Kasus COVID-19 di Korsel Meroket Lagi hingga 16 Ribu Sehari

Otoritas kesehatan Korsel berkata agar memperhatikan keterisian rumah sakit juga, bukan hanya kasus COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Jan 2022, 12:01 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2022, 12:01 WIB
FOTO: Kasus COVID-19 Melonjak, Korea Selatan Berlakukan Aturan Baru
Orang-orang menunggu tes virus corona COVID-19 di tempat pengujian darurat, Seoul, Korea Selatan, Rabu (26/1/2022). Korea Selatan mengurangi periode karantina dan perluasan pengujian cepat menyusul melonjaknya kasus COVID-19. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan (Korsel) kembali mencatat rekor kenaikan jumlah kasus COVID-19. Berdasarkan data kementerian kesehatan Korsel, ada tambahan 16 ribu kasus baru per Jumat (28/1/2022). 

Ada 316 kasus baru yang masuk kategori parah dan 967 orang dibawa ke rumah sakit. Rata-rata ada 10 ribu kasus Virus Corona di Korsel pekan ini. 

Totalnya, ada 793 ribu kasus COVID-19 yang ada di Korsel saat ini. Pasien meninggal ada 6.678 orang yang didominasi usia 60 tahun ke atas.

Menurut laporan Yonhap, mulai Kamis pekan depan, pemerintah Korsel akan menyediakan alat tes mandiri dan obat-obat COVID-19 seperti Paxlovid. Kualitas rawat di rumah juga akan ditingkatkan.

Menteri Kesehatan Kwon Deok-cheol berkata akan mendorong supaya perawatan COVID-19 akan sama seperti sistem kesehatna biasa ketimbang dipisahkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jakarta Juga Mulai Alert

FOTO: Waspada Ancaman Omicron hingga Februari Mendatang
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Kementerian Kesehatan memprediksi penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia akan terus terjadi hingga mencapai puncaknya pada Februari 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Beralih ke dalam negeri, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengingatkan bahwa Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dalam kondisi saat ini tidak lagi aman.

Hal ini berdasarkan data harian kasus COVID-19 kemarin, 26 Januari 2022 terdapat 7 ribuan kasus, tepatnya 7.010, apalagi dengan positivity rate lampaui 10 persen.

"Ini indikator bahwa sekolah tatap muka tidak lagi aman," kata Zubairi lewat cuitan di akun Twitter @ProfesorZubairi.

"Mohon dipertimbangkan untuk menghentikan sementara PTM 100% dan menaikkan PPKM ke level lebih tinggi," sarannya.

Menurut pria yang karib disapa Prof Beri ini, opsi sekolah lewat pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa dipilih untuk kondisi saat ini. Untuk daerah zona merah COVID-19 sebaiknya kembali ke sekolah virtual alias online.

"Sedangkan yang positivity rate-nya rendah, masih dimungkinkan untuk tetap PTM," kata dia.

Infografis COVID-19:

Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya