Vladimir Putin Bantah Pakai Senjata Nuklir di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin ogah pakai senjata nuklir di Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Okt 2022, 10:09 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2022, 07:30 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo/AP Photo)
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri pertemuan dengan para pemenang dan finalis kontes nasional School Teacher of the Year melalui konferensi video pada Rabu, 5 Oktober 2022. (Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo/AP Photo)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin membantah ada niat untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Ia berkata hal itu tidak perlu.

"Kami tidak melihat keperluan untuk melakukan hal tersebut," ujar Putin seperti dilansir AP News, Jumat (28/10/2022).

"Tidak ada tujuan untuk hal itu, baik secara politik maupun militer," ucapnya.

Hal itu diungkap Presiden Vladimir Putin pada acara konferensi pakar luar negeri, Kamis (27/10). Ucapan Putin itu berbeda dari beberapa waktu lalu ketika ia mengaku siap menggunakan segala cara yang tersedia untuk melindungi Rusia.

Presiden AS Joe Biden mengecam ucapan tersebut karena "segala cara" dituding turut melibatkan senjata nuklir.

Kini, Presiden Putin berkata hal itu tidak dimaksudkan memakai nuklir, tetapi hanya merespons ucapan Barat terkait nuklir. Ia menyorot mantan Perdana Menteri Inggris Liz Truss yang mengaku siap menggunakan nuklir, sehingga pemerintah Rusia resah.

Vladimir Putin yang melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari menyebut Barat menggunakan metode "berbahaya, berdarah, dan kotor" untuk mendominasi.

Orang-orang mengantre untuk menerima jatah roti setiap hari di sebuah sekolah di Mykolaiv, Ukraina, Selasa (25/10/2022). Penduduk Mykolaiv mengambil roti dari satu-satunya titik distribusi makanan di Varvarivka. (AP Photo/Emilio Morenatti)<p>Marina Yatsko tampak berlari ketika putranya yang masih bayi digendong ke rumah sakit oleh kekasihnya pada Maret 2022. Bayi itu adalah korban serangan Rusia di Mariupol, Ukraina. (AP Photo/Evgeniy Maloletka, File)</p>Petugas pemadam kebakaran bekerja setelah sebuah pesawat tak berawak menghantam gedung-gedung di Kyiv, Ukraina, Senin (17/10/2022).   Pesawat tak berawak menghantam sejumlah gedung ibu kota Ukraina pada Senin pagi ledakan tesebut menggema di seluruh Kyiv dan menimbulkan kepanikan sehingga orang-orang berlarian ke lokasi yang aman.  (AP Photo/Roman Hrytsyna)

Presiden Putin pun berpikir ada posisi terkoordinasi untuk memeras negaranya.

"Barat tidak akan bisa mendikte keinginan umat manusia, tetapi masih mencoba melakukannya, dan mayoritas negara tidak akan menoleransinya," ujar Vladimir Putin.

Lebih lanjut, Vladimir Putin juga berkata bahwa Ukraina ingin menyerang dengan radioactive dirty bomb, namun kemudian akan menuduh Rusia yang memakainya. Rusia juga berkata tahu lokasi pembuatan bom tersebut.

Ukraina menyebut tuduhan itu sebagai palsu. 

Prajurit Wamil Rusia Mengeluh Kurang Peralatan dan Makanan

Pelatihan Militer Rekrutan Rusia untuk Perang Lawan Ukraina
Seorang rekrutan memegang senjata saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Sebelumnya dilaporkan, wajib militer (wamil) Rusia yang terburu-buru membuat prajurit kesulitan mendapatkan kebutuhan di lapangan. Video-video prajurit wamil beredar di media sosial yang mengeluhkan kurangnya peralatan dan kualitas hidup yang buruk.

Para prajurit yang direkrut pada mobilisasi parsial itu juga tak mendapatkan pelatihan mumpuni. Akibatnya, mereka dimajukan ke garis depan meski belum ada kesiapan.

Berdasarkan laporan AP News, Rabu (26/10), beredar video-video di media sosial Rusia yang menampilkan prajurit mengeluhkan akomodasi yang sempit dan kotor. Toilet dipenuhi sampah. Makanan dan obat juga kurang. Beberapa prajurit menunjukkan senjata-senjata yang usang.

"Kami tidak mencari-cari kalian. Kalian yang mencari-cari kami. Sekarang lihat ini. Berapa lama ini akan berlanjut?" ujar seorang prajurit yang marah pada sebuah video.

Presiden Rusia Vladimir Putin menerapkan mobilisasi tersebut untuk mencari 300 ribu pasukan cadangan. Yang dicari sebenarnya adalah yang punya pengalaman tempur.

Namun, aktivis dan kelompok HAM menyebut orang-orang yang tak punya pengalaman militer juga direkrut. Polisi juga dilaporkan mencari-cari calon prajurit di jalanan maupun hotel. Pengecekan kesehatan seringkali terlewatkan.

Aktivis juga berkata etnis minoritas banyak direkrut. Sebelumnya, ada video komunitas Muslim di Dagestan yang unjuk rasa menolak wamil.

Protes pun mencuat di berbagai daerah. Berpuluh-puluh ribu laki-laki Rusia memilih kabur ke negara tetangga untuk menghindari disuruh masuk militer untuk kemudian menyerang Ukraina.

Analis militer Pavel Luzin di Tufts University berkata kebijakan Presiden Putin ini tidak akan efisien serta hanya bisa memperlambat gerakan maju prajurit Ukraina.

Luzin berkata pemerintah Rusia hanya "memperlambat penderitaan."

"Tentaranya tidak siap untuk mobilisasi. Mereka tak pernah disiapkan untuk itu," ujarnya.

Hingga menjelang akhir Oktober 2022, Rusia telah merekrut 220 ribu orang.

Diplomat Top China Puji Kemesraan Rusia-RRC

Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Diplomat top China yang bertugas di Rusia memberikan pujian tinggi terhadap hubungan Tiongkok dan Rusia. Kepercayaan politik kedua negara dinilai semakin mendalam.

Sentimen itu diungkap oleh Charge d'Affaires China di Rusia, Sun Weidong. 

"Relasi China-Rusia telah bergerak menuju era baru perkembangan yang cepat selama 10 tahun terakhir. Pada zaman kooperasi dan kemitraan strategis komprehensif ini, kami tak hanya mampu mempertahankan level tinggi (kerja sama) di bawah tuntunan kepala negara kami, tetapi juga memperdalamnya," ujar Sun Weidong, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Kamis (27/10).

"Level kepercayaan politik di antara negara kita leih tinggi dari sebelum-sebelumnya," lanjut Sun Weidong.

Ia juga mencatat bahwa Beijing dan Moskow secara persisten menggenjot interaksi ekonomi, dagang, serta budaya. Pihak China turut mengapresiasi dukungan Rusia kepada China terkait isu Taiwan dan pelanggaran HAM Xinjiang.

Sementara, China menyebut telah bersikap "secara objektif" terkait invasi Rusia di Ukraina.

"Negara kita selalu mendukung satu sama lain dalam berbagai isu terkait kepentingan mereka, secara erat berkooperasi di panggung internasional. Rusia telah mengadvokasi posisi-posisi China pada sejumlah isu terkait Taiwan, Hong Kong, dan Xinjiang. China pada gilirannya telah secara objektif dan imparsial menilai masalah-masalah yang Rusia hadapi terkait Ukraina," ujar Sun Weidong.

Diplomat China itu tidak secara eksplisit menyebut China membela Rusia, tetapi ia berkata China bersikap kritis pada kebijakan unilateral dan hegemoni Barat yang disebut menjadi penyebab krisis.

Selain hubungan diplomasi, Sun Weidong memuji kerja sama infrastruktur Rusia-China dalam hal energi nuklir, pesawat, mesin roket, hingga navigasi satelit. Pembayaran antara kedua negara juga dilakukan dengan mata uang nasional. Ia yakin hubungan kedua negara akan terus awet.

"Hubungan-hubungan ini tanpa diragukan lagi stabil dan mengarah pada masa depan," ujar diplomat China itu.

Latihan Nuklir Rusia

FOTO: Rusia - Ukraina Memanas, Emmanuel Macron Temui Vladimir Putin di Moskow (SPUTNIK/AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

Rusia telah memberi tahu Amerika Serikat bahwa latihan nuklir tahunannya telah dimulai, dan akan mencakup peluncuran rudal berkemampuan nuklir mulai Rabu 26 Oktober 2022, menurut dua pejabat AS.

Latihan tahunan ini digambarkan oleh para pejabat AS sebagai agenda "rutin", yang semakin memperjelas retorika Rusia soal peningkatan penggunaan senjata nuklir di Ukraina, dikutip dari cbsnews.com, Rabu (26/10).

Latihan nuklir bernama "Grom" atau bermakna Guntur ini, melibatkan manuver skala besar kekuatan nuklir strategis, termasuk peluncuran rudal langsung, kata seorang pejabat senior militer awal bulan ini.

"Rusia mematuhi kewajiban pengendalian senjata dan komitmen transparansinya dengan membuat pemberitahuan itu,” kata sekretaris pers Pentagon Brig.

Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa AS telah diberitahu tentang latihan tahunan tersebut.

Latihan Rusia itu bertepatan dengan latihan nuklir NATO bernama "Steadfast Noon."

Latihan NATO tahun ini diselenggarakan oleh Belgia, berlangsung dari 17 Oktober hingga 30 Oktober 2022 dan melibatkan 14 negara.

Mesin pembawa bom jarak jauh B-52 AS ikut dalam latihan itu, terbang dari Pangkalan Udara Minot di Dakota Utara. Latihan ini juga mencakup jet tempur generasi keempat dan kelima, tetapi tidak ada senjata langsung yang akan digunakan.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa latihan NATO dimaksudkan untuk memastikan kemampuan pencegahan nuklir NATO "tetap aman, terjamin dan efektif."

Stoltenberg mengatakan, NATO akan "memantau" latihan Rusia dan "akan tetap waspada paling tidak mengingat ancaman nuklir terselubung dan retorika nuklir berbahaya yang telah kita lihat dari pihak Rusia."

Terakhir kali Rusia mengadakan latihan nuklir pada Februari 2022, tepat sebelum invasinya ke Ukraina.

Infografis Pro-Kontra Rencana Kehadiran Putin di KTT G20 Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pro-Kontra Rencana Kehadiran Putin di KTT G20 Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya