Liputan6.com, Abuja - Hari ini, 24 tahun lalu, tepatnya 10 November 1995, menjadi hari tragis bagi aktivis hak asasi manusia di Nigeria, Ken Saro-Wisa. Ia dieksekusi mati oleh pemerintahan militer Nigeria karena dinyatakan terlibat dalam kasus pembunuhan.
Seperti dimuat BBC, Saro-Wisa dan 8 pihak oposisi pengkritik pemerintah dieksekusi mati di penjara bagian selatan Harcourt. Mereka divonis hukuman mati pada 10 hari sebelum eksekusi.
Dalam persidangan, Saro-Wira menegaskan bahwa dirinya dijebak hingga mengakibatkan dirinya terlibat kasus pembunuhan. Menurut dia, ini cara pemerintah untuk membungkam pihak yang mengkritiknya.
Advertisement
Saro-Wira dan aktivis HAM lainnya sebelumnya dikenal sebagai pihak pengkritik keras pemerintahan atas pengerukan kekayaan sumber daya minyak di kampung halamannya. Saro-Wira memperjuangkan hak sukunya, Ogoni agar mendapat kompensansi atas pengerukan kekayaan alam di kampungnya.
Baca Juga
Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan warga Ogonis ditangkap dan dipenjara oleh rezim militer Nigeria yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Sani Abacha. Jenderal Sani merebut kekuasaan sebelumnya pada 2 tahun sebelumnya.
Sementara, pemerintah bersikap permisif dan otoriter karena khawatir perusahaan asing penambang, seperti grup Anglo-Dutch dan Shell, akan menarik diri dari Nigeria. Shell saat itu menjadi operator terbesar di Nigeria yang telah memberikan devisi terbesar bagi ekspor Nigeria.
Namun, eksekusi terhadap Saro-Wira cs justru malah membuat pihak internasional geram. Nigeria diancam diusir dari anggota negara persemakmuran Inggris. Perdana Menteri Inggris John Major menyebut eksekusi mati ini merupakan "Pembunuhan Yudisial".
Selain itu, negara tetangga juga mengecam keras pemerintah Nigeria. Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela mengatakan pemerintah militer Nigeria harus dihentikan dan diadakan pemilihan umum baru.
Nigeria kemudian dikeluarkan sementara dari anggota negara persemakmuran Inggris dan dikenai sanki ekonomi oleh Uni Eropa. Operasinal produksi Shell dihentikan sementara.
Sejarah lain mencatat pada 10 November 1293, berdirinya Kerajaan Majapahit: Raden Wijaya dilantik menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar "Kertarajasa Jayawardhana".
Ada pula pada 10 November 1928, Hirohito dilantik secara resmi menjadi Kaisar Jepang ke-124.