British Council: Hutan Papua Penting untuk Lawan Perubahan Iklim

British Council menyorot pentingnya hutan Papua dan peran pemuda untuk melawan perubahan iklim.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Jul 2022, 13:28 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2022, 13:28 WIB
Direktur Pendidikan, Bahasa Inggris dan kemasyarakatan di The British Council Indonesia Colm Peter Downes.
Direktur Pendidikan, Bahasa Inggris dan Kemasyarakatan di the British Council Indonesia Colm Peter Downes di acara RRI Diplomatic Forum ke-42.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim saat ini masih menjadi topik internasional yang penting bagi Inggris. Indonesia dinilai berada di posisi penting dalam menghadapi perubahan iklim. 

Direktur Pendidikan, Bahasa Inggris, dan Kemasyarakatan di the British Council Indonesia Colm Peter Downes menjelaskan bahwa Indonesia bisa terdampak sangat parah, sekaligus mencegah perubahan iklim.

Downes pun menyorot pentingnya menjaga hutan di Papua.

"Indonesia berada di jantung dalam dua hal, yakni yang terdampak secara kuat oleh perubahan iklim, dampak perubahan iklim akan sangat terasa di Indonesia. Tetapi (Indonesia) juga berada di jantung dalam menangkal perubahan iklim dalam menjaga hutan, terutama di Papua, dan seluruh Indonesia," ujar Colm Peter Downes dalam acara RRI Diplomatic Forum ke-42, Selasa (12/7/2022). 

Kesimpulan itu Downes ambil ketika mengadakan dialog meja bundar ketika Presiden COP26 Alok Sharma datang ke Indonesia. Inggris saat ini adalah presiden dari COP26 yang merupakan konferensi PBB untuk perubahan iklim. 

Downes pun mengajak para pemerintah untuk melibatkan anak-anak muda dalam mendesain rencana melawan perubahan iklim. Ia mengaku telah melihat para pemuda Indonesia yang inovatif dan penuh gagasan.

Namun, ia meminta agar para anak-anak muda tak hanya dilibatkan secara simbolis, melainkan dibuka pintu komunikasi yang konstruktif. 

"Dengarkan para pemuda dengan cara yang riil, bukan dengan cara tokenistik (simbolis), dan biarkan mereka terlibat mendesain sejumlah aksi-aksi agar kita bisa ambil untuk menangkal masalah-masalah besar global," ujar Downes.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pemuda di G20

Logo resmi G20 yang diketuai Indonesia.
Logo resmi G20 yang diketuai Indonesia.

Salah satu perwakilan generasi muda di bidang energi yang hadir di acara RRI Diplomatic Youth ke-4 adalah pendiri Society of Renewable Energy Zagy Yakana Berian. Ia menyebut penting agar adanya gerakan akar rumput untuk mendukung program transisi energi pemerintah. 

"Kami mendukung program pemerintah, terutama Kementerian Energi, untuk membuat gerakan pemuda untuk working group transisi energi," ujar Zagy. 

Ia juga menyorot agenda transisi energi di G20. Zagy berkata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah melibatkan pemuda dalam agenda tersebut. 

Zagy berkata agenda perubahan tidak bisa terjadi apabila tidak melibatkan anak-anak muda. 

Staf Khusus Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk Millennial, Kreatifitas, dan Inovasi Alia Noorayu Laksono berkata generasi muda saat ini lebih aktif mengikuti isu global dan mencari solusi melalui berbagai kegiatan dan komunitas. 

"Anak muda di generasi ini sangatlah aktif berpartisipasi dalam menyelesaikan banyak isu melalui organisasi-organisasi dan komunitas-komunitas kepemudaan," ujarnya.

Perang Rusia Vs Ukraina Bikin Banyak Negara Kembali ke Energi Kotor

Petugas penyelamat berdiri di atas puing-puing di tempat kejadian setelah serangan rudal Rusia mengenai blok apartemen perumahan, di Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Minggu, 10 Juli 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)
Petugas penyelamat berdiri di atas puing-puing di tempat kejadian setelah serangan rudal Rusia mengenai blok apartemen perumahan, di Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Minggu, 10 Juli 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)

Sementara, perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak hanya berdampak kepada dua negara yang bertikai saja tetapi mempengaruhi kehidupan di seluruh dunia. Salah satunya terkait penggunaan energi kotor. 

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menjelaskana, perang antara Rusia dengan ukraina mendorong kembali penggunaan energi kotor atau tidak ramah lingkungan. Padahal sebelumnya banyak negara tengah mencoba beralih ke energi bersih. 

Dia mencontohkan, sejumlah negara di Eropa bersiap untuk kembali mengaktifkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Hal ini demi kepentingan masyarakat jelang memasuki musim dingin di tengah pembatasan pengiriman stok minyak mentah oleh Rusia.

"Kemudian, Amerika mengatakan saya rilis deh cadangan minyak saya. Cadanga minyaknya kan adalah fossil fuels. Betul kan?" jelas dia dalam webinar Indonesia Infrastructure Roundtable (IRR), Jakarta, Jumat (8/7).

Selain itu, sejumlah negara juga telah menambah anggaran subsidi dan kompensasi untuk sektor energi seiring meningkatnya harga minyak mentah dunia. Termasuk, Indonesia.

"Apa yang kita lakukan, kita tambah subsisdi dna kompensasi untuk energi adalah bentuk survival. Karena, kita ingin melindungi masyarakat," jelasnya.

Oleh karena itu, Suahasil memastikan peningkatan pemanfaatan energi berbasis fosil tersebut hanya bersifat jangka pendek. Komitmen tersebut ditandai dengan fokus pemerintah untuk mempercepat penggunaan transisi energi ramah lingkungan sebagai jarak jangka menengah dan jangka panjang.

"Kita tidak akan melupakan jangka menegah dan panjang. kita tetap bicara transisi menuju green economic," tutup Suahasil Nazara.

Alasan Tambah Subsidi Energi di Tengah Perang Rusia - Ukraina

Usai serangan rudal Rusia mengenai blok apartemen perumahan, di Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Minggu, 10 Juli 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)
Usai serangan rudal Rusia mengenai blok apartemen perumahan, di Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Minggu, 10 Juli 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)

Pemerintah juga memastikan menambah subsidi ke sektor energi guna menahan harga bahan bakar minyak (BBM), listrik dan LPG. Tambahan subsidi energi ini perlu dilakukan menyusul harga komoditas internasional yang melonjak.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkap, kenaikan harga komoditas masih dipicu oleh perang Rusia dan Ukraina. Sehingga, sejumlah negara, termasuk Indonesia, melakukan antisipasi menjaga harga di dalam negeri. 

Tujuannya, kata dia, guna menyajikan kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau. Antisipasi kenaikan harga komoditas ini juga dilakukan negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) dengan berbagai cara.

"Coba kalau kita hubungkan ada negara yang hidupkan lagi pembangkit listrik batu bara, ada negara yang merilis cadangan minyak, ada negara yang kaya Indonesia, subsidi dan kompensasi untuk energi," kata dia dalam T20 Event Indonesia Infrastructure Roudtable, Jumat (8/7/2022).

"Jangka pendek ini adalah bentuk survival kita, karena apa? Kenapa melakukan itu semua? karena kita ingin melindungi masyarakat," tambahnya.

Ia mengisahkan, negara Eropa akan mulai kembali menghidupkan pembangkit listrik batu bara. Kemudian, Amerika Serikat akan menjajaki lagi cadangan minyak. Padahal, keduanya kini tengah fokus pada pemanfaatan energi baru terbarukan.

Menurutnya, langkah yang dilakukan Eropa dan AS tersebut memiliki tujuan sama dengan yang dilakukan oleh Indonesia, yaitu melindungi masyarakat.

"Kalau dia bilang mau hidupin lagi kawal-kawal powerplant itu kenapa? Sebentar lagi winter, bisa saja ini trik untuk memberikan perlindungan ke masyarakat, kalau Amerika mengatakan rilis minyaknya ya perlindungan masyarakat," paparnya.

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Indonesia, dengan menambah sibsidi dan kompensasi sebagai cara melindungi masyarakat. Sehingga harganya tidak naik terlalu tinggi.

"karena kita tahu fenomena yang kita hadapi adalah kenaikan harga," tegas Suahasil Nazara.

Infografis Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina
Infografis Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya