Liputan6.com, Jakarta - Presiden Ashraf Ghani mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan di Facebook bahwa ia telah meninggalkan Afghanistan.
Dikutip dari AFP, Senin (16/8/2021) Presiden Ghani mengatakan bahwa dia telah meninggalkan negara itu pada Minggu (15/8) untuk "mencegah pertumpahan darah," ketika Taliban memasuki wilayah Ibu Kota Kabul.
Baca Juga
Dalam pernyataannya, Ghani mengatakan bahwa dirinya percaya "patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan kota Kabul akan hancur" jika dia tetap berada di di sana.
Advertisement
"Taliban telah menang dengan penghakiman pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka," kata Ghani.
"Mereka sekarang menghadapi ujian sejarah baru. Entah mereka akan mempertahankan nama dan kehormatan Afghanistan atau mereka akan memprioritaskan tempat dan jaringan lain," tambahnya.
Ghani tidak mengungkap lokasi keberadaannya saat ini, tetapi sebuah media terkemuka Afghanistan, Tolo News, menyebut dia pergi ke Tajikistan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Taliban Masuki Istana Kepresidenan Afghanistan
Dikutip dari laman Nikkei Asia, Taliban telah memasuki istana kepresidenan Afghanistan dan menguasainya, menurut dua komandan senior kelompok militan tersebut di Kabul.
Stasiun televisi Al Jazeera kemudian menunjukkan cuplikan terkait keberadaan Taliban di istana kepresidenan, dengan puluhan anggota bersenjatanya.
Taliban juga mengatakan mereka telah menguasai sebagian besar distrik di sekitar pinggiran ibu kota.
Laporan stasiun televisi lokal Afghanistan, 1TV menyebutkan bahwa beberapa ledakan terdengar di Kabul, yang sebagian besar sepi pada hari sebelumnya.
Laporan itu juga menyebut ada tembakan terdengar di dekat bandara, di mana diplomat asing, pejabat dan warga Afghanistan lainnya tengah berusaha meninggalkan negara itu.
Kelompok bantuan Darurat mengatakan 80 orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakit di Kabul, yang telah memenuhi kapasitas, dan membatasi masuknya orang-orang dengan luka yang tidak serius.
Advertisement