuburan mereka,” pungkas Dr. Kilunovskaya.
Advertisement