Bukan Hanya Rusia, China Tuduh Barat Ikut Bertanggung Jawab Atas Invasi Ukraina

China menilai bahwa negara Barat ikut bertanggung Jawab atas invasi Ukraina.

diperbarui 13 Mar 2022, 08:03 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2022, 08:03 WIB
FOTO: Rusia Tekan Invasi Sampai ke Pinggiran Ibu Kota Ukraina
Tentara Ukraina mengambil posisi di pusat Kota Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). Rusia menekan invasinya sampai ke pinggiran Kiev setelah melepaskan serangan udara di kota-kota dan pangkalan militer serta mengirimkan pasukan dan tank dari tiga sisi. (AP Photo/Emilio Morenatti)

DW, Jakarta - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi pada hari Senin (7/3) menegaskan, betapa persahabatan dengan Rusia tetap "kokoh serupa batu karang,” di tengah hujan sanksi negara barat akibat invasi terhadap Ukraina.  

Menurutnya, kedua negara memadu "hubungan bilateral paling penting di dunia,” karena "membantu mengokohkan stabilitas, pertumbuhan dan perdamaian dunia”. Menlu China menegaskan hal itu, sepekan setelah menolak resolusi yang mengecam agresi Rusia dalam Sidang Umum PBB (2/3).

Wang Yi meyakini eskalasi antara Rusia dan Ukraina disebabkan oleh "mentalitas Perang Dingin” milik Amerika Serikat dan NATO, yang memaksa Chinadan kini Rusia untuk mempertahankan diri. 

Istilah tersebut belakangan rajin digunakan pemerintah di Beijing, terutama ketika mengritik Amerika Serikat. Di Forum Ekonomi Dunia pada pertengahan Januari 2022 lalu, Presiden Xi Jinping mengimbau dunia untuk "menanggalkan mentalitas Perang Dingin dan mendahulukan pendekatan saling menguntungkan,” dalam tatanan politik global.

"Yang lebih berbahaya lagi adalah ambisi untuk mempertahankan hegemoni dan upaya menundukkan mereka yang berusaha melawan arus sejarah,” imbuhnya tanpa menyebut Amerika Serikat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rusia Musuh NATO

Garasi Bawah Tanah di Kiev Diubah Menjadi Pangkalan Latihan Tentara Cadangan
Prajurit Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina, cadangan militer Angkatan Bersenjata Ukraina, mengikuti pelatihan militer di garasi bawah tanah yang telah diubah menjadi pangkalan pelatihan dan logistik di Kiev, pada Jumat (11/3/2022). (Sergei SUPINSKY / AFP)

Perang Dingin antara 1947 hingga 1989, membelah dunia ke dalam dua blok, yakni blok barat di bawah pengaruh AS dan NATO, serta blok timur yang menyatukan negara Eropa Timur dan Asia Tengah ke dalam lingkup pengaruh Rusia, ditambah China dan Korea Utara.

Menurut China, "mentalitas Perang Dingin” menempatkan Rusia sebagai musuh abadi NATO. Sementara di kawasan Indo-Pasifik, kebijakan Amerika Serikat selama ini semakin menajamkan konflik dengan Beijing.

Hal ini ditegaskan Presiden Vladimir Putin dan Xi Jinping dalam pembukaan Olympiade Musim Dingin di Beijing, awal Februari silam.

"Kedua pihak menolak ekspansi NATO dan menuntut pengakuan penuh tehadap kedaulatan, keamanan dan kepentingan negara lain.”

Politisi dan analis barat belakangan juga mulai menggunakan terminologi Perang Dingin untuk menggambarkan ketegangan antara Washington, atau Uni Eropa, dan Beijing. Pada Maret 2019 lalu Komisi Eropa secara resmi mendeklarasikan China sebagai "rival sistematik”. 

Dari sudut pandang China, kebijakan tersebut mengandung aroma permusuhan. Beijing mengatakan ketika pihaknya menjalankan program Belt Road Initative (BRI) yang mendorong pertumbuhan dan kooperasi di kawasan, UE dan AS sebaliknya membidik permusuhan dengan menjalankan kebijakan Indo-Pasifik yang didominasi agenda keamanan untuk melawan China.

Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina:

Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina
Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya