Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 80.000 siswa sekolah menengah pertama tingkat akhir di Beijing kembali bersekolah pada Senin 11Â Mei 2020, di saat epidemi Virus Corona COVID-19 di negara itu telah terkendali. Beberapa dari mereka diberi termometer pintar sebagai langkah untuk melindungi diri terhadap risiko apa pun.
"Siswa yang kembali bersekolah telah menerima termometer pintar, dalam bentuk gelang, untuk memantau suhu tubuh mereka dan melaporkan suhu tubuh yang tidak normal secepat munkin (real time)," kata Komisi Pendidikan Kota Beijing seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (12/5/2020).
Baca Juga
Data yang dikumpulkan oleh termometer pintar itu dikirim ke telepon seluler para guru.
Advertisement
Guru bertanggung jawab untuk mengunggah data tersebut ke platform pemantauan, yang juga dapat dibagikan kepada orangtua siswa dan departemen pendidikan terkait lainnya.
Langkah ini bertujuan untuk membantu sekolah membuat respons cepat terhadap siapapun yang memiliki suhu tubuh tidak normal.
Telah Diuji di 18 Sekolah
Sejauh ini, proyek percontohan itu telah diuji coba di 18 sekolah di Distrik Fengtai, dan nantinya akan dipromosikan kepada lebih banyak siswa, fakultas, dan staf di Beijing, ujar otoritas pendidikan kota tersebut.
Pada 27 April lalu, hampir 50.000 siswa sekolah menengah atas tingkat akhir di Beijing kembali masuk sekolah untuk memulai semester baru mereka yang sempat ditunda.
Advertisement
Topi Physical Distancing
Sebelumnya, anak-anak sekolah di China timur tidak perlu bertanya-tanya seberapa jauh jarak yang harus mereka jaga dari teman-teman setelah kembali bersekolah, setelah sebelumnya belajar di rumah akibat pandemi Corona COVID-19.Â
Topi lebar dan bersayap yang mereka kenakan akan secara otomatis menjaga mereka untuk tetap melakukan physical distancing. Demikian seperti dikutip dari Cnet, Jumat (1/5/2020).
Ketika kehidupan perlahan-lahan kembali normal di beberapa bagian China, Yangzheng Elementary School di Hangzhou meminta siswa merancang topi yang berukuran 1 meter (3,2 kaki) sebagai pelajaran dalam praktik keselamatan Virus Corona COVID-19. Semua topi memiliki dua sayap di sisi kanan dan kiri, meskipun anak-anak menambahkan gaya kreatif mereka sendiri.Â
Beberapa dari mereka membuat lipatan panjang dari tabung karton berwarna-warni, yang lain dari balon.Â
Beberapa anak kreatif lainnya menghias topi mereka dengan bentuk burung, dedaunan dan pelangi. Atau pun ada juga yang menambahkan mahkota di atas topi yang menutupi kepalanya, sementara yang lain menambahkan mata pada topi ciptaannya yang berwarna merah cerah.Â
"Kami menganjurkan siswa mengenakan topi dan menjaga jarak satu meter," surat kabar Zhejiang Daily mengutip Kepala Sekolah Hong Feng yang mengatakan ketika anak-anak kembali ke sekolah minggu ini untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.   2 dari 3 halaman Mirip Topi Milik Dinasti Song  Sejumlah pengunjung berjalan di Forbidden City atau Kota Terlarang di Beijing, (7/3). Kota Terlarang, merupakan istana terisolasi kaisar Qing dan Dinasti Ming China untuk tempat wisata utama yang terletak di pusat ibu kota. (AP Photo/Aijaz Rahi)Seiring dengan mengajarkan para siswa tentang jarak sosial, topi di kepala mereka juga memberi anak-anak pelajaran sejarah. Pasalnya, topi-topi itu mirip dengan yang dikenakan pada Dinasti Song, yang memerintah Tiongkok antara 960 dan 1279.Â
"Bulu horisontal panjang pada tutup kepala pada Dinasti Song seharusnya untuk mencegah para pejabat dari berkonspirasi bersuara satu sama lain sementara di pengadilan - jadi jarak sosial sebenarnya jadi fungsi asli mereka," tulis Eileen Chengyin Chow, seorang profesor Universitas Asia dan Timur Tengah Duke studi di Twitter.Â
Topi-topi itu awalnya terbuat dari bambu dan logam, tidak semanis yang muncul di ruang kelas minggu ini.
Selengkapnya di sini.
Â