Liputan6.com, Tunis - Hampir 100 orang termasuk perdana menteri telah mencalonkan diri menjadi presiden Tunisia berikutnya. Mereka bahkan bergegas menyerahkan kelengkapan berkas sebelum batas waktu pendaftaran yang berakhir Jumat 9 Agustus 2019 waktu setempat.
"Sebanyak 98 calon presiden menyerahkan dokumen mereka sebelum batas waktu resmi pukul 18.00 sore (17.00 GMT)," kata komisi pemilihan negara itu kepada AFP dikutip darii AlAraby.co.uk, Sabtu (10/9/2019).
Pada hari Jumat saja, 42 orang mendaftarkan pencalonan mereka.
Advertisement
"Ratatouille politik," demikian harian berbahasa Prancis Le Temps menjuluki manuver pemilihan menjelang pemilihan 15 September mendatang.
Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed, yang mengumumkan pada hari Kamis bahwa ia akan mencalonkan diri, mengajukan lamarannya menjadi orang nomor satu di negeri itu. Dikelilingi oleh para pendukung, ia sekaligus menegaskan dirinya tidak akan mengundurkan diri dari jabatan saat ini.
"Siapa pun yang menginginkan pengunduran diri saya, sebenarnya bertujuan untuk menunda pemilihan. Pengunduran diri saya berarti pengunduran diri pemerintah," kata Youssef Chahed.
Pemilihan presiden Tunisia yang dijadwalkan pada November tahun ini akan diadakan dua bulan lebih awal pada September, setelah meninggalnya Essebsi.
Simak video pilihan berikut:
Calon Kuat
Chahed yang kini berusia 43 tahun adalah perdana menteri termuda di Tunisia. Ia kemungkinan bersaing sengit dengan Abdelfattah Mourou dari Partai Ennahdha serta tokoh media kontroversial Nabil Karoui.
Partai Ennahdha memenangkan pemilihan pertama yang diadakan setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan presiden otokratis Zine El Abidine Ben Ali. Saat ini merupakan partai terbesar di parlemen Tunisia.
Tunisia dipuji sebagai satu-satunya kisah sukses demokratis dari pemberontakan Arab Spring, yang menerapkan konstitusi baru, pemilihan umum yang bebas, dan pemerintahan koalisi partai-partai Islamis dan sekuler moderat di wilayah yang sebaliknya berjuang dengan pergolakan.
Advertisement
Kandidat Gay hingga Penari Perut
Mantan presiden Tunisia Moncef Marzouki juga ikut serta bersaing mendapatkan kursi orang nomor satu di negeri itu, termasuk Menteri Pertahanan Abdelkrim Zbidi yang kini sudah berusia 69 tahun.
Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Tunisia, seorang kandidat gay secara terbuka berusaha untuk merebut posisi tersebut. Namun pencalokan Mounir Baatour dikecam oleh 18 asosiasi yang mengkampanyekan hak-hak LGBTIQ, yang mengatakan pengacara kontroversial itu tidak mewakili mereka.
Komisi pemilihan akan memutuskan pada 31 Agustus, calon mana yang telah memenuhi kriteria untuk merebut kursi presiden Tunisia. Sementara kampanyenya akan dimulai pada 2 September.
Di antara para kandidat calon presiden Tunisia adalah penari perut dan penyanyi Tunisia Nermine Sfar, yang mengatakan dalam pernyataan online hari Selasa bahwa ia sedang mengumpulkan tanda tangan untuk secara resmi mengajukan pencalonannya dalam pemilihan presiden dini.
"Ya, saya mencalonkan diri sebagai presiden sehingga saya dapat mengekspos para penjahat yang bersembunyi di balik unggahan dan nilai-nilai palsu," kata Sfar, yang memiliki hampir setengah juta pengikut media sosial.
Penari itu bersumpah untuk menurunkan harga roti dan melarang hijab, dan sebagai gantinya mengenakan penutup kepala tradisional Tunisia yang dikenal sebagai safseri jika terpilih ke posisi teratas.
Dia juga berjanji akan memberi sanksi pria yang gagal menghormati janji-janji pernikahan dan memberlakukan hukum untuk memberi wanita dua pertiga dari warisan, daripada sepertiga sesuai dengan tradisi.
"Tunisia akan lebih baik daripada Italia. Negeri ini akan menjadi negara seni dan bebas. Orang tidak akan lagi berpikir untuk meninggalkan negara ini," kata Sfar seperti dikutip media lokal.