India Minta WTO Longgarkan HAKI Vaksin COVID-19, Demi Akses Memadai

India meminta WHO agar HAKI vaksin COVID-19 bisa dilonggarkan supaya distribusi lebih merata.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Jan 2021, 17:58 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2021, 17:58 WIB
FOTO: Kasus COVID-19 Dunia Tembus 40 Juta
Umat Hindu yang mengenakan masker untuk mencegah penyebaran COVID-19 saat berdoa dalam kuil di Jammu, India, 17 Oktober 2020. Berdasarkan data Worldometers pada 19 Oktober 2020, jumlah kasus COVID-19 di India sebanyak 7.548.238. (AP Photo/Channi Anand)

Liputan6.com, New Delhi - Pemerintah India sedang meminta kepada World Trade Organization (WTO) agar ada pengesampingan terhadap hak kekayaan intelektual (HAKI) vaksin COVID-19. Tujuannya agar berbagai negara bisa punya akses vaksin tanpa halangan hak kekayaan intelektual.

Argumen dari India adalah perisai HAKI bisa mempersulit kolaborasi antar negara untuk menyediakan vaksin COVID-19 yang terjangkau.

World Health Organization (WHO) sebetulnya sudah punya program COVAX agar berbagai negara mendapatkan akses vaksin, namun India berkata program itu tidak cukup.

Kebijakan WTO yang ditarget India adalah kesepakatan Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) di WTO.

"Saat ini, bahkan skenario paling optimis tidak dapat menjamin akses ke vaksin dan terapi COVID-19 untuk sebagian besar populasi di negara kaya maupun miskin pada akhir 2021," tulis pemerintah India dalam pernyataan resmi dari kedutaan besar di Jakarta yang diterima Jumat (15/1/2021).

"Proposal Pengesampingan TRIPS berupaya untuk memenuhi kebutuhan ini dengan memastikan bahwa hambatan kekayaan intelektual/IP tidak menghalangi peningkatan kapasitas produksi tersebut," jelas pemerintah India.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tidak Ada Cukup Vaksin COVID-19

FOTO: Puskesmas di Jakarta Mulai Lakukan Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Dokter menunjukkan botol vaksin virus corona COVID-19 produksi Sinovac saat kegiatan vaksinasi di Puskemas Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (14/1/2020). Sejumlah Puskesmas di Jabodetabek mulai melakukan vaksinasi COVID-19 pada hari ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

India turut mengkritik kebijakan kerja sama global yang dipimpin WHO dalam COVAX dan ACT Accelerator. Program-program itu dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan vaksis global.

ACT-A menargetkan ada dua miliar dosis COVID-19 pada 2021. WHO berjanji sebanyak 1 miliar vaksin itu akan dialokasikan bagi lower middle income countries (LMIC) atau negara berpenghasilan ke bawah.

Namun demikian, India berkata itu belum cukup mengingat vaksin COVID-19 banyak yang butuh dua dosis. India lantas berargumen hanya ada 1 miliar orang yang dapat vaksin. India juga menilai ACT masih membutuhkan biaya.

"Dengan rezim dua dosis, ini hanya akan mencakup 1 miliar orang. Itu berarti bahwa meskipun ACT-A sepenuhnya dibiayai dan berhasil, yang tidak terjadi saat ini, tidak akan ada cukup vaksin untuk sebagian besar populasi global," jelas pihak India.

"Sekarang adalah waktunya bagi anggota WTO untuk bertindak dan mengadopsi Pengabaian (Waiver) untuk menyelamatkan nyawa dan membantu perekonomiankembali ke jalur kebangkitan dengan cepat," kata pemerintah India.

Didukung Kelompok HAM

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Proposal TRIPS Waiver ini diajukan oleh India dan Afrika Selatan, serta didukung Kenya, Eswatini, Mozambik, dan Pakistan.

Pada Desember 2020, Human Rights Watch (HRW) juga mendukung India agar WTO melakukan waiver terhadap hak intelektual vaksin.

HRW berkata proposal TRIPS Waiver bisa mempercepat transfer teknologi sehingga pemerintah berbagai negara bisa lebih terbantu dalam menyediakan vaksin.

"Proposal oleh India dan Afrika Selatan didesain untuk membantu pemerintah agar bisa menangani krisis kesehatan global yang luar biasa, " ujar deputi direktur eksekutif HRW, Bruno Stagno Ugarte, pada situs HRW.

Senada dengan pernyataan India, pihak HRW menyebut aturan fleksibilitas HAKI di dunia saat ini masih menyulitkan.

Amnesty International juga mendukung TRIPS Waiver dari India.

"Kita hanya bisa mengakhiri COVID-19 jika pemerintah-pemerintah mengakui tanggung jawab HAM mereka dan memastikan agar orang-orang yang paling membutuhkan vaksin penyelamat nyawa tidak ditinggalkan," ujar Tamaryn Nelson, penasihat hak kesehatan Amnesty International.

Infografis 10 Tips Sehat dan Sembuh dari COVID-19

Infografis 10 Tips Sehat dan Sembuh dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 10 Tips Sehat dan Sembuh dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya