Liputan6.com, Moskow - Cekcok terjadi dalam hubungan Rusia dan Armenia. Pihak pemerintah Rusia tersinggung atas ucapan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan karena menyesal bergantung dengan Rusia.
Sentimen itu diungkap PM Armenia saat wawancara dengan koran La Repubblica pada Minggu (3/9).
Baca Juga
Berdasarkan laporan Euractiv, Selasa (5/9/2023), Armenia merasa Rusia tidak tepat janji dalam menjamin keamanan Armenia yang berkonflik dengan Azerbaijan, serta terkait konflik di kawasan Nagorno-Karabakh.
Advertisement
Armenia memiliki pakta pertahanan dengan Rusia, tetapi Rusia dianggap tak bisa fokus pada kerja sama pertahanan itu karena terdistraksi perang dengan Ukraina.
Nikol Pashinyan juga menilai Rusia semakin meninggalkan Kaukasus Selatan (kawasan Armenia, Azerbaijan, dan Georgia).
"Arsitektur keamanan Armenia itu 99,999 persen terkait ke Rusia, termasuk soal pengadaan senjata dan amunisi," ujar PM Pashinyan kepada La Repubblica. "Tapi hari ini kita melihat bahwa Rusia sendiri butuh persenjataan, senjata, dan amunisi."
Ia pun menegaskan bahwa ketergantungan ke satu mitra keamanan, seperti Rusia, adalah kebijakan yang salah.
"Contoh ini seharusnya menunjukkan kepada kita bahwa ketergantungan kepada satu mitra dalam masalah keamanan merupakan kesalahan strategis," ucap PM Pashinyan.
Rusia Tersinggung
Media pemerintah Rusia, TASS, menyampaikan rasa tidak puas terhadap pernyataan dari PM Armenia. Berbeda dengan ekspektasi Armenia terhadap Rusia, justru pihak Rusia inginnya ada hubungan yang setara dengan Armenia.Â
Diplomat itu juga berkata Rusia tersinggung dengan ucapan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Dalam laporan Armenpress pada tanggal 31 Agustus 2023, Kemlu Armenia mengkritik cara Rusia menangani masalah Nagorno-Karabakh yang dianggap cuek.
"Moskow secara ekstrem tidak puas dengan pernyataan terbaru dari kepemimpinan Armenia," ujar diplomat yang namanya tak disebut itu.
"Keduanya (pernyataan PM dan Kemlu Armenia) dipandang tidak bisa diterima dari segi nada dan konten. Tujuan mereka adalah menggeser tanggung jawab atas miskalkulasi dan kesalahan diri sendiri kepada pihak Rusia," ucap diplomat itu.
Terkait masalah Kaukus Selatan, diplomat Rusia menyalahkan negara-negara Barat yang mendorong Rusia menjauh dari kawasan tersebut.
Armenia lantas diminta jangan menjadi "instrumen Barat" untuk mendorong pergi Rusia.
Diplomat Rusia turut menolak ucapan bahwa negaranya cuek. Kerja sama antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Rusia-Armenia disebut masih berjalan.
Â
Â
Advertisement
Ukraina Klaim Sukses Tembus Garis Pertahanan Rusia
Sejumlah jenderal Ukraina mengklaim mereka telah menembus garis pertahanan pertama Rusia di selatan.
"Ya, itu benar," ujar penasihat menteri pertahanan Ukraina, Yuriy Sak, seperti dilansir BBC, Senin (4/9/2023), saat ditanya apakah hal itu memang terjadi.Â
"Sedikit demi sedikit, saya rasa kami akan mendapatkan momentum."
Seorang jenderal Ukraina lainnya, Brigjen Oleksandr Tarnavskiy mengatakan kepada surat kabar Inggris, Observer, "Kami sekarang berada di antara garis pertahanan pertama dan kedua."
Pernyataan tersebut senada dengan juru bicara Gedung Putih John Kirby, yang pada Jumat (1/9) mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah mencatat sejumlah kemajuan penting di garis depan selatan.
Lebih dari sepekan lalu, pasukan Ukraina telah mengibarkan bendera biru dan kuning di Desa Robotyne di tenggara Kota Zaporizhzhia dan kini mereka tengah berusaha memperlebar jarak agar unit infanteri dan lapis baja yang lebih besar dapat melewatinya tanpa mendapat serangan dari Rusia.
Jika hal itu tercapai maka disebutkan ada kemungkinan serangan Ukraina akan mendapat momentum.
Pertempuran saat ini dilaporkan terjadi di sebelah timur Robotyne, di tepi Desa Verbove. Sejauh ini, pertempuran digambarkan berlangsung lambat.
Â
Perbedaan Keterangan
Sulit untuk menilai klaim terbaru Ukraina. Para pejabat negara itu dilaporkan bungkam ketika ditanyai rincian yang tepat. Sementara keterangan berbeda, sebut BBC, diperoleh dari Brigade Serangan Udara ke-46 Ukraina.
Ketika dihubungi oleh BBC pada Sabtu (2/9), Brigade Serangan Udara ke-46 Ukraina mengatakan bahwa pertempuran terus berlanjut di dekat garis pertahanan pertama Rusia, namun belum ada yang berhasil melampaui garis pertama.
Bagaimanapun, perbedaan pernyataan itu dinilai tidak terlalu mengejutkan. Sejumlah besar unit beroperasi di depan dan belakang, masing-masing berkonsentrasi pada bagian dan tugas spesifiknya. Mereka belum tentu mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain.
Salah satu unit, yaitu batalion sukarelawan Skala, mengatakan kepada Reuters bahwa pasukannya telah menerobos garis pertama Rusia pada 26 Agustus. Pada Minggu, Skala mengklaim bahwa pasukannya masih terus bergerak maju.
"Secara harfiah, kami bergerak di sepanjang wilayah Zaporizhzhia menuju laut," kata komandan batalion Skala melalui pesan suara, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Saya tidak ingin terburu-buru, tetapi kami melakukan segalanya untuk meraih kemenangan tercepat."
Advertisement