Usai Disuntik Vaksin AstraZeneca, 3 Nakes Norwegia Alami Penggumpalan Darah

Tiga tenaga kesehatan di Norwegia yang baru saja menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca kini dirawat di rumah sakit akibat pendarahan, penggumpalan darah dan penurunan jumlah trombosit.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mar 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2021, 07:30 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Liputan6.com, Oslo - Tiga tenaga kesehatan di Norwegia yang baru saja menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca kini dirawat di rumah sakit akibat pendarahan, penggumpalan darah dan penurunan jumlah trombosit, menurut otoritas kesehatan Norwegia, Sabtu (13/3).

Ketiga petugas itu berusia di bawah 50 tahun.

Norwegia menghentikan imunisasi vaksin COVID-19 dengan AstraZeneca pada Kamis (12/3), menyusul langkah serupa yang dilakukan oleh Denmark. Islandia lantas mengikuti langkah tersebut.

"Kami tidak tahu apakah kasus tersebut berhubungan dengan vaksin," kata Sigurd Hortemo, dokter senior di Badan Pengawas Obat Norwegia saat konferensi pers gabungan dengan Norwegian Institute of Public Health (NIPH) sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Minggu (14/3/2021).

Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) akan menyelidiki tiga kasus tersebut, Hortemo mengatakan.

"Mereka mengalami gejala yang tak biasa: pendarahan, penggumpalan darah dan penurunan kadar trombosit," kata Steinar Madsen, Direktur Medis Badan Pengawas Obat Norwegia kepada lembaga penyiaran NRK.

"Mereka sakit cukup parah...Kami menangani (kasus) ini dengan sangat serius," katanya, menambahkan bahwa otoritas telah menerima laporan kasus tersebut pada Sabtu.

AstraZeneca mengeklaim bahwa analisis data keamanan mereka yang meliputi kasus yang dilaporkan dari 17 juta lebih dosis vaksin yang telah diberikan tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia --kadar trombosit yang rendah.

"Faktanya, laporan jumlah kasus jenis ini untuk vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak lebih besar dari jumlah yang akan terjadi secara alami pada populasi yang tidak divaksin," kata juru bicara perusahaan.

Perkembangan atau contoh kasus seperti itu tidak diamati selama uji klinis vaksin, lanjutnya.

Sebelum Denmark dan Norwegia menghentikan vaksinasi vaksin COVID-19 AstraZeneca, Austria terlebih dahulu menangguhkan penggunaan slot dosis vaksin tersebut sambil menyelidiki kematian akibat masalah koagulasi dan penyakit akibat emboli paru.

EMA pada Kamis mengatakan bahwa khasiat vaksin tersebut lebih besar ketimbang risikonya dan masih dapat diberikan.

Eropa sedang berjuang mempercepat program vaksinasi setelah pengiriman vaksin COVID-19 dari Pfizer dan AstraZeneca mengalami penundaan, bahkan meski kasus baru melonjak di sejumlah negara.

Simak video pilihan berikut:

Vaksin COVID-19 AstraZeneca Ditangguhkan di Bulgaria dan Thailand

Banner Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

Bulgaria pada Jumat 12 Maret 2021 menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca dalam program imunisasi COVID-19 sampai regulator obat Eropa mengeluarkan pernyataan tertulis, yang dapat menghilangkan semua keraguan tentang keamanan vaksin tersebut.

"Sampai semua keraguan hilang dan selama belum ada jaminan dari para ahli bahwa vaksin tersebut tidak menimbulkan risiko bagi masyarakat, kita akan menghentikan vaksinasi dengan vaksin ini," kata Perdana Menteri Boyko Borissov melalui pernyataan.

Selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya