9 Juni 1972: Hujan Semalaman Bikin Banjir Bandang Landa South Dakota, 238 Orang Tewas

Hujan deras yang tak berhenti membuat sungai meluap dan banjir bandang pun terjadi. Ratusan tewas dan ribuan rumah rusak.

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 09 Jun 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi banjir. (dok. pixabay/@hermann)

Liputan6.com, Rapid City - Sudah 51 tahun sejak banjir bandang terbesar menghancurkan wilayah Rapid City, South Dakota, Amerika Serikat.

Mengutip CBS, Kamis (8/6/2023), sebanyak lebih dari 200 orang disebut tewas akibat bencana yang terjadi pada tanggal 9 Juni 1972 itu.

Sore harinya, National Weather Service mengatakan bahwa terjadi badai petir yang lebat yang membawa hujan deras.

Hujan itu menyebabkan Rapid Creek, sungai di Rapid City, naik dengan cepat. Hingga malam hari, hujan tak juga melambat.

NWS mengatakan bahwa selama banjir air naik secepat 3,5 kaki (1,06 meter) hanya dalam 15 menit. 

Banjir mencapai puncaknya pada pukul 12.15 waktu setempat, ketika diperkirakan 50.000 kaki kubik per detik air mencapai pusat kota Rapid City.

Pada pukul lima pagi keesokan harinya, situasi di kota itu sudah menjadi teramat sangat parah.

Banjir bandang menyebabkan kerusakan besar di seluruh Rapid City dan kaki bukit timur Black Hills. 

Ribuan penduduk terluka dan angka korban tewas telah mencapai 238 orang.

Sapuan air merusak 1.335 rumah dan 5.000 mobil disebut hancur bersama dengan 15 dari 23 jembatan yang berada di sepanjang Rapid Creek.

Seorang pengamat cuaca dari WCCO, Janice Thompson, yang saat ini tinggal di Pine Island, Minnesota, sedang berada di dekat Rapid Creek saat banjir bandang terjadi.

Ia memperlihatkan foto yang menangkap bagaimana rumahnya hancur karena bencana tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Besar Kerugian Capai Rp2,4 Triliun

ilustrasi hujan deras.
ilustrasi hujan deras. (Pixabay)

Thompson membagikan beberapa informasi tentang apa yang dialaminya hari itu.

Ia tinggal di sebelah Rapid Creek, “Sekitar pukul 11 ​​malam, badai petir terus berlanjut dan air naik sangat cepat,” ucapnya.

“Saya membawa anjing saya, Heidi, dan melaju ke tempat yang lebih tinggi dengan Mustang kami.”

Thompson yang segera bertindak pada saat itu akhirnya berhasil menyelamatkan diri, “Saya berhasil mendapatkan ke tempat yang lebih tinggi dan bermalam di rumah seorang teman.”

Keesokan harinya ia mendapati rumah trailer mereka ditemukan lima blok di jalan, dengan lubang besar di sampingnya.

Kerusakan dan kerugian yang terjadi membuatnya peristiwa banjir bandang paling mematikan di AS.

Kerusakannya pun disebut menjadi yang paling mahal pada saat itu, mencapai 165 juta dolar, setara 2,4 triliun rupiah.

Hingga saat ini, para korban masih mengenang kejadian tersebut, banyak hal yang tidak dapat mereka lupakan.

Beberapa media juga masih terus mengulas kembali tragedi banjir bandang tersebut di setiap tahunnya.


Lebih dari 300 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang dan Longsor di RD Kongo, Rwanda

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di RD Kongo
Foto udara yang diambil pada 6 Mei 2023 ini menunjukkan tanah longsor yang melanda desa Nyamukubi, bagian timur Republik Demokratik Kongo. (AFP)

Banjir bandang parah lainnya juga sempat terjadi Mei lalu di Kongo. Bencana tersebut menewaskan ratusan warga.

Korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) telah meningkat mencapai lebih dari 200 orang dan sejumlah lainnya masih hilang, kata otoritas setempat.

Bencana melanda bagian timur RD Kongo, di Provinsi South Kivu, tempat di mana Danau Kivu berada.

Kalehe, wilayah di Kivu yang paling terpukul, melaporkan bahwa sejauh ini 203 jenazah telah ditemukan, demikian seperti dikutip dari VOA, Minggu (7/5/2023). Upaya pencarian untuk menemukan korban lain yang dilaporkan hilang masih berlanjut.

Di desa Nyamukubi, di mana ratusan rumah hanyut, petugas penyelamat dan penyintas menggali reruntuhan pada Sabtu 6 Mei untuk mencari lebih banyak mayat di lumpur.

Penduduk desa menangis ketika mereka berkumpul di sekitar beberapa jenazah yang ditemukan, yang tergeletak di rerumputan dan tertutup kain berlumpur di dekat pos penyelamat.

Baca selengkapnya di sini...


Hujan Deras di Haiti Picu Banjir dan Longsor, 15 Orang Tewas dan Nyaris 13.400 Warga Mengungsi

Hujan Deras di Haiti
Seorang wanita menggunakan ember untuk mengeluarkan air dari dalam rumahnya yang terendam banjir, setelah hujan deras di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu, 3 Juni 2023. (AP Photo/Odelyn Joseph)

Hujan yang tak henti-henti dapat membawa bencana yang lebih besar. Sama halnya dengan yang terjadi di South Dakota, hujan deras di Haiti akibatkan banjir dan tanah longsor.

 Hujan deras yang menyebabkan banjir massal dan tanah longsor dilaporkan terjadi selama akhir pekan lalu di Haiti.

Melansir ABC News, Selasa (6/6/2023), menurut pihak berwenang sedikitnya 15 orang tewas dan delapan lainnya hilang.

Sungai meluap pada Sabtu 3 Juni pagi akibat hujan yang tak kunjung berhenti semakin memperparah situasi, pemerintah setempat segera memberlakukan tindakan darurat, mengutip UPI.

Hujan deras itu memaksa banyak penduduk pergi menyelamatkan diri dari tempat tinggal mereka.

Hampir 13.400 orang mengungsi karena air merendam ratusan rumah di seluruh negeri.

Tak hanya itu, beberapa jalanan berubah menjadi sungai dengan air berwarna cokelat. Dengan arus deras yang berbahaya, menurut Badan Perlindungan Sipil Haiti.

Baca selengkapnya di sini...

Infografis Pasangan Paranormal
Pasangan paranormal di balik film-film horor (liputan6.com/abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya