FDA Izinkan Penggunaan Obat Ebola untuk Pasien Virus Corona COVID-19 di AS

AS mengizinkan penggunaan obat anti-virus Remdesivir untuk mengobati penyakit Virus Corona COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Mei 2020, 09:34 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2020, 14:00 WIB
Banner Rapid Test, Tes Massal Virus Corona Covid-19
Banner Rapid Test, Tes Massal Virus Corona Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Washington - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat telah mengizinkan penggunaan darurat dari obat Ebola remdesivir untuk mengobati Virus Corona COVID-19.

Mengutip BBC, Sabtu (2/5/2020), otorisasi berarti obat anti-virus sekarang dapat digunakan pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang parah.

Sebuah uji klinis baru-baru ini menunjukkan obat itu membantu mempersingkat waktu pemulihan bagi orang yang sakit parah.

Tetapi otorisasi FDA darurat tidak sama dengan persetujuan formal, yang membutuhkan tingkat tinjauan yang lebih tinggi.

Para ahli juga memperingatkan obat itu - yang pada awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola, dan diproduksi oleh perusahaan farmasi Gilead - tidak boleh dilihat sebagai "peluru ajaib" untuk Virus Corona baru.

Selama pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Oval Office, Kepala Eksekutif Gilead Daniel O'Day mengatakan otorisasi FDA adalah langkah pertama yang penting. Perusahaan akan menyumbangkan 1,5 juta botol obat, katanya.

Komisaris FDA Stephen Hahn juga mengatakan pada pertemuan itu: "Ini adalah terapi resmi pertama untuk COVID-19, jadi kami benar-benar bangga menjadi bagian darinya."

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Bagaimana Cara Kerja Remdesivir?

Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Presiden Trump telah menjadi pendukung vokal remdesivir sebagai pengobatan potensial untuk Virus Corona baru.

Dalam uji klinisnya, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) AS menemukan bahwa remdesivir memangkas durasi gejala dari 15 hari menjadi 11. Percobaan yang dilakukan telah melibatkan 1.063 orang di rumah sakit di seluruh dunia. Beberapa di antara mereka diberi obat dan yang lain diberi pengobatan plasebo (dummy).

Dr Anthony Fauci yang menjalankan NIAID, mengatakan bahwa remdesivir memiliki "dampak positif, signifikan, positif dalam mengurangi waktu untuk pemulihan".

Namun, walaupun remdesivir dapat membantu pemulihan - dan mungkin menghentikan orang yang harus dirawat di perawatan intensif - uji coba itu tidak memberikan indikasi yang jelas apakah itu dapat mencegah kematian akibat Virus Corona baru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya