Rumah Sakit Israel Sulap Tempat Parkir Jadi Bangsal Pasien Corona COVID-19

Sebuah rumah sakit di Israel meyulap fasilitas parkir mobil menjadi bangsal untuk perawatan pasien COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Sep 2020, 18:05 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2020, 18:05 WIB
Sebuah rumah sakit di kota Haifa, Israel, mengubah tempat parkir bawah tanahnya menjadi bangsal pasien COVID-19 (Photo credit: JACK GUEZ/AFP)
Sebuah rumah sakit di Kota Haifa, Israel, mengubah tempat parkir bawah tanahnya menjadi bangsal pasien COVID-19 (Photo credit: JACK GUEZ/AFP)

Liputan6.com, Jakarta- Sebuah rumah sakit di Israel mengubah fungsi fasilitas parkir kendaraan roda empat menjadi bangsal untuk perawatan pasien COVID-19. Langkah itu dilakukan sebagai tanggapan dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19 di Israel. 

Dilansir AFP, Kamis (24/9/2020), Direktur Umum Rambam Health Care Campus di Haifa, Michael Halberthal mengungkapkan kekesalannya karena rumah sakit tempatnya bekerja di utara kota Haifa telah terpaksa untuk mengambil langkah tersebut demi tetap bisa menangani pasien COVID-19.

"(Sangat) disayangkan kami harus berada di situasi ini," ungkap Halberthal.

tempat parkir bawah tanah itu disulap menjadi bangsal pasien COVID-19 hanya dalam kurun waktu beberapa hari setelah manajemen menyetujui keputusan tersebut, yang dilengkapi dengan tempat tidur dan kursi roda.

Kata-kata "Rumah Sakit Darurat Bawah Tanah" menyambut kedatangan para pasien baru, yang menghadapi penolakan dari sejumlah rumah sakit karena telah memenuhi kapasitas di bangsal Virus Corona mereka. 

"Sekarang kami memahami bahwa ini adalah fasilitas strategis Israel dan kami dapat menggunakannya untuk solusi lain," lanjut Halberthal. 

Sementara itu, bangsal lainnya akan siap dibuka pada Kamis (24/9) dan dapat menampung hingga 770 pasien dengan COVID-19, menurut menurut para pejabat rumah sakit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Israel Catat hampir 7.000 Kasus COVID-19 dalam Sehari

Bangku Kosong Simbol Kematian Akibat Corona di Israel
Seribu kursi yang melambangkan jumlah kematian virus corona diletakkan di Rabin Square, Tel Aviv, Senin (7/9/2020). Israel melewati tonggak sejarah 1.000 kematian baru akibat COVID-19 akhir pekan ini setelah jumlah korban meningkat tiga kali lipat selama musim panas. (AP Photo/Sebastian Scheiner)

Ketua pengendalian infeksi Rambam, Khetam Hussein, menyebutkan bahwa kebijakan lockdown terbaru di Israel diberlakukan dengan terlambat. Ia pun juga mengatakan dibutuhkannya kebijakan lockdown yang lebih ketat. 

"Kami melihat peningkatan kasus yang parah," kata Hussein. 

Menurut penghitungan AFP selama dua minggu terakhir,  Israel memiliki tingkat infeksi Virus Corona COVID-19 tertinggi di dunia dari proporsi dari populasinya.

Pada 23 September 2020, Kementerian Kesehatan Israel mengumumkan bahwa hampir 7.000 kasus COVID-19 tercatat dalam 24 jam.

Tak hanya itu, negara tersebut juga telah mencatat lebih dari 200.000 kasus infeksi sejak pandemi muncul dengan 1.317 kematian.

"Semua rumah sakit Israel sangat ramai dan beberapa dari rumah sakit ini mencapai kapasitas 100 persen," jelas Hussein. 

Fasilitas parkir mobil di Israel diketahui dapat menjadi tempat berlindung saat perang, yang telah dialokasikan setelah konflik Israel pada tahun 2006 dengan kelompok Hizbullah Lebanon.


Lonjakan Kasus Sebabkan Penerimaan Pasien Dihentikan

FOTO: Kinerja Tentara Israel Memutus Rantai Penularan COVID-19
Tenda tempat tentara mewawancarai seseorang yang terinfeksi COVID-19 untuk mengidentifikasi dengan siapa orang tersebut telah berhubungan, Markas Home Front Command, Ramle, Israel, 25 Agustus 2020. Israel mengerahkan tentara untuk membantu menghadapi pandemi COVID-19. (AP Photo/Sebastian Scheiner)

Beberapa rumah sakit di Israel terpaksa berhenti menerima ambulans dalam beberapa hari terakhir, menurut keterangan dari seorang pejabat dari Magen David Adom, layanan medis darurat Israel.

"Tim kami menunggu hingga berjam-jam sebelum bisa menurunkan seorang pasien di rumah sakit, dan ini membuat mereka tidak bisa merawat pasien lain," ungkap pejabat itu kepada AFP.

Ia menambahkan, bahwa pasien COVID-19 yang menunggu di ambulans bahkan tidak mendapatkan izin untuk memasuki rumah sakit dan hanya diberikan sebuah wadah untuk digunakan sebagai toilet di dalam ambulans. 

Sebuah rumah sakit di kawasan Yerusalem timur juga mengalami kekurangan dalam obat-obatan dan persediaan medis lainnya.

"Kemarin, saya terpaksa menolak 10 pasien," kata Jamil Kussa, Direktur Rumah Sakit Saint Joseph, tempat bangsal virus corona dibuka pada Maret lalu.

Menurutnya, pembukaan untuk bangsal kedua diperlukan untuk mengatasi lonjakan kasus infeksi. "Tetapi kami tidak memiliki anggaran yang dibutuhkan," imbuhnya.


Infografis Mutasi Virus Corona D614G 10 Kali Lebih Menular

Infografis Mutasi Virus Corona D614G 10 Kali Lebih Menular. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mutasi Virus Corona D614G 10 Kali Lebih Menular. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya