Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol meminta jajarannya untuk all-out dalam melawan dampak banjir Seoul yang terjadi pada Senin malam (8/8/2022). Presiden Yoon menyorot peran perubahan iklim dalam bencana tersebut.
Dilansir Yonhap, Selasa (9/8/2022), hujan yang terjadi di Korea Selatan adalah yang terparah dalam 80 tahun terakhir.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Korea Selatan meminta agar jajarannya siap untuk melawan dampak lebih lanjut dari banjir di wilayah Seoul dan sekitarnya, seperti tanah longsor.
"Usaha-usaha dari kementerian dalam negeri dari segi postur kesiapan darurat telah dilaksanakan untuk meminimalisir kerusakan, tetapi sebagaimana hujan beras telah terus berlanjut selama beberapa hari terakhir, kita harus merespons dengan rasa siaga yang all-out," ujar Presiden Yoon Suk Yeol.
Terkait longsor, Presiden Yoon meminta agar ada langkah pencegahan untuk membatasi akses ke area-area yang rawan longsor, dan segera mengkomunikasikan hal tersebut ke publik.
Presiden Yoon berkata bencana alam yang terjadi tak dapat dihindari, tetapi ia memint agar tidak ada dampak bencana karena human error.
"Sesegera mungkin saat hujan besar di bawah kendali, kita harus melaksanakan survey akurat terkait kerusakan dan segera memulai pemulihan dan pertolongan," ujar Presiden Yoon.
Lebih lanjut, Presiden Korsel itu meminta agar pemerintah meninjau sistem manajemen bencana dari awal dengan mempertimbangkan cuaca abnormal akibat perubahan iklim.
"Kita harus merespons secara all-out hingga situasi selesai untuk melindungi nyawa dan properti yang berharga dari masyarakat dan mengambil langkah sampai akhir, hingga masyarakat merasa cukup," ujar Presiden Yoon Suk Yeol.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Seoul Terendam Banjir di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19
Banjir yang menghantam ibu kota Seoul dan sekitarnya di Korea Selatan mengakibatkan sejumlah ruas jalan terendam air, tak terkecuali Gangnam yang elit. Curah hujan ekstrim dinilai menjadi penyebab wilayah Seoul terdampak banjir.
Selain Seoul, wilayah lain yang terdampak adalah Incheon dan sejumlah wilayah di Provinsi Gyeonggi. Banjir ini terjadi ketika kasus COVID-19 juga sedang meningkat di Korea Selatan.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Korsel, Selasa (9/8), ada 149 ribu kasus harian di negara tersebut. Rata-rata mingguan ada 100 ribu kasus baru. Kasus kematian harian tercatat ada 40 orang, namun ada 420 orang yang masuk rumah sakit dalam 24 jam terakhir.
149 ribu kasus baru itu adalah lonjakan tajam dari sehari sebelumnya, yakni 55 ribu kasus. Data Johns Hopkins University menunjukkan bahwa Korea Selatan berada di nomor empat dunia pada kasus baru tertinggi dalam 28 hari terakhir.
Berikut data 10 negara dan wilayah dengan kasus tertinggi dalam 28 hari terakhir, serta total kasusnya.
1. Jepang: 4,5 juta kasus baru (total 14,4 juta)
2. Amerika Serikat: 3,5 juta kasus baru (total 92,2 juta)
3. Jerman: 2,2 juta kasus baru (total 31,3 juta)
4. Korea Selatan: 2 juta kasus baru (total 20,6 juta)
5. Prancis: 1,9 juta kasus baru (total 34,2 juta)
6. Italia: 1,8 juta kasus baru (total 21,3 juta)
7. Australia: 1,13 juta kasus baru (total 9,6 juta)
8. Brasil: 1,12 juta kasus baru (total 34 juta)
9. Turki: 1,11 juta kasus baru (total 16,2 juta)
10. Taiwan: 656 ribu kasus baru (total 4,7 juta)
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kemlu RI: Banjir Korea Selatan Landa Seoul, Incheon, Gyeonggi, dan Gangwon
Kementerian Luar Negeri RI memberikan update terbaru mengenai banjir yang melanda ibu kota Korea Selatan. Banjir menghantam Seoul dan wilayah sekitarnya seperti Incheon dan Provinsi Gyeonggi.
"Bencana banjir tengah melanda Korea Selatan dengan daerah terdampak antara lain melanda daerah Incheon, Seoul, sebagian daerah di Provinsi Gyeonggi dan Gangwon," tulis Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha dalam keterangannya, Selasa (9/8).
"KBRI Seoul telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan menghubungi simpul-simpul masyarakat Indonesia. Hingga saat ini tidak terdapat WNI yang terdampak langsung akibat bencana banjir tersebut," jelas Judha.
KBRI Seoul mencatat totalnya 36.399 orang WNI yang menetap di Korea Selatan.
Masyarakat Indonesia di Korea Selatan diminta untuk terus memantau informasi dan petunjuk dari otoritas setempat. Hotline KBRI Seoul dapat dihubungi di nomor +82 10-5394-2546.
Pada Senin malam (8/8), Seoul terancam banjir parah yang menenggelamkan sejumlah ruas jalan. Foto-foto kendaraan tenggelam di tengah jalan juga viral di media sosial. Stasiun-stasiun juga terdampak.
Wali Kota Seoul, Oh Sehun, juga memutuskan kembali ke kantornya pada Senin malam ketika banjir meluas di daerahnya.
Korban Tewas Bertambah
Sedikitnya delapan orang tewas dan 14 lainnya luka-luka saat banjir yang disebabkan oleh hujan lebat melanda sebagian ibu kota Korea Selatan, Seoul.
Hujan deras pada Senin 8 Agustus 2022 malam menenggelamkan jalan, membanjiri stasiun metro dan menyebabkan pemadaman listrik di seluruh kota dan provinsi tetangga.
"Beberapa daerah menerima tingkat curah hujan tertinggi dalam 80 tahun," kata badan meteorologi Korea seperti dikutip dari BBC, Selasa (9/8).
Pejabat cuaca Korea Selatan mengatakan hujan kemungkinan akan berlanjut selama beberapa hari.
Gambar-gambar yang beredar menunjukkan air banjir Seoul mengalir menuruni tangga metro, mobil-mobil yang diparkir terendam hingga ke btas jendela dan orang-orang menyeberang jalan dengan air setinggi lutut.
Laporan lokal mengatakan tiga korban - dua saudara perempuan berusia empat puluhan dan seorang gadis 13 tahun - tinggal di sebuah apartemen semi-basement yang dikenal sebagai banjiha.
Korban banjir Korea Selatan lainnya termasuk satu orang yang tersengat listrik, satu orang ditemukan di bawah reruntuhan halte bus dan satu lagi tewas tertimbun tanah longsor. Sedikitnya 14 orang terluka dan enam lainnya dilaporkan hilang.
Apartemen ini, yang terletak di bawah permukaan jalan, menjadi terkenal setelah ditampilkan dalam film Korea Selatan pemenang Oscar Parasite, yang menceritakan kisah keluarga miskin di apartemen semacam itu yang mencoba mencari cara untuk memenuhi kebutuhan.
Petugas penyelamat mengatakan mereka tidak dapat mengakses apartemen karena air banjir naik setinggi pinggang di jalan.
Advertisement