Liputan6.com, Washington - Para pemimpin Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia mengungkapkan rincian baru dari rencana pembuatan armada kapal selam bertenaga nuklir (SSN) generasi berikutnya di bawah pakta keamanan AUKUS.
Diumumkan pada September 2021, pakta keamanan AUKUS yang terdiri dari ketiga negara tersebut bertujuan mempromosikan Indo Pasifik yang bebas, terbuka, aman, dan stabil atau dengan bahasa lain melawan pengaruh China di kawasan.
"Prakarsa besar pertama AUKUS adalah keputusan trilateral bersejarah kami untuk mendukung Australia memperoleh SSN yang dipersenjatai secara konvensional," ungkap pernyataan pemimpin ketiga negara yang dirilis pada Senin (13/3/2023), seperti dikutip dari situs resmi Gedung Putih.
Advertisement
"Kapal selam ini dikembangkan secara trilateral berdasarkan desain generasi mendatang Inggris yang menggabungkan teknologi ketiga negara. Australia dan Inggris akan mengoperasikan SSN-AUKUS sebagai kapal selam masa depan. Australia dan Inggris akan mulai membangun SSN-AUKUS di galangan kapal domestik dalam dekade ini."
Dalam pernyataan bersama juga diungkapkan sejumlah pendekatan bertahap untuk mencapai operasional SSN-AUKUS, yaitu:
- Mulai tahun 2023, personel militer dan sipil Australia akan bergabung dengan Angkatan Laut AS, Angkatan Laut Kerajaan Inggris, dan pangkalan industri kapal selam AS serta Inggris untuk mempercepat pelatihan personel. AS berencana untuk meningkatkan kunjungan SSN-nya ke Australia mulai tahun 2023 dengan pelaut Australia bergabung bersama kru AS untuk pelatihan dan pengembangan. Sementara itu, Inggris akan mulai meningkatkan kunjungan ke Australia mulai tahun 2026.
- Pada awal tahun 2027, AS dan Inggris berencana untuk memulai rotasi maju SSN ke Australia untuk mempercepat pengembangan personel, tenaga kerja, infrastruktur, dan sistem peraturan Angkatan Laut Australia yang diperlukan untuk membangun kemampuan SSN yang berdaulat.
- Dimulai pada awal 2030-an, sembari menunggu persetujuan Kongres, AS bermaksud menjual tiga kapal selam kelas Virginia kepada Australia, dengan potensi untuk menjual hingga dua lagi jika diperlukan. Langkah ini secara sistematis akan menumbuhkan kemampuan dan kapasitas dukungan SSN Australia yang berdaulat.
- Pada akhir tahun 2030-an, Inggris akan mengirimkan SSN-AUKUS pertamanya ke angkatan lautnya dan Australia akan melakukan hal serupa pada awal tahun 2040-an.
"Rencana ini dirancang untuk mendukung pengembangan infrastruktur, kemampuan teknis, industri, dan sumber daya manusia Australia yang diperlukan untuk memproduksi, memelihara, mengoperasikan, dan menjaga armada berdaulat kapal selam bertenaga nuklir yang dipersenjatai secara konvensional. Australia berkomitmen penuh untuk pengelolaan teknologi propulsi nuklir angkatan laut yang bertanggung jawab," sebut pernyataan bersama ketiga kepala negara.
Mengutip BBC pada Selasa (14/3), armada kapal selam baru akan menggunakan teknologi mutakhir, termasuk reaktor yang dibuat oleh Rolls-Royce.
Biden: SSN-AUKUS Tidak Membahayakan Komitmen Australia untuk Bebas Nuklir
Sementara itu, dalam konferensi pers bersama dengan PM Inggris Rishi Sunak dan PM Australia Anthony Albanese, Presiden AS Joe Biden menggarisbawahi bahwa kapal selam yang akan diproduksi tidak akan memiliki senjata nuklir dan tidak akan membahayakan komitmen Australia untuk menjadi negara bebas nuklir.
Biden juga menjanjikan total US$ 4,6 miliar selama beberapa tahun ke depan untuk membangun kapasitas konstruksi kapal selam AS dan meningkatkan pemeliharaan kapal selam kelas Virginia.
PM Albanese menuturkan bahwa rencana pembangunan kapal selam akan menciptakan ribuan pekerjaan baru sekaligus menandai investasi tunggal terbesar dalam kemampuan pertahanan Australia sepanjang sejarahnya.
"Ini akan menjadi kemampuan berdaulat Australia, dipimpin oleh AL Australia dan didukung oleh pekerja Australia di galangan kapal Australia dengan konstruksi yang akan dimulai dekade ini," kata PM Albanese.
PM Albanese juga mencatat bahwa perjanjian tersebut menandai pertama kalinya dalam 65 tahun dan hanya kedua kalinya dalam sejarah AS berbagi teknologi propulsi nuklirnya.
Dalam kesempatan yang sama, PM Sunak mengatakan bahwa tantangan terhadap stabilitas global semakin meningkat.
"Invasi ilegal Rusia ke Ukraina, meningkatnya kepercayaan diri China, perilaku destabilisasi Iran dan Korea Utara - semuanya mengancam untuk menciptakan dunia yang dipenuhi bahaya, kekacauan, dan perpecahan."
Baca Juga
Respons Invasi Rusia ke Ukraina dan Kekhawatiran atas China, Inggris Tingkatkan Belanja Militer Rp92 Triliun
Pidato Xi Jinping Pasca Jadi Presiden China 3 Periode: Menentang Kemerdekaan Taiwan, Memperkuat Militer, dan Menyerukan Kemandirian Ekonomi
China Tunjuk Menhan Baru, Jenderal yang Disanksi AS dan Dekat dengan Rusia
Advertisement