Liputan6.com, Jakarta Penerbangan komersial dari maskapai utama Mesir, EgyptAir menuju Israel kembali dibuka. Penerbangan perdana setelah lepas landas dari Kairo itu telah dilakukan pada Minggu 3 Oktober.
Rute baru EgyptAir ini akan mencakup empat penerbangan pulang pergi mingguan antara Bandara Internasional Kairo dan Bandara Ben Gurion di luar Tel Aviv, Israel, seperti dikutip dari laman Xinhua, Senin (4/10/2021).
Baca Juga
Mesir dan Israel telah menandatangani perjanjian damai bersejarah pada 1979. Penerbangan langsung antara kedua negara dimulai setahun kemudian oleh maskapai terkemuka Israel El Al.
Advertisement
EgyptAir, di sisi lain kerap membatalkan penerbangan ke Israel karena alasan politik. Sehingga, mereka mendirikan anak perusahaan Air Sinai pada 1982, yang sejak itu mengoperasikan penerbangan langsung antara kedua negara.
Pada 2012, maskapai milik Israel El Al berhenti terbang ke Kairo karena alasan ekonomi, setelah jumlah penumpang yang bepergian antara kedua negara menurun tajam.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penerbangan Perdana Bahrain ke Israel
Pada kejadian berbeda, maskapai penerbangan Gulf Air tiba di Bandara Ben Gurion pada Kamis (30/9). Ini merupakan penerbangan komersial langsung pertama antara Bahrain dan Israel.
Dikutip dari laman Xinhua, maskapai nasional Bahrain ini berangkat dari Manama.
Sekitar satu jam setelah Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mendarat di ibu kota negara Teluk itu untuk kunjungan pertama kalinya.
Penerbangan antara Manama dan Tel Aviv akan dioperasikan dua kali seminggu pada hari Senin dan Kamis, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Transportasi Israel.
Perjalanan dari Bahrain ke Israel akan memakan waktu dua jam 50 menit, dan dua jam 35 menit untuk perjalanan pulang.
Selama upacara yang diadakan di Bandara Ben Gurion, Wakil Menteri Luar Negeri Israel Idan Roll mengatakan bahwa rute baru akan "memungkinkan warga kedua negara untuk bekerja sama dan mengembangkan kolaborasi ilmiah, budaya dan bisnis."
Langkah itu dilakukan sekitar setahun setelah Israel dan Bahrain sepakat untuk menormalkan hubungan mereka di "Abraham Accords" yang ditengahi AS.
Advertisement