Liputan6.com, Kabul - Wali Kota baru Taliban di ibu kota Afghanistan, Kabul, telah mengatakan kepada pegawai kotamadya perempuan untuk tinggal di rumah kecuali pekerjaan mereka tidak dapat diisi oleh seorang pria.
BBC melaporkan, Senin (20/9/2021), Hamdullah Nomany mengatakan Taliban "menemukan bahwa perlu untuk menghentikan perempuan bekerja untuk sementara waktu". Ini adalah aturan pembatasan terbaru yang dikenakan pada wanita Afghanistan oleh pemerintah garis keras baru negara itu.
Advertisement
Selama pemerintahan mereka sebelumnya di tahun 1990-an, perempuan dilarang mengenyam pendidikan dan tempat kerja.
Setelah merebut negara itu bulan lalu menyusul penarikan pasukan AS, Taliban mengatakan hak-hak perempuan akan dihormati "dalam kerangka hukum Islam".
Tapi Taliban mendukung interpretasi yang ketat dari sistem hukum Islam, hukum Syariah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hak Perempuan Dirampas
Sejak mengambil alih kekuasaan, para pekerja wanita telah diperintahkan untuk tinggal di rumah sampai situasi keamanan membaik dan para anggota Taliban telah memukuli para wanita yang memprotes pemerintah sementara yang semuanya laki-laki.
Kelompok militan tersebut tampaknya telah menutup kementerian urusan perempuan dan menggantinya dengan departemen yang pernah menerapkan doktrin agama yang ketat.
Dan akhir pekan ini sekolah menengah dibuka kembali, tetapi hanya guru laki-laki dan laki-laki yang diizinkan kembali ke ruang kelas.
Taliban mengatakan sedang berupaya membuka kembali sekolah untuk anak perempuan.
Menurut walikota Kabul, sekitar sepertiga dari 3.000 pegawai pemerintah kota adalah perempuan. Dia mengatakan beberapa akan terus bekerja.
"Misalnya, perempuan bekerja di toilet perempuan di kota yang tidak bisa dikunjungi laki-laki," katanya.
Advertisement